Tak terasa, lima hari sudah berlalu semenjak aku bangun dari kematianku yang sangat menyakitkan dan meninggalkan trauma yang sangat dalam pada diriku.
Dalam waktu lima hari itu aku lebih banyak menghabiskan waktuku didalam kamar. Merenung dan mulai menyusun rencana apa yang harus aku lakukan kedepannya.
Agar aku tidak kembali melakukan kesalahan yang sama seperti kehidupanku sebelumnya. Maka dari itu aku harus benar – benar memplanning kehidupanku, mulai sekarang.
Berbekal semua peristiwa yang masih melekat kuat dalam ingatanku tentang kehidupanku sebelumnya, akupun mulai menyusun strategi yang akan kugunakan demi meraih masa depan yang cerah.
Otakku kembali membuka file – file memori dalam ingatanku. Seperti sebuah kaset yang menampilkan rekaman demi rekaman kejadian yang aku alami.
Sambil mengingat kejadian apa saja yang aku alami, aku mulai mencorat – coret buku agenda yang ada dihadapanku.
Menulis semua peristiwa yang bisa aku ingat, semua kejadian dan hal apa saja yang akan terjadi dalam satu bulan kedepan.
Kuwarnai beberapa moment penting dengan stabilo warna kuning. Sedangkan kejadian yang harus aku ubah, kutandai dengan warna merah.
Warna merah sebagai pengingat bahwa aku harus berhati – hati dalam moment tersebut. Karena apa yang terjadi pada saat itu merupakan penentu masa depanku.
Kubaca lagi semua hal yang telah aku tulis dan tandai. Sambil menyusun rencana dalam otak kecilku apa saja yang harus kulakukan untuk merubahnya.
Semuanya kulakukan dengan penuh ketenangan, tanpa ada seorangpun yang mengangguku. Perasaan tenang dan damai ini baru pertamakalinya kurasakan, setelah sebelumnya selama 10 tahun aku berada disini.
Entah kenapa aku bisa sesantai ini sekarang, apa karena dulu aku tidak berusaha menikmati hidupku hingga hatiku terus merasa gelisah.
Padahal, tiap bulan aku memiliki waktu nyaman selama satu minggu seperti saat ini. Begitu tenang, tanpa takut sang iblis akan datang mengangguku.
Jika mengacu pada kehidupanku sebelumnya, setiap awal bulan Arnold akan pergi keluar kota selama satu minggu untuk mengontrol cabang perusahaannya secara langsung.
Saat Arnold pergi keluar kota, maka semua orang yang berada dalam rumah ini tidak akan terlalu perduli terhadapku.
Mereka akan membiarkanku berbuat apapun semauku, asalkan masih berada dalam area rumah. Bahkan keenggananku untuk turun dan makan di meja makan juga tidak menjadi masalah bagi mereka.
Justru mereka sangat bersyukur aku berdiam diri didalam kamar dan tidak membuat ulah seperti saat ini. Dengan begitu, mereka tidak akan mendapat amarah karenaku.
Seperti biasa para pelayan dan pekerja yang ada dirumah mewah ini setiap hari disibukkan dengan berbagai macam hal, hingga membuat mereka tidak ada waktu untuk berbicara antara yang satu dengan yang lain. Bahkan untuk saling menyapa saja mereka tidak berani.
Meski sang majikan tidak ada dirumah, namun semua sisi yang ada dalam dan luar rumah dipasang cctv, kecuali dalam kamar sehingga Arnold bisa mengetahui apa saja yang terjadi di wilayah kekuasaannya meski dirinya sedang berada diluar.
Meski tinggal dalam rumah besar dengan fasilitas lengkap namun aku selalu merasa seperti berada dalam tahanan. Kemewahan yang aku miliki nyatanya tidak bisa membuat diriku bahagia.
Aku bagaikan burung yang terperangkap dalam sangkar emas yang penuh duri. Jika salah melangkah maka akan tertusuk duri, bahkan bisa kehilangan nyawa.
“ Seperti kehidupanku sebelumnya…”, ucapku bermonolog.
Sambil menghela nafas panjang, aku yang baru saja selesai mandi segera duduk didepan meja rias sambil menatap jengah deretan make up yang berjajar rapi disana.
“ Untuk saat ini aku akan tetap berpenampilan seperti biasa agar tidak ada seorangpun yang curiga… ”, batinku tersenyum kecut.
In
gin rasanya aku membiarkan pori – pori wajahku bernafas dengan lega, apalagi ini adalah malam hari waktunya kulit dan tubuhku beristirahat.
Namun apalah daya, demi memuluskan rencanaku malam ini aku akan tetap memakai riasan full seperti kebiasaanku sebelumnya.
Pertama kuolesi wajahku dengan pelembab sampai rata. Baru kuolesi foundation yang lumayan tebal agar wajah asliku tersamarkan.
Setelah rata, akupun langsung melapisinya dengan bedak dan membubuhinya dengan berbagai macam make up yang sudah berbaris rapi minta aku gunakan.
Sebelum melangkah keluar, tak lupa aku memakai body lotion yang sudah kucampur dengan foundation agar warna kulitku terlihat sedikit gelap.
Selanjutnya akupun memakai baju kurang bahan yang tertata apik didalam almari dan tidak lupa memakai perhiasan lengkap di tubuhku.
Ingin rasanya aku tertawa sekarang saat melihat banyaknya perhiasan yang menempel ditubuhku saat ini.
“ Seperti emas berjalan…”, kekehku melihat pantulan diriku dicermin.
Setelah hampir satu jam, kegiatanku untuk memoles diri akhirnya selesai. Dengan angkuh akupun mulai melangkah turun dan berjalan menuju kearah taman.
Langkahku terhenti saat melihat bulan purnama sempurna diatas langit yang begitu cerah bertabur bintang. Cahaya bulan purnama terasa sangat indah malam ini. Hembusan angin sepoi – sepoi yang lembut menyentuh kulitku.
Begitu menyejukkan, seperti air yang menghilangkan dahaga dalam panasnya gurun yang menyelimutiku saat ini. Taman ini sebenarnya memiliki pemandangan yang sangat indah karena dibangun oleh lima arsitek ternama dunia yang dipekerjakan oleh Arnold secara pribadi.
Bahkan pembuatan taman yang indah ini membutuhkan waktu hampir satu tahun dalam proses pembangunannya. Namun sayangnya kerja keras Arnold selama ini tidak pernah ku hargai. Bukannya kupuji, taman yang sangat indah ini justru aku rusak.
Bahkan karena kegilaanku setelah dilarang keluar, aku membakar sebagian taman hingga rumput taman disebelah barat tidak bisa tumbuh lagi akibat ulahku.
Selain membakar rumput dan tanaman yang tumbuh disana aku juga menyemprotkan cairan yang dapat merusak tanah sebelum lahan tersebut kubakar.
Akibat ulahku tersebut, tanah yang berada disisi barat itu menjadi tandus. Tanah tersebut memerlukan waktu setidaknya lima sampai enam bulan lamanya agar membuatnya kembali subur dan dapat ditanami pohon kembali.
Tentunya hal tersebut menjadi tambahan pekerjaan bagi tukang kebun yang memutar otaknya agar bagian taman yang lainnya tidak menjadi korban kegilaanku.
Karena tanggung jawab tukang kebunlah agar taman tetap indah dan sedap dipandang mata meski ada bagian yang telah rusak.
Kegilaanku terus berlanjut, tidak berhenti disitu saja. Akibat bosan karena tidak bisa kemana – mana, ikan koi mahal yang berada dalam kolam yang membentang luas ditengah – tengah taman aku racuni hingga mati.
Tentunya bisa dibayangkan betapa murkanya Arnold saat ikan – ikan kesayangannya sudah mengapung tak
bernyawa di atas air.
Alhasil hari itu juga seluruh penghuni rumah mendapatkan hukuman karena dianggap lalai dan tidak becus bekerja. Belum puas dengan membuat semua ikan mati, akupun menuang limbah kedalam kolan hingga membuatnya sangat kotor dan bau.
Akibat hal tersebut terpaksa air dalam kolam dikuras sampai habis dan dibiarkan kering, sampai sekarang belum diisi kembali.
Mungkin itu langkah terbaik yang dilakukan oleh para pekerja untuk menyelamatkan diri mereka dari amukan sang majikan.
Arnold yang marah tidak akan segan untuk menghukum semua orang yang ada didalam rumah setiap aku berbuat ulah dan melakukan kesalahan.
Jika mengingat kembali diriku yang dulu, aku merasa sangat buruk. Bahkan kata maaf saja tidak cukup untuk menganti semua penderitaan yang dialami semua orang karena perbuatanku.
Tapi mengingat betapa angkuhnya dan tingginya harga diriku, maka kata maaf itu tidak akan pernah sekalipun terucap dari bibirku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
bernostalgia deh jadinya 😁😁😁
2022-09-20
1
Mien Mey
semangaat kristal semangaat thorr🤗
2022-04-06
0