Gairah Sekertaris Tuan Zico

Gairah Sekertaris Tuan Zico

Bab 1 : Lisa Mariana

3 tahun yang lalu.

"Pergi kamu dari sini! Papa malu denganmu. Kamu bukan hanya membuat malu Papa namun juga membuat malu seluruh keluarga besar ini."

Hati Lisa terkoyak mendengar Papanya yang dia banggakan dan selalu menyayanginya begitu tega mengusirnya karena masalah sepele menurut Lisa sendiri. Papa Lisa lalu menendang koper milik Lisa, air mata Lisa berjatuhan. Untuk pertama kalinya dia harus meninggalkan orang-orang yang dulu mencintainya namun malah sekarang menatap dengan penuh lirikan tajam. Semua meremehkannya. Ya, senyuman sinis mereka sampai membekas pada ingatan Lisa.

Aku akan kembali dengan kesuksesanku sendiri. Aku akan membungkam mulut-mulut penjilat seperti kalian. Batin Lisa.

3 tahun kemudian.

Suara ketikan laptop mewarnai ruangan besar yang tersekat dinding kaca namun Lisa sering menutupnya dengan tirai berwarna biru muda. Ruangannya hanya sebesar 3 kali dua meter saja dan sisanya adalah ruangan milik CEO dari Mendrova Group. Kenapa Lisa ada di sana? Ya tentu saja menjadi sekertaris pribadi Zico Abraham Mendrova.

Tak lama berselang terdengar suara deringan telepon kabel di depannya. Lisa mengangkatnya sambil satu tangannya mengetik.

"Okay," jawab Lisa lalu menutupnya kembali.

Lisa lekas bangun dan mengetuk pintu kaca yang menghubungkan ruangannya dengan ruangan sang bos.

Tok... tok...

Lisa masuk, dia memperhatikan Zico yang tengah berdiri membelakanginya sambil menatap jendela besar yang mengarah pada pemandangan kota metropolitan itu.

"Tuan Zico, dokter anda sudah datang."

"Suruh masuk!"

Lisa mengangguk lalu kembali ke ruangannya, dia menelpon lobi dan menyuruh dokter pribadi dari Zico untuk langsung masuk ke ruangannya. Tak berselang lama, dokter muda itu datang. Dia masuk ke ruangan Zico. Zico duduk di kursi terapinya sembari memijat pelipis kepalanya. Sesi tanya jawab pun dimulai, dokter bernama Dokter Leo itu duduk disampingnya dan sebelumnya memeriksa tekanan darah Zico. Semuanya normal namun akhir-akhir ini Zico memang susah tidur.

"Oke, langsung saja ke sesi pertanyaan. Apa yang kamu rasakan akhir-akhir ini?"

Zico menatap ke arah depan. "Aku merasa seperti ada di dua dunia, pikiranku seakan melayang bebas bahkan terkadang aku terhenti di satu titik. Aku bingung dan tidak tahu harus melakukan apa setelahnya."

Dokter Leo mengangguk, dia melanjutkan sesi tanya jawabnya. "Apa kamu memimpikan seseorang akhir-akhir ini?"

Zico menggeleng.

Dokter Leo membaca raut wajah Zico dan sorot matanya tidak fokus dengan sesi kali ini namun mengarah ke ruangan Lisa.

Tok.. tok..

Lisa masuk, dia membawa berkas yang harus diserahkan pada Zico. Zico lalu menatap Dokter Leo tadi dan mengernyitkan dahi saat Dokter Leo menatapnya aneh.

"Tuan Zico, maaf menganggu sesi konsultasimu namun ini ada dokumen yang harus anda periksa dan saya mengingatkan juga jika 1 jam lagi akan ada meeting direksi. Mohon persiapkan diri anda! Terima kasih," ucap Lisa sembari menunduk.

Lisa meletakkan berkas yang ada di sana dan kembali ke ruangannya. Dokter Leo menatap Zico yang mencuri pandang ke arah Lisa. Siapa yang tidak menyukai wanita cantik dan menjadi karyawan terbaik selama 2 tahun berturut-turut itu? Dia juga masih seorang mahasiswi yang sedang menempuh S2 di universitas ternama setelah pulang dari pekerjaannya yang menjadi sekertaris. Lisa mempunyai badan tinggi dan aduhai bak model, semua pria ingin menjadi kekasihnya namun sayangnya hati Lisa tak mengenal cinta. Belasan pegawai pria di sini ditolaknya mentah-mentah. Lisa Mariana mempunyai sebutan dewi es yang selalu dingin dan cuek pada setiap orang.

"Ehem... Tuan Zico yang terhormat, kini saya tahu masalahmu apa."

Zico mengernyitkan dahi sembari menatap Dokter Leo.

"Cinta. Ini masalah cinta. Hatimu kosong dan harus diisi."

Zico masih tak paham apa maksud dari Dokter Leo. Dokter Leo menghela nafas panjang, Zico terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa jika hatinya belum terisi kembali setelah putus dengan mantan kekasihnya. Zico berdiri, dia mengencangkan dasinya lalu kembali ke kursi singgasananya. Tangan Zico membuka setiap dokumen yang diberikan sekertarisnya tadi, Dokter Leo menatapnya sembari bersedekap dada.

"Begini bro, kamu menyukai seseorang namun tak berani mengucapkannya. Cinta itu butuh pengertian," ucap Dokter Leo jika sesi sudah selesai dia akan menggunakan bahasa non formal kembali.

"Ini bukan cinta, aku hanya lelah," jawab Zico sembari membalikan lembar demi lembar kertas itu.

Dokter Leo berdecih. Dia menatap wajah Zico yang pembawaannya tenang dan teduh walau terkadang arogan jika dirinya benar-benar merasa terganggu. Saat ini Zico tidak terganggu saat membahas pasal cinta, jadi yang dituduhkan Dokter Leo tadi memang benar jika ini masalah cinta.

"Sekertarismu. Diam-diam kamu menyukainya 'kan?"

Zico kini mulai terusik, dia menatap tajam pada Dokter Leo. Dokter Leo yang sadar dengan perubahan wajah Zico lalu memutuskan untuk pergi sebelum singa itu terbangun dari tidurnya. Setelah Dokter Leo pergi, Zico menghela nafas panjang.

Tok.. tok.. tok...

Asisten pribadinya datang, dia adalah Jack. Pria berhati dingin dan tak pernah tersenyum pada siapapun. Dia adalah tangan kanan dari Zico bahkan hidup matinya untuk Zico saja.

"Tuan Zico. Mobil sudah siap."

Zico mengangguk, dia keluar dari ruangannya dengan diikuti oleh Jack. Lisa lekas berdiri dan membawa beberapa berkas yang diperlukan. Jika mereka bertiga berjalan bersama-sama maka aura menyeramkan terlihat jelas bahkan pegawai lain sampai tak berani menatap mereka terutama Lisa. Walau Lisa perempuan namun dia yang paling ditakuti di sini dari pada kepala HRD. Sorot tajam Lisa mendominasi bahkan mereka takut jika Lisa diam-diam melaporkan kesalahan mereka pada Zico karena Lisa adalah orang terdekat Zico yang ada di kantor itu.

Saat mereka ada di dalam lift hanya ada keheningan, Lisa memandang pantulan dirinya di dinding lift. Dia kini bisa bersanding sebagai sekertaris pribadi dari Tuan Zico Abraham Mendrova, orang yang paling berpengaruh di kota itu bahkan orang terkaya di kota itu. Lisa membenarkan kaca matanya dan sedari tadi Zico memandang Lisa dari pantulan dinding lift.

"Jack."

"Ya tuan?"

"Ipad ku tertinggal di ruanganku, bisakah kamu mengambilnya?"

"Biar saya ambilkan," sahut Lisa.

Zico menahan tangan Lisa saat wanita itu hendak akan memencet tombol lift untuk kembali ke atas lagi. Zico lekas melepaskannya sedangkan Jack paham jika dirinya yang disuruh keluar dari lift. Jack memencet nomor di lantai yang sebentar lagi akan sampai dan tak berselang lama terbuka. Jack keluar dan akan menggunakan lift lain. Lift itu pun tertutup dan kini Lisa dan Zico hanya berduaan saja di dalam lift. Ini bukan pertama kali mereka berduaan di dalam lift bahkan sudah ratusan kali namun kali ini terlihat berbeda.

Lisa memasukkan satu tangan pada saku blazernya, kurang 6 lantai lagi mereka akan sampai di lantai dasar yang langsung terhubung pada tempat parkir. Saat akan sampai tiba-tiba Zico menutup liftnya lagi sampai Lisa heran.

"Tuan Zico, apa yang ada ketinggalan lagi? Biar saya ambilkan," ucap Lisa.

Zico langsung mendorongnya ke dinding lift, Lisa kaget namun masih menunjukan wajah datarnya. Zico tiba-tiba mengunci tubuh Lisa dengan cara tangannya dia ulurkan ke dinding sehingga tubuh wanita itu tidak bisa ke mana-mana.

"Lisa Mariana, aku sudah mendengar jika kamu menolak banyak pria diluaran sana. Namun kali ini aku yakin jika kamu tidak bisa menolakku. Jadilah kekasihku!"

Lisa mendorong tubuh Zico, Zico tak mau kalah dan akan mendorong Lisa lagi ke tembok lift namun malah Lisa menarik tangan Zico dan menariknya kebelakang sehingga pria itu menahan sakitnya.

"Tuan Zico yang terhormat, tata cara pria juga menjadi poin utamanya untuk menyatakan perasaannya. Saya maklum pada hal itu tapi mohon maaf, saya tidak tertarik sekalipun anda itu adalah bos saya yang kaya raya dan disegani banyak Wanita, lagi pula ini namanya bukan cinta namun pemaksaan."

Lisa melepaskan tangan Zico, dia menekan tombol lift untuk kembali ke bawah. Zico memegangi lengannya yang kesakitan, sepertinya wanita itu culun namun nyatanya tenaganya sekuat preman. Setelah lift terbuka Lisa lalu mengajak keluar.

"Tuan Zico, kita sudah sampai di basement. Sampai jumpa di tempat meeting. Saya berangkat duluan."

Lisa keluar dan menuju ke motor gedenya, dia memakai motor 250 cc yang pantasnya digunakan oleh pria. Lisa tak lupa mengenakan kain pada pinggulnya untuk menutupi pahanya saat naik motor. Zico menatapnya sembari tersenyum kecil.

Dia menolakku mentah-mentah? Batin Zico.

Terpopuler

Comments

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

wowww lisa is the best

2023-06-25

0

Shinta Arigustanti Slamet

Shinta Arigustanti Slamet

suka

2023-04-18

0

Lyana Gunawan

Lyana Gunawan

Hai kak aku di sini juga ☺

2023-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!