Part 4

Naoki mengikuti sepeda motor matic warna pink itu sampai masuk ke gerbang rumahnya, barulah kemudian naoki melajukan mobilnya meninggalkan rumah keluarga wang.

"Aku hanya memastikan dia sampai di rumah dengan selamat, tidak lebih. Hanya menjaganya seperti adik," naoki bermonolog pada dirinya sendiri.

"Mama, c pulang!" teriaknya kencang.

Tak ada jawaban, cleo melangkah menuju dapur untuk mengambil air dingin kesukaannya.

"Mbak Ning, Mama dimana?" tanya cleo pada asisten rumah tangga yang sedang menata belanjaan di dapur.

"Nyonya ada di kamar, Non," jawab nining.

Cleo manggut-manggut, ia membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol air mineral dingin. Setelah menenggak habis isinya, ia membuang botol itu ke tempat sampah kemudian meninggalkan dapur.

Cleo menaiki tangga menuju kamar utama di rumah itu. Langkah cleo terhenti didepan pintu kayu besar berwarna coklat.

Ia mengetuknya beberapa kali.

"Ma, ayo pergi. Katanya mau ke butik?" tanya cleo setengah berteriak.

"Ya sebentar," sahut arie dari dalam kamar.

Cleo menyandarkan tubuhnya di tembok, mengeluarkan ponselnya dari tas untuk membaca beberapa bab novel yang sempat ia lewatkan. Jawaban sebentar dari sang mama itu berarti sepuluh sampai lima belas menit lagi, lumayanlah bisa baca tiga bab.

Cleo Begitu asik membaca sampai tidak mendengarkan suara pintu yang terbuka.

"C, ayo." Arie menepuk bahu putrinya pelan, cleo terjingkat. Ponselnya hampir saja terjatuh.

"Ish Mama bikin kaget deh."

"Kamu tuh yang terlalu serius baca, cerita apaan sih?" tanya arie kepo.

"Hem ..baru kok mah, cerita cewek lagi nyamar jadi cowok gitu. Trus si cowok jatuh cinta jadi bucin kayak papa," ujar cleo sambil cekikikan.

"Seru kayaknya, nanti bagi link-nya ke mama ya." cleo mengangguk, ia kemudian mengikuti langkah arie yang sudah mendahuluinya.

Hoby membaca cleo sepertinya menurun dari ibunya, arie sangat suka membaca novel kadang sampai membuat suaminya merasa cemburu karena di abaikan.

Keduanya pergi ke butik di antar oleh supir kesayangan keluarga mereka, pak saipul alias ipul. Setelah cukup lama perjalanan akhirnya mereka sampai di butik langganan arie, memang bukan brand ternama tetapi baju yang mereka buat tidak kalah cantik dari merek-merek terkenal. Yang penting bagi arie adalah kenyamanan dan ramah di kantong.

Walaupun sudah menjadi nyonya besar wang. Namun, sikap rendah hati dan sederhana masih arie jaga dan ia juga mengajarkan hal yang sama pada putrinya.

Cleo sangat menurun sifat arie ia lebih suka sekolah biasa tapi tetap terbaik, memakai motor daripada harus bermewah-mewah memakai mobil seperti temannya yang lain.

Setelah mobil terparkir sempurna arie turun kemudian cleo mengikutinya.

"Selamat datang Nyonya wang," sambut pemilik butik itu saat Arie memasuki tokonya.

"Hais kamu, udah di bilangin nggak usah gitu, masih aja," ketus arie.

"Lha kan emang bener anda Nyonya wang," kilah mila terus menggoda. Arie memutar bola matanya jengah.

Mila sangat menyambut baik arie sebagai pelanggan VIP di butik miliknya. Meskipun butik milik mila hanya butik kecil, tetapi ia selalu mengedepankan kualitas dalam pembuatan setiap bajunya.

Cleo hanya mengangguk sopan menyapa mila. Mila tersenyum membalasnya dengan anggukan.

"Baju aku udah jadi?" tanya arie.

"Nyonya duduk dulu, saya ambilkan gaunnya," ujar mila sambil mempersilahkan kedua tamu istimewanya.

Arie pun duduk di sofa yang tersedia di sana, butik itu tidak terlalu besar. Terlihat sangat nyaman dan rapi, arsitektur bangunan yang mengusung konsep jawa kuno membuat butik itu terasa hangat.

Tak lama mila datang dengan asistennya mereka masing-masing membawa satu gaun berwarna hitam yang tampak begitu elegan.

"Ini untuk Nyonya boss dan ini untuk cleo," ucap mila seraya menyerahkan dua gaun itu.

"Cantik banget, sederhana tapi elegan. Aku suka, nggak terlalu mencolok juga. Aku suka," ucap arie dengan wajah berbinar melihat gaun panjang dengan satu lengan yang ia terima.

"Kamu gimana? suka?" tanya arie pada putrinya.

"Suka Ma," jawab cleo bersemangat. Gaun dengan lengan transparan itu sangat menarik di mata cleo.

"Kenapa hitam Ma?"

"Kan dress code-nya black and white," jawab arie pada sang anak. Mulut kecil cleo hanya ber o ria.

Setelah mendapat gaun mereka kedua wanita beda usia itu pulang, cleo lebih seperti adik arie. Mama muda itu tidak pernah lupa untuk pergi perawatan bersama siska maklum saja, suami mereka adalah orang terpandang dan masih nampak muda di usianya. Agar uler keket tidak dekat-dekat mereka harus menjaga pesonannya, meskipun suami mereka cinta mati tapi istri pintar tetap harus antisipasi.

"Mama yakin papa ngasih izin mama pake baju itu?" tanya cleo saat perjalanan pulang.

"Kenapa memangnya? dressnya aman kok kalau menurut mama," jawab arie gamang.

"Aman yang bawah, yang atas kebuka gitu."

"Hem, benar juga sih. Tapi mama suka banget sama gaun ini, gimana dong?"

"Kenapa tanya cleo, mama kan pawangnya," jawab Cleo santai.

Arie manggut-manggut mengerti. Mobil melanju cukup kencang membelah keramaian kota surabaya. Mobil itu akhirnya sampai di rumah besar keluarga wang. Arie dan putri semata wayangnya turun, arie tersenyum melihat mobil milik suaminya yang sudah terparkir di garasi.

Arie berlari kecil masuk. Cleo hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah bucin sang mama.

Arie segera menaiki tangga menuju peraduan cintanya. Ia yakin sang raja sudah menantinya di dalam sana.

Arie memutar knop pintu lalu mendorongnya perlahan. Dengan mengendap-endap ia masuk, niatnya ingin memberikan kejutan pada alex. Arie mengerutkan keningnya, kamar itu sepi tak ada seorangpun di sana, ia tidak sadar jika sang suami berdiri dibelakangnya.

Grep.

Dua tangan kekar yang masih terbalut jas berwarna abu-abu memeluknya dari belakang.

"Miss me?" bisik suara berat milik suaminya.

"Em ... sedikit."

Alex mendengus kesal, tetapi ia tidak marah. Pria paruh baya itu meletakkan keningnya di bahu arie.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***