Fang Yin pergi meninggalkan desa tempat tinggal keluarga Mao dan terus berjalan menuruni bukit mengikuti jalan setapak yang tidak terlalu jelas dalam keremangan sinar bulan di malam itu.
Jalanan sangat sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Fang Yin terus saja melangkah hingga jalan yang dia lalui bertemu dengan jalan besar meskipun juga sama-sama sepi. Di pertemuan jalan ini, Fang Yin berdiri sejenak untuk menentukan arah ke kanan atau ke kiri.
Hatinya merasa bimbang dan merasa bingung untuk menentukan pilihannya. Saat Fang Yin melihat ke bawah, dia terpikirkan sesuatu. Dia melihat rumput liar yang tumbuh di tengah jalan yang bisa dia jadikan petunjuk.
Fang Yin duduk berjongkok di tengah jalanan itu lalu mengamati rumput di depannya. Rumput itu condong ke arah kiri, itu artinya sebagian kereta atau gerobak yang melaluinya berasal dari sebelah kanan. Orang hanya menggunakan kereta atau gerobak untuk perjalanan yang sangat jauh, dari sini Fang Yin menyimpulkan jika pemukiman penduduk berada di arah kanan.
Dalam perjalanannya kali ini Fang Yin berharap bisa menemukan orang yang bisa membawanya ke arah yang lebih baik. Setidaknya dia memiliki tempat tinggal hingga dia mampu berdiri sendiri untuk membalaskan dendamnya. Syukur-syukur dia bisa terus berkembang dan menjadi kultivator kuat yang mampu menggetarkan dunia.
Dendam dan rasa sakit hati akan fitnah dan kekejaman yang ditorehkan oleh Kaisar Ning dan sekutunya, membuat Fang Yin memiliki kemauan yang kuat untuk terus berjuang meskipun dia kini tidak memiliki keluarga lagi.
Setelah memilih jalan mana yang akan dia tempuh, Fang Yin kembali berjalan menyusuri jalanan sepi di tengah gelapnya malam.
Sesekali dia berhenti untuk melemaskan otot kakinya yang lelah setelah berjalan dalam waktu yang lama.
Mata Fang Yin berbinar senang ketika melihat rumah-rumah penduduk mulai terlihat dan berjajar di kejauhan. Fang Yin mempercepat langkahnya untuk mencapai tempat itu. Suasana perkampungan itu masih sepi karena waktu kira-kira baru lewat tenga malam.
Rasa kantuk mulai membuat tubuh Fang Yin kehilangan keseimbangan. Fang Yin memberanikan diri untuk duduk di teras sebuah pondok yang paling kecil. Menurutnya, orang dari kalangan bawah akan lebih tulus dan peduli ketimbang orang kaya.
Tidak lama kemudian, Fang Yin pun terlelap tanpa menunggu lama. Rasa lelah membuatnya tidak peduli dengan gigitan nyamuk yang mengeroyoknya. Tanpa di sadari waktu pun bergulir begitu cepat dan tak terasa pagi pun mulai menyingsing.
Dari kejauhan terlihat empat orang pria berjalan mendekati pondok di mana Fang Yin menginap tanpa ijin. Mereka terlihat berjalan tergesa-gesa menuju ke sana. Jika dilihat-lihat wajah keempat orang itu kurang bersahabat dan terkesan sangar.
Ketika mereka sampai di halaman pondok kecil itu, mereka sedikit terkejut dengan keberadaan Fang Yin.
"Tuan, siapa gadis kecil ini?" tanya salah satu kawanan itu.
"Aku juga tidak tahu," jawab orang yang memiliki penampilan sedikit berbeda dengan ketiga temannya.
Keempat orang itu tidak berani mendekat dan mengira Fang Yin sudah tidak bernyawa karena tidak terusik dengan bisik-bisik mereka.
Pendengaran Fang Yin yang sangat tajam, membuatnya mampu mendengar langkah mereka sebelum mereka sampai di sana. Fang Yin hanya berpura-pura masih tertidur karena tidak ingin membuat keributan yang mengusik ketenangan penghuni rumah. Di lihat dari gelagatnya, mereka berempat bukan orang yang baik dan kurang beretika. Bagaimana tidak, mereka datang bertamu ketika pagi-pagi buta.
"Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya salah seorang lainnya.
"Kita gedor saja pintunya. Jika tidak, mereka pasti akan kabur lagi dan kita tidak tahu ke mana mencari mereka," ucap orang yang dipertuan itu.
"Anda benar, Tuan."
Mereka bertiga maju ke depan dan menghampiri daun pintu pondok kecil itu.
Fang Yin memicingkan mata untuk melihat apa yang akan mereka lakukan. Sepertinya keempat orang ini tahu jika dia bukan anggota keluarga dari pemilik pondok ini. Hal itu terbukti dengan mereka yang tidak mengusik dirinya yang tengah tertidur.
"Zhao! Ling Ling! Keluarlah!" teriak orang yang terlihat paling seram di antara keempat orang itu.
Fang Yin terus menganalisa dari gerak-gerik mereka untuk mengukur tingkat ke berapa kultivasi yang mereka miliki. Di antara keempatnya, hanya orang yang penampilannya berbeda saja yang memiliki kultivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Dia berada dalam ranah langit tahap awal. Namun, kecepatan gerakan dan tingkat ketahanan fisiknya terbilang masih jauh dari kata layak untuk tingkatan itu.
Ketiga pengawal orang yang berpenampilan berbeda itu terus berteriak dan menggedor-gedor pintu.
Fang Yin terpaksa tidak bisa berpura-pura tidur lagi jika tidak ingin dirinya dikatakan tuli. Dia perlahan duduk dan bersikap seolah dia baru saja terbangun setelah mendengar keributan. Untuk mengecoh keempat pria itu, Fang Yin tetap berusaha tenang dan menjadi seperti gadis kecil yang bodoh.
Akhirnya dari dalam pondok itu keluar sepasang suami istri yang masih muda dengan penampilan khas bangun tidur.
"Eh, Tuan Muda Yu. Pagi-pagi sekali sudah bertamu di gubuk kami. Mari silakan masuk!" sapa Ling Ling berbasa-basi.
"Tidak usah berbelit! Cepat bayar hutangmu! Atau kalian aku bunuh!" pekik orang yang dipanggil Tuan Muda Yu tadi.
Wajah pasangan suami istri itu menjadi pucat.
"Maafkan kami, Tuan. Berilah sedikit kelonggaran waktu lagi pada kami. Kami akan berusaha untuk melunasinya." Zhao memohon pada Tuan Muda Yu.
"Aku sudah memberi kalian kesempatan yang banyak tetapi kalian tetap tidak mamu membayar! Pengawal, habisi mereka!" Tuan Muda Yu berbalik dan berjalan menuju halaman.
Ketiga pengawal Tuan Muda Yu menyeret Zhao dan Ling Ling ke halaman sambil memukul dan menendang tubuh mereka berdua.
Fang Yin tidak tega melihat pemandangan di depannya itu. Bisa-bisanya ketiga orang itu menindas orang yang lemah dan tidak berdaya. Pasangan itu terlihat babak belur dalam sekejap.
"Hentikan! Aku punya beberapa koin emas. Ini ambillah!" Fang Yin melemparkan ke arah Tuan Muda Yu.
Laki-laki itu tersenyum menyeringai setelah mendapatkan apa yang dia mau. Sementara Zhao dan Ling Ling merasa terkejut dengan keberadaan gadis bercadar di rumahnya. Namun, siapapun dia, Zhao dan Ling Ling merasa senang karena terbebas dari amukan Tuan Muda Yu.
"Tapi ini saja belum cukup, Gadis kecil. Masih butuh 100 koin emas lagi untuk membayar hutang mereka." Tuan Muda Yu tersenyum senang sambil menimang-nimang kantong berisi uang hasil pemberian Fang Yin.
"Apa?!" Mata Fang Yin terbelalak.
'Ternyata rentenir juga sudah ada di jaman sekuno ini.' gumam Fang Yin dalam hati.
"Beri kami sedikit waktu lagi, Tuan Muda. Kami akan mencari cara untuk melunasinya." Zhao kembali memohon dengan berlutut di kaki Tuan Muda Yu.
Tuan Muda Yu berpikir sejenak untuk menimbang-nimbang.
"Aku akan membawa istrimu dan menjualnya ke tempat hiburan, maka hutangmu akan lunas. Pengawal, bawa wanita ini!" seru Tuan Muda Yu.
Ling Ling menangis sejadi-jadinya meratapi nasibnya yang malang.
"Tidak, Tuan. Aku mohon, jangan bawa dia. Aku akan berusaha untuk melunasinya secepat mungkin."
"Aku sudah muak dengan alasanmu. Kalian pasti akan kabur seperti yang sudah-sudah. Aku ingin hari ini juga hutang kalian lunas!" pekik Tuan Muda Yu mulai hilang kesabaran.
"Bagaimana kalau Tuan membawa gadis ini saja, Tuan?" Zhao menunjuk ke arah Fang Yin.
Fang Yin terbelalak mendengar penuturan orang yang ditolongnya itu. Benar-benar tidak tahu balas budi. Bukannya berterimakasih, laki-laki itu malah ingin menjual Fang Yin sebagai pelunas hutang.
"Penampilan gadis ini tidak menarik. Mungkin dia cocok dijual sebagai budak. Baiklah, lagipula istrimu juga sudah babak-belur begitu mana ada yang sudi meliriknya. Pengawal, bawa gadis ini!" seru Tuan Muda Yu.
Sebenarnya, bisa saja Fang Yin melawan mereka. Namun, itu akan membuat semuanya semakin kacau. Mungkin ini terlalu naif, tetapi Fang Yin masih berharap dia akan bertemu dengan orang yang baik setelah ini.
"Tuan Muda. Tidakkah Tuan bermurah hati menambahkan uang untuk kami. Setidaknya gadis ini bernilai lebih dari 100 koin emas," ucap Zhao meminta tambahan untuk harga seorang Fang Yin.
Fang Yin semakin geram dengan pria di depannya itu.
"Dasar penjudi! Pasti tanganmu sudah gatal jika tidak memegang uang!" Tuan Muda Yu melemparkan 10 koin emas dan segenggam koin perak yang entah berapa jumlahnya.
Zhao tersenyum lebar sambil memunguti uang itu dibantu oleh Ling Ling.
"Terimakasih, Tuan. Semoga panjang umur!"
Keberadaan Fang Yin di rumahnya membawa keberuntungan untuknya. Dia terbebas dari hutangnya dan memiliki modal yang cukup untuk berjudi lagi. Pasangan pejudi itu seperti ketiban durian runtuh di pagi buta.
Fang Yin menatap mereka penuh kebencian sebelum pergi mengikuti keempat orang yang telah membelinya. Dia tidak menyangka jika nasibnya akan seperti ini. Fang Yin selalu hidup dalam lingkungan istana dan tidak mengerti dengan dunia luar yang kejam. Begitu juga dengan Agata yang juga tidak terbiasa bersosialisasi dengan masyarakat karena harus bekerja membantu neneknya untuk mencari penghidupan sebagai seorang tabib sebelum dia menjadi dokter.
"Ke mana kalian akan membawaku?" tanya Fang Yin dalam perjalanannya.
"Lebih baik kamu diam dan ikut saja! Jangan banyak bertanya, Budak kecil!" seru salah satu pengawal Tuan Muda Yu yang mengapitnya.
****
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 408 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
bego amat sih fang yin bantai aja sekalian semua itung" pemanasan
2023-11-30
0
monkey D Luffy
yakan, pasti emang sifatnya jelek soalnya di awal udh dibilang "dikasih waktu" tapi g di tanggepin malah ngelunjak
2023-11-16
0
monkey D Luffy
ya..... menurut gw itu konsekuensinya, dia minjem harusnya ada kepikiran gimana kedepannya, bisa atau kaga ngelunasinnya, terus kan dah di bilang dikasih waktu sebelum2nya terus kayanya malah ngelunjak
2023-11-16
0