Chapter 2

Hari telah berganti hari, Adnan kembali disibukkan dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Malam ini pun ia harus rela pulang terlambat dari biasanya untuk menyelesaikan pekerjaan.

Adnan yang perlahan memejamkan mata harus terkejut karena supirnya, Pak Ahmad, tiba-tiba mengerem mendadak.

“Ada apa Pak?” Pak Ahmad menoleh ke belakang dengan ketakutan. Itu semakin membuat Adnan bingung. Segera ia melihat ke depan, ada seorang wanita yang menghalangi jalan mobilnya.

“Bapak tunggu disini, biar saya yang turun” Pak Ahmad hanya menggeleng pelan dan semakin ketakutan.

“Ja-jangan Pak, bagaimana jika itu hantu atau begal, ini berbahaya” cegah Pak Ahmad, namun Adnan tidak menghiraukan perkataan itu dan langsung membuka pintu mobil lalu turun.

Perlahan Adnan berjalan sembari mengamati sekitar, Adnan mengamati sekitar, tidak ada siapapun selain gadis yang masih merentangkan tangannya sembari menutup mata.

“Hei kembali!!” teriak salah satu pria berpawakan tinggi besar menghampiri gadis yang kini membuka matanya menangis dengan badan bergetar ketakutan.

Adnan tidak asing dengan wajah itu, memorinya langsung mengingatkannya pada gadis rumah singgah yang namanya..

“Anum?!” pekik Adnan bahagia telah mengingat nama itu.

“Tolong saya Mas, mereka hendak berbuat jahat kepada saya” adu Anum dengan suara ketakutan.

Tanpa diminta Adnan seketika ingin melindungi gadis di hadapannya.

Saat tangan pria itu akan meraih lengan Anum, Adnan terlebih dahulu menariknya dan memposisikan dirinya di depan Anum.

“Hei Bung! Jangan ikut campur, serahkan gadis itu, lalu kamu bisa pergi” rahang Adnan mengeras, ia tetap berdiri kokoh dalam pendiriannya melindungi Anum.

“Sebaiknya anda yang pergi, dia bersama saya sekarang” pria asing itu menatap Adnan tak suka.

“Baiklah kalau kamu menantang” tanpa basa basi pria itu langsung menghajar Adnan dengan serangan bertubi-tubi, Anum yang berada di balik Adnan hanya bisa menutup matanya, ia tak suka perkelahian.

Adnan bisa memukul mundur lawannya dengan mudah berkat karate yang dikuasainya, pria yang tadinya sombong dan menantang Adnan tadi mundur teratur kemudian berlari dengan cepat.

Anum, terus menutup matanya, hingga sebuah tepukan di bahu membuatnya terkejut dan membuka mata seketika.

Ada luka juga lebam di wajah rupawan penolongnya membuat Anum meringis seketika.

Rasa bersalah itu memenuhi rongga dada Anum membuatnya tak punya muka untuk bertatap dengan Adnan.

“Mas terluka karena saya, maafkan saya ya mas” Adnan tersenyum, meski ia sempat lupa tapi ia yakin bahwa Anum lah yang melupakannya.

"Kamu tidak ingat siapa saya Anum?" mendengar itu Anum terdiam ia juga baru sadar bahwa pria ini mengenalnya, dengan lamat-lamat Anum menatap wajah tampan itu mengumpulkan ingatannya.

Di tatap seperti itu Adnan terkekeh, membuat Anum sadar.

"Astaghfirullah, maaf" ucap Anum seraya kembali menunduk.

Satu sikap yang sangat anggun dan sangat jarang dilakukan wanita jaman sekarang saat melihat Adnan.

“Tidak apa, mari masuk, ijinkan saya mengantar kamu” suara tegas itu menggugah Anum untuk menatap si pembicara, hanya senyum yang ia dapatkan lalu Anum kembali menunduk.

“Ayo Anum, ini sudah semakin malam, kamu mau pria tadi kembali datang dengan membawa teman-temannya yang entah berapa jumlahnya?” ucap Adnan setengah menakut-nakuti Anum, juga agar dapat sedikit waktu untuk bersama.

“Tapi Mas..”

“Tenang saja, saya tidak akan macam-macam dengan kamu, dan kita tidak hanya berdua, ada sopir saya di dalam mobil” dengan tetap menunduk Anum mengangguk, dan mengikuti Adnan yang terlebih dahulu membukakan pintu untuknya.

"Saya Adnan, kejadian suntik menyuntik beberapa hari lalu, ingat?" ucap Adnan mencoba mengingatkan, Anum membelalakkan matanya, membuatnya tampak lucu.

"Mas Adnan, iya saya ingat sekarang, maaf kan saya mas, saya lupa"

"Santai saja Anum"

“Siapa orang tadi Anum? Kenapa mereka mengejarmu?” tanya Adnan penasaran setelah mobilnya kembali melaju.

“Itu preman dekat kampung kami Mas, mereka ingin..” is akan lolos dari bibir Anum yang tak bisa menyelesaikan kata-katanya.

“Tidak apa kamu sudah aman, kamu bisa bercerita jika kamu ingin” Anum hanya diam.

“Bos mereka mau menjadikan saya sebagai istri ke- empatnya, Mas” jawab Anum yang membuat Adnan menganga tak percaya.

Suasana menjadi hening, Adnan yang tak tau harus berkata apa, Anum-pun sama.

“Kamu mau saya antar kemana Anum?”

“Kita ke rumah sakit depan dulu ya Mas” Adnan hanya mengangguk dan memerintahkan pak Ahmad untuk berhenti di rumah sakit depan.

“Mas ikut saya sebentar ya, saya mohon” paksa Anum saat mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di pekarangan rumah sakit yang Anum maksud.

Adnan yang tidak tega melihat kondisi Anum langsung mengiyakan permintaanya, mungkin Anum membutuhkan pertolongan lain darinya.

“Loh, Anum?! Kamu disini?” Adnan hanya mengikuti kemana langkah Anum pergi ikut terdiam saat suara itu menginterupsi langkah mereka.

”Husna, syukurlah kita bertemu disini, tolong aku, rawat mas Adnan” Husna yang mendengar nama Asing langsung menyadari adanya seorang pria yang berada di belakang sahabatnya ini.

Husna langsung menarik Anum untuk mendekat dan berbisik “Dia siapa Anum? dan kenapa kamu masih berada di luar semalam ini? Ibu pasti akan khawatir mencarimu” Anum baru teringat tentang Ibunya.

“Aku tadi di culik Pak Adi, lalu mas Adnan menolongku” jelas Anum singkat, Husna yang sebenarnya ada tugas hanya bisa memberikan sekotak P3K dan berpesan pada Anum agar segera pulang, tak lupa ia juga berterima kasih pada Adnan karena sudah menolong sahabatnya.

Adnan memperhatikan wajah cantik itu dengan seksama, kini mereka berada di sebuah taman, Anum dengan telaten merawat luka yang menurut Adnan itu bukan masalah besar baginya.

Dada Adnan berdesir saat untuk pertama kalinya tangan lembut Anum tak sengaja menyentuh ujung bibirnya.

Kontak fisik pertama mereka yang tidak Anum sadari karena terlalu fokus dengan hutang budi yang ia emban.

“Sekali lagi maafkan saya, ya mas?” Adnan memalingkan wajahnya salah tingkah, saat Anum mendongak.

“Sama-sama” Anum hanya tersenyum. Lesung pipit yang ada di pipi Anum semakin membuatnya terlihat cantik, Adnan terpesona akan itu.

“Terimakasih telah merawat lukaku ya Anum” Anum yang sedang membereskan peralatan P3K yang di berikan Husna hanya mengangguk pelan.

“Bagaimana keadaan rumah singgah? Bagaimana kabar Andi dan yang lainnya?” tanya Adnan berturut-turut yang memecah keheningan mereka, Anum terperangah saat Adnan menanyakan semua itu, pikirnya orang seperti Adnan tidak akan mau repot-repot bertanya hal yang remeh seperti itu.

Tapi Anum salah, Adnan adalah sebuah pengecualian, dengan wajah berbinar Anum menceritakan kejadian-kejadian lucu yang terjadi di sana, menceritakan tentang Andi, dan segala hal yang menurut Anum menarik untuk di ceritakan pada Adnan yang sudah baik dengannya.

Adnan pun dengan senang hati mendengarkan semua cerita Anum hingga ia lupa dengan rasa lelah di badannya yang sejak tadi sudah meronta ingin segera di istirahatkan.

Mereka berdua melupakan waktu yang terus berjalan tanpa mereka sadari.

“Jika Mas ada waktu, datanglah ke rumah singgah, anak-anak pasti senang ada relawan baru yang datang dan meluangkan waktu untuk mereka” Adnan mengangguk.

Dalam hati, ia berjanji akan datang ke rumah singgah untuk memenuhi undangan dari Anum ini.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!