Malam ini cuaca benar-benar bersahabat, kududukkan diriku pada sebuah kursi yang ada di balkon, sekedar untuk menghilangkan lelah seharian bekerja.
Tak terasa hampir tiga bulan lamanya bekerja, dan selama itu juga aku tidak pernah membuka media sosialku.
Malam ini entah mengapa, ada rasa rindu untuk berselancar dimedia sosial. Ada keinginan melihat kabar teman-teman sekampung dan status teman seangkatan yang sekarang mungkin sudah menyandang status mahasiswa dan lain sebagainya.
Kumasukkan alamat email, selanjutnya ku tekan beberapa paswodnya, dan Alhamdulillah, media sosialku masih bisa dibuka.
Aku langsung menscrol ke menu chat, ternyata disana banyak pesan masuk, ada yang menanyakan kabarku, ada yang mengatakan rindu, bahkan ada yang mengirimiku kata i love you.
Aku sempat tertawa sendiri sambil membalas semua pesan yang masuk.
Sangat menyenangkan, setidaknya yang jauh terasa dekat, tapi diba-tiba....
Brakkkkkk.....
Entah bunyi apa yang pecah dari kamar tuan Hafiz, dibanting atau terjatuh aku juga tidak tau.
Sambil mengusap dada, kutenangkan diriku, meletakkan HP di atas meja santai, kemudian aku bangkit ingin mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Karena balkon ini juga terhubung ke kamar sebelah, yaitu kamarnya papa Adira, jadi itu memudahkan aku untuk mengintip.
Aku mencoba memindai semua ruangan lewat pintu kaca, dan memang setauku tadi sehabis makan malam, Adira di ajak opah untuk tidur bareng beliau di kamar bawah. Jadi bisa dipastikan tidak ada Adira di sana, lalu bunyi apa tadi.
Aku kembali memindai ruangan tuan arogan itu, sepertinya kosong.
"Mungkin hanya bunyi sesuatu yang terjatuh aja kali" itulah suara hatiku.
Tanpa aku sadari tiba-tiba ada yang membekap mulutku dari belakang dan langsung menyeretku.
Aku berusaha berontak untuk melepaskan diri, namun tangan ini sepertinya sangat kuat.
Kucoba berteriak, namun juga sia-sia karena mulutku dibekap dengan kuat.
Kucoba ingin melihat wajah orang yang menyeretku, tapi tak bisa, karena posisinya ada di belakangku.
Hanya yang aku tau saat ini, ia menarikku ke arah kamar tuan Hafiz.
Jantungku berdetak kencang, mataku membulat tajam sebagai pembuktian ketakutan.
Takut....itulah satu kata yang kurasakan saat itu.
Begitu aku dilempar ke tempat tidur, seketika itu juga ia mematikan lampu, tanpa aku sempat melihat wajahnya.
Seluruh badanku bergetar hebat, air mataku seperti tak punya bendungan lagi, ku gigit bibir bawahku untuk menahan takut yang teramat dahsyat.
Aku tau setelah ini akan terjadi hal buruk dan mungkin sangat-sangat buruk yang pernah kualami dalam hidupku.
Ternyata benar, secepat kilat orang ini menindih tubuh kecilku.
"Lepaskan!
tolong!" tapi lagi-lagi suara ku seketika habis seperti tanpa baterai.
Aku berusaha memberontak ingin melepaskan diri dari cengkraman setan ini, sambil menendang-nendangkan kaki, tapi tenagaku tidak bisa menyaingi tenaganya.
Dengan satu tangan, Ia mengunci ke dua tanganku ke atas ke pala. Sedang tangan yang lain berusaha melepas satu persatu penutup tubuh bagian bawahku.
"Tidak....tidak....!" teriakku yang tak kesampaian, tubuhku semakin melemah.
"Jangan lakukan ini tuan, ku mohon" suara lirihku pada orang yang ada di atas tubuhku saat ini. Berharap ia punya sedikit hati untuk berbelas kasihan ke padaku. Aku tetap berharap ada keajaiban yang terjadi untuk menghentikan semua ini.
Lagi-lagi aku seperti berharap dalam mimpi.
Tak akan mungkin keajaiban itu seperti disulap ibu peri.
Manusia yang ada di atas tubuhku benar-benar sudah kesetanan. Nafasnya terdengar sangat memburu, seperti harimau ingin menerkam mangsa.
"Siapa pun kamu yang ada di atas tubuhku, aku sangat membencimu sampai ke akhir hayatku!" itu janjiku .
Kini aku merasa tinggal pakaian atasku yang tersisa, sedang bagian bawahku sudah terasa polos.
Tak berapa lama terasa ada benda tumpul, namun sangat tajam berusaha merobek diriku, menembus pertahanan terakhirku. Disaat bersamaan juga, aku mendengar suara laki-laki mendesah menyebut nama "Sofia".
"Sungguh kau manusia laknat"
Pekikku dalam hati kecilku yang paling dalam. Kesadaran ku mulai menghilang, tak ada daya untuk menghalang, semua sudah tertetes dengan noda hitam.
"Sofia" kata terahir yang kudengar, setelah itu aku tak sadarkan diri.
🍀🍀🍀
"Ais.....!
Ais.....!" Suara wanita paruh baya mengiang dikupingku.
"Ja....jangan....!" aku berteriak dan terduduk diatas pembaringan. Keringat mengucur dikeningku, ku tatap disekeliling kamar memastikan di mana aku berada saat ini. Kuperiksa seluruh pakaianku, ternyata masih lengkap seperti yang kukenakan semalam. Kemudian ku tatap wajah orang yang ada di sampingku.
"Ais, kamu kenape nak?" tanya puan Jijah yang duduk di pinggir kasurku. Ternyata ada Adira juga di sampingnya yang menatapku heran.
"Alhamdulillah, ternyata itu hanya mimpi burukku" gumamku dalam hati.
Puan Jijah yang melihat heran tingkahku, langsung meraba keningku " ya Allah, Ais...badanmu panas"
Tampak ke khawatiran di wajahnya.
"Hari ini kamu tak usah kerje, istirahat, nanti saye suruh Hafiz bawak kamu berobat".
"Nggak usah puan, palingan nanti juga saya sembuh sendiri"
"Ais, jangan menolak, jike Ais demam kesian Dira, tak ade yang jage". Puan Jijah berusaha menasehatiku agar mau pergi berobat.
Yang jadi masalah, masak ia aku harus pergi bersama tuan Hafiz, jangankan pergi berobat, bicara saja tak pernah kami lakukan.
"Ingat Ais, nanti pergi berobat same Hafiz!" Peringatan terahir dari puan Jijah sebelum ia meninggalkan ruanganku.
"Aunty cepat sembuh ye!" suara lucu Adira menyemangati ku.
" Ia sayang" jawabku pada gadis kecil itu.
Kini tinggal aku sendiri dikamar ini, aku berusaha menggapai hape yang ada di atas nakas samping tempat tidurku. Begitu aku ingin bangkit ada yang tidak beres dengan diriku, rasa perih menjalar di organ intimku.
Deg....
Aku merasa ada yang tidak beres pada diriku. Dengan tangan bergetar dan air mata yang hampir mengalir ku beranikan diriku menyibak selimut yang melekat di tubuhku, selanjutnya berusaha membuka celana dalamku.
Deg....
Mulutku ternganga, mataku membulat, air mataku terjun bebas, melihat ada bercak darah di celana dalamku.
"Apa aku sedang haid?, tapi rasanya tidak karena baru seminggu yang lalu aku kedatangan tamu itu"
Untuk memastikan lagi ku gunakan jari telunjukku untuk menyentuh organ intimku.
Dugggg.....
Begitu ku lihat ada darah segar yang masih mengalir.
Sekarang aku yakin, kejadian yang kualami semalam bukanlah mimpi, melainkan nyata.
Kupukuli diriku sendiri, aku sangat prustasi, aku menangis dan berteriak sekuatnya dengan membenamkan wajahku di dalam bantal.
"Ya Allah....malangnya takdir ku ini, aku yang selama ini ingin berjuang membantu keluarga, malah berahir tragis seperti ini.
Benar-benar aku tidak sanggup lagi ya Allah. Aku tidak tau siapa laki-laki yang telah menodaiku, aku juga tidak mungkin mengadu ke pada puan Jijah, satu yang aku tau, laki-laki itu ada dirumah ini. Yang pasti bukan Adam. Melainkan...., melainkan.... Tuan Hafiz, ya tuan Hafiz".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
auliasiamatir
kira kura hafis atau adam yah,
2023-01-30
0
meli meilia
tragis banget sih Lin, nasib ais..
2022-12-03
0
meli meilia
ahhh.bukan mimpi...
2022-12-03
0