Part 17

Sastro yang sedang membonceng widya pun menghentikan motornya, sastro memang berangkat dan pulang bareng dengan widya karena mereka tetangga dekat, bisa di bilang mereka masih saudara jauh.

"Napa motor kamu?" tanya sastro.

"Mogok, nggak mau nyala."

Widya turun dari motor sastro ia menghampiri mike, berdiri sangat mepet dengannya. Sastro juga ikut turun ia mendekati motor cleo, mencoba melihat kerusakan pada motor matic itu.

"Ini sih harus ke bengkel," ujar sastro.

"Lha aku pulangnya gimana?" keluh cleo kesal.

"Telepon papa kamu gih," usul sastro.

"Nggak, papa sibuk," tukas cleo.

"Sudah aku bilang, aku akan mengantarmu pulang," sela mike.

Cleo menghembuskan nafas panjang. Ia sungguh tidak mengerti dengan laki-laki yang ada di hadapannya itu. Kurang jelaskah cara cleo menolaknya.

"Sas anterin aku pulang ya," pinta cleo dengan mengedipkan matanya beberapa kali.

Mike mendengus kesal, bagaimana cleo bisa memasang wajah imutnya pada sastro tetapi tidak padanya. Sastro menahan tawanya, ia tahu cleo sengaja melakukan hal itu.

"Tapi aku harus membonceng widya," ucap Sastro seraya bangkit dari tempat ia berjongkok.

"Wid, kamu bisa pulang bareng mike nggak, biar sastro nganterin aku sekalian ke bengkel."

"Aku sih, mau aja tapi ..."

"Mike bisa kan, kita kan teman," bujuk cleo.

Wajah mike tampak kesal. Yang benar saja, bagaimana bisa cleo melempar cewek itu padanya.

"Bagaimana kalau aku mengantarmu saja, rumah kita searah buka," ucap mike mencoba merayu.

Cleo memelototkan mata tajam pada mike.

"Kamu tau rumah cleo Mike?" tanya widya terheran-heran. Widya yang pernah sekelas dengan cleo saja tidak tahu rumahnya, bagaimana mike bisa tahu.

"Dia asal ngomong, udah cepat sana anterin widya pulang," ketus cleo.

Dengan perasaan enggan mike mengantarkan Widya pulang, sebenarnya ia sungguh tidak ingin melakukannya. Tetapi mike merasa tidak enak karena hampir membongkar rahasia cleo.

Mike menarik tangan widya dengan sedikit kasar. Widya yang masih belum tahu perasaan kesal mike merasa senang karena bisa menghabiskan waktunya bersama pujaan hati.

"Akhirnya pergi juga," ujar cleo lega setelah pasangan itu berlalu.

"Suka banget kamu ngerjain orang." Sastro menoyor kening cleo. Cleo mengerucutkan bibirnya.

"Kesel aja, dari tadi di usir alus nggak ngerti-ngerti. Dah lah males, ngomongin dia. Rujakan yuk!" cleo menarik lengan Sastro.

"Rujakan dimana?"

"Di rumah kamulah," ujar cleo dengan semangat.

Pasrah. Sastro pun mulai menyalakan mesin motor bututnya, setelah cleo naik ke boncengan. Mereka berdua melaju meninggalkan sekolah. Cleo sudah mengirimkan pesan pada bengkel langganan keluarganya, sekalian ia juga minta izin pada arie untuk bermain ke rumah sastro.

Rumah sastro lumayan jauh dari sekolah, mereka membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai di rumah sastro.

Sebuah rumah sederhana dengan dua pohon mangga yang ada tumbuh di halaman. Perlahan motor sastro masuk ke halaman, ia kemudian menghentikan motornya. Cleo segera turun dan mengucapkan salam di depan pintu.

Seorang wanita paruh baya membukakan pintu, beliau memakai daster panjang dan hijab instan.

"Cleo, lama kamu ndak kesini," ucap wanita itu yang tak lain adalah mira, ibunda sastro.

"Hehehe ... lagi sibuk Bu, sebentar lagi kan ujian," jawab cleo.

Cleo meraih tangan mira lalu menciumnya dengan takzim.

"Mbah uti dimana Bu?" tanya cleo.

"Mbah uti lagi istirahat, baru saja tadi duduk di belakang sama ibu. Ayo masuk."

Cleo mengangguk, ia kemudian mengikuti langkah mira masuk. Sastro mengikuti langkah kedua perempuan itu setelah memarkirkan motornya di samping rumah.

Cleo sering bermain kerumah sastro sejak SMP, ia cukup akrab dengan ibu sastro. Cleo mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah

"Cleo mau rujakan katanya, Bu," ujar sastro sambil mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sebelah cleo.

"Ambil buahnya gih, kalau mau rujakan," titah mira sambil meletakkan segelas air putih untuk cleo dan sastro

"Terima kasih Bu."

Mira tersenyum sambil mengusap lembut rambut cleo, ia ingin sekali memiliki anak perempuan. Namun, sayang rahim mira sudah di angkat ia tidak bisa lagi hamil.

"Sas, kamu ambil jambu di belakang. Kebetulan tadi ibu beli nanas sama pepaya."

"Siap Bu," jawab sastro setelah meminum habis air miliknya.

"Aku bantu ambil jambu ya!"

"Cleo ndak mau bantu bikin sambalnya?" tanya mira.

"Hehehe ....nggak deh Bu, nggak bakat."

Cleo bangkit dari duduknya kemudian mengikuti langkah sastro yang sudah mendahuluinya. Dua remaja itu berkacak pinggang dengan kepalanya yang mendongakkan keatas.

Buah jambu yang sudah ranum dan memerah tampak begitu menggoda.

"Tinggi banget!" ujar cleo.

"Lumayan, aku ambil galah dulu."

"Hem."

Sastro beranjak pergi ke samping rumah, tempat ia biasa menyimpan galah bambu untuk mengambil buah. Halaman belakang rumah sastro lebih luas daripada rumahnya, ayahnya menanam bermacam-macam pohon buah-buahan. Beliau memang suka sekali berkebun buah.

"Lama banget sih," gumam cleo

Tak sabar menunggu akhirnya cleo memutuskan untuk memanjat pohon jambu. Ia melepaskan sendal dan mulai merayap naik, untuk saja ia masih memakai baju olahraga raganya jadi ia bebas untuk bergerak.

Tak berapa lama sastro kembali sambil membawa galah. Ia bingung saat tidak melihat cleo di sana, dan tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.

"Sas!"

"Iya, kamu dimana?" sastro celingukan mencari suara cleo.

"Di atas!"

Sastro mendongakkan kepalanya.

"Eh kampret, monyet! ngapain kamu di situ?"

Cleo duduk di salah satu dahan pohon sambil memeluk beberapa buah jambu.

"Kami lama, aku naik aja," jawab cleo.

"Turun!" titah sastro.

"Itu ...aku nggak bisa turun," jawab cleo lirih.

Andai ia bisa turun, sudah dari tadi ia lakukan. Apalagi dengan buah jambu yang ada di tangannya, membuat cleo semakin kesulitan untuk turun.

"Jambunya lempar kebawah nanti aku pungut!"

"Nanti bonyok, sayang. Aku dah Capek-capek manjat!"

"Kami mau nangkring di sana ampe kapan!"

Cleo pun terpaksa melemparkan semua jambu yang ada di tangannya. Setelah semua jambu itu mendarat di tanah, sastro segera memungutinya satu persatu.

Cleo mencoba untuk turun dan tiba-tiba.

Brugh.

"Astaga Cleo!" pekik sastro.

Kaki cleo terpeleset, ia jatuh dan mendarat dengan keras di atas tanah. Sastro segera mendekat, ia membantu cleo berdiri.

"Kamu tuh ngapain?"

"Turunlah, ngapain," jawab cleo dengan ketus.

Pantatnya panas karena bercumbu mesra dengan tanah. Cleo hendak melangkah tetapi pergelangan kakinya terasa sakit. Sastro akhirnya memapah gadis itu masuk.

Terpopuler

Comments

Rusland Wuland

Rusland Wuland

lucu dech...cleo bikin aku ketawa...

2022-04-21

0

Elazmi Puji

Elazmi Puji

Cleo ada ada aja manjat nya bisa turun nya ga bisa🤣🤣🤣🤣

2022-04-09

0

Ina Lestari

Ina Lestari

nextt Thor Smngt 💪

2022-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!