Part 2

Cleo berjalan terseret dengan tas yang juga ia seret menyapu lantai. Nafasnya tersengal kelelahan, ia berjalan mendekati sofa terdekat yang bisa ia jangkau.

Bruk.

Cleo menjatuhkan dirinya dengan kasar, menghempaskan tubuhnya begitu saja. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Mbak Neng!" panggil Cleo dengan suaranya yang terdengar lelah.

Neneng yang kebetulan sedang membersihkan meja yang tak jauh dari sana segera berjalan ke arah suara yang memanggilnya.

"Non Cleo! astaga, kenapa Non?" raut wajah Neneng terlihat cemas melihat Cleo yang tengkurap, terkapar lemah seperti ikan paus yang terdampar di pantai.

"Air Mbak, tolong," ucap Cleo dengan lirihnya, tenggorokannya terasa kering kerontang.

"Iya Non." Neneng segera berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.

Tak lama Neneng kembali dengan sebotol air mineral dingin kesukaan Cleo, biasanya Nona muda itu akan langsung ke dapur untuk mengambil sendiri apa yang ia inginkan. Cleo bukanlah jenis anak manja yang suka di layani. Namun, keadaannya saat ini memaksanya untuk meminta tolong pada si asisten rumah tangga yang sudah ia anggap seperti Bibinya sendiri. Kaki Cleo lemas tak berdaya, rasanya mati rasa. Jika bisa ia ingin mengganti kakinya dengan yang baru.

"Ini Non." Neneng menyodorkan botol bening pada Cleo.

"Makasih Mbak Neng," jawab Cleo. dengan susah payahnya ia mendudukkan dirinya.

Cleo mengambil botol yang disodorkan oleh Neneng, dengan cepat Cleo meneguk air itu hingga tandas.

"Huf ...seger!" seru Cleo. Ia seolah hidup kembali setelah menghabiskan sebotol air dingin di tangannya.

Neneng tersenyum kecil melihat tingkah nona mudanya itu.

"Makasih ya Mbak." Cleo bangkit dari duduknya ia melanjutkan perjalanan menuju kamarnya.

"Saya bantu jalan ya Non," tangan Neneng terulur hendak membantu Cleo berjalan. Ia tidak tega melihat Cleo yang terlihat kecapekan.

"Enggak usah Mbak, Cleo bisa kok," ujar Cleo dengan tersenyum kecut.

Cleo melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga yang terasa seperti menaiki gunung Merapi. Lututnya berdenyut sakit , terasa tak mampu lagi untuk berjalan. Setelah menyelesaikan perjuangan menaiki anak tangga Cleo membuka perlahan pintu kamarnya. Ia meletakkan tasnya begitu saja.

Cleo bergegas membersihkan dirinya. Setelah cukup lama menguyur dirinya dengan air dingin. Cleo pun menyudahi ritual mandinya, dengan rambut yang masih basah ia menghempaskan tubuhnya. Tentu setelah ia memakai tank top dan celana gemas.

"Huf... aku merindukanmu," ucap Cleo lirih sambil menduselkan wajahnya di bantal besar warna kuning kesayangannya.

Dengan posisi tengkurap Cleo mulai terlelap, mendorong motor di tengah teriknya matahari cukup membuat gadis itu kelelahan.

😴😴😴

Sementara itu di kamar yang berbeda.

Naoki yang baru saja pulang dari kampus melakukan hal yang sama seperti Cleo, ia segera membersihkan dirinya. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan satu tangan ia pakai sebagai bantal.

Pria berumur 23 tahun itu menatap jauh keluar pintu balkon yang sengaja ia buka lebar. Ingatannya menerawang pada kejadian dimana ia bertemu dengan Cleo.

"Hah... gara-gara kaleng rombeng, aku jadi harus relain uang jajan aku bulan ini," keluh Naoki dengan senyum yang tersungging bahagia di bibirnya.

Suara yang cempreng seperti kaleng rombeng, badan pipih seperti papan triplek, mata sipit, begitu banyak kekurangan yang ada dalam diri Cleo. Namun, entah kenapa Naoki selalu tidak pernah bisa melepaskan Cleo. Ia selalu ingin mengusili gadis itu.

Akan tetapi Naoki hanya sekedar iseng saja, ya hanya sekedar iseng. Tidak ada niat lain, itu yang Naoki tanamkan dalam dirinya. Ia tidak menyadari rasa yang tumbuh dalam hatinya untuk Cleo, Naoki selalu selalu berusaha menepis rasa itu.

Naoki tersenyum kecil ia mengingat bagaimana raut wajah Cleo yang kelelahan. Pandangan Naoki tertuju pada benda berbentuk bulat tak sempurna berwarna kuning dengan telinga lancip dan warna hitam di bagian ujungnya, naoki meletakkan boneka itu diatas meja. Tangan Naoki terulur mengangkat boneka itu, ia tersenyum miring.

"Kau dan pembuatmu sama, sama-sama merepotkan," keluh Naoki sambil meremas gemas boneka yang ada di tangannya.

Satu-satunya boneka yang ia punya. Naoki mendapatkannya saat acara tukar kado di rumah asuh milik keluarga Wang saat dia berumur 10 tahun. Ia sengaja mengincar boneka itu karena Naoki tahu siapa yang membuatnya.

Tanpa pria itu sadari sebuah senyum mengembang di bibirnya. Tangannya tak henti mengusap-usap benda empuk berwarna kuning yang ada di tangannya.

🐻‍❄️🐻‍❄️🐻‍❄️

Sebuah Kafe terlihat ramai dengan pengunjung yang sebagian besarnya adalah anak muda, mereka menikmati secangkir kopi dan minuman lain yang tersedia di sana. Ada juga life musik yang memperbolehkan siapa saja untuk menyalurkan hobi mereka untuk bernyanyi.

Meja dan kursi yang terbuat dari ban bekas. Di tata dengan apik dan nyaman untuk nongkrong dan berkumpul bersama teman-teman. Beberapa coretan seniman juga menghiasi dinding kafe yang apik untuk berselfie ria.

Naoki duduk disalah satu sudut kafe, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, ada kepuasan tersendiri bagi Naoki melihat kafe yang ia rintis bersama sahabatnya berkembang seperti saat ini.

"Ngapain Ki?" tegur Andi. Sahabat Naoki, sekaligus seseorang yang di percaya Naoki untuk menjalankan kafe itu.

Andi mendudukkan dirinya di bangku kosong yang ada di sebelah Naoki.

"Nggak apa-apa, puas aja," jawab Naoki sambil menyeruput capuccino miliknya.

"Hem ... semuanya berjalan seperti apa yang kita impikan Ki, punya usah sendiri. Bisa menghasilkan uang tanpa merepotkan orang tua, gue makasih banget ama lu yang udah percayain cafe ini sama gue," ujar Andi dengan sungguh-sungguh.

Naoki memang pemegang utama kafe itu, sementara Andi yang menjalankannya. Naoki hanya sesekali datang berkunjung.

"Apaan, nggak usah melow gitu, jijik gue lihatnya," ucap Naoki sambil bergidik geli.

Tatapan Naoki terhenti pada seorang gadis yang baru saja turun dari sepeda motor matic miliknya, meskipun gadis itu memakai helm full face, tetapi naoki sudah terlalu hafal dengan perawakan dan motor yang di pakainya.

"Ini kafenya?" tanya Cleo pada sahabatnya.

Mereka berdua berboncengan datang ke kafe itu setelah seorang teman mengajak mereka untuk bertemu.

"Iya, nggak salah kok," jawabannya sambil mencocokkan nama cafe dan alamat yang ada di ponselnya.

"Masuk aja dulu, anak-anak pasti udah di dalam," ajaknya.

"Ok deh." Cleo merapikan rambutnya sambil berkaca di spion sepeda motornya.

Kedua gadis remaja itu pun masuk. Mereka mencari letak meja dimana teman mereka berkumpul.

"Cleo!"

Mereka namanya di panggil Cleo pun menoleh, Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut ikal hitam legam, melambaikan tangan padanya.

"Hai!" Sahut Cleo.

Ia pun berjalan mendekati meja itu.

"Lama banget sih kamu," keluh sastro.

"Sorry Sas, aku kan nggak pernah ke sini." Cleo mendudukkan dirinya begitu juga dengan widya.

"Mana yang lain, katanya rame-rame?"

"Kamu nggak liat kafe ini rame," jawab Sastro dengan santainya. Cleo hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Liat aku punya mata," ketus Cleo.

Terpopuler

Comments

Rusland Wuland

Rusland Wuland

kya seru nich crtanya....

2022-04-21

0

Elazmi Puji

Elazmi Puji

s we dya itu yg jahat kan sama si c,yg waktu d novel Karina we dya mau jebak si c,tapi untung ada nao

2022-04-09

0

mi bule

mi bule

lanjuuuuuuttt.. semangat up nya thooooorrr 💪😘

2022-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!