Mereka semua terdiam beberapa saat setelah mendengar perkataan Lana. Gilang semakin takjub dengan bocah berusia 8 tahun itu ia tak menyangka bahwa anak sekecil Lana bisa berfikir dewasa.
Sedangkan Alisa matanya berkaca-kaca memandang Lana yang juga memandang dirinya. Alisa terharu dengan putranya itu, tak disangka didikan yang selama ini ia ajarkan diserap dengan baik oleh putranya. Ia menangis haru, setitik air mata jatuh dipipi nya yang sudah tirus.
''Mak... Abang minta maaf ya jika perkataan Abang menyinggung Mak.. Abang nggak bermaksud begitu.. Abang hanya.. hanya...''
''Maaf kan Abang Mak.. Abang nggak mau jadi anak durhaka maaf Mak.. maaf...'' Lana bangkit dari duduknya dan bersimpuh didepan Alisa yang sedang menangis terharu.
''Maaf kan Abang Mak.. maaf..''
''Maaf kan kakak juga Mak yang nggak bisa menegur adek saat ia berbuat salah, kakak sudah gagal mendidiknya, maafkan kakak Mak... kami bersalah.. jangan hukum kami Mak... kami bukan anak durhaka... hanya salah saja dalam berbicaraaaaa...''
Gilang dan Pak supir yang melihat pun ikut menangis. Sungguh.. jauh didalam hati Gilang ia juga ingin seperti itu kepada ibunya tapi apa hendak dikata jika rasa kecewa yang sudah bercokol lama dihatinya belumlah hilang.
Ia juga merindukan bisa berkumpul seperti ini tapi itu tak mungkin sampai sekarang pun ia belum berdamai dengan hatinya.
Sebagai orang tua pastilah ia menginginkan anaknya berbakti terutama kepada ibunya seperti pak Kosim ini.
Dia adalah supir orang tua Gilang dari dulu saat mereka masih di Jakarta sampai ke Medan, beliau tinggal di Bogor dan keluarga nya pun disana.
Pak Kosim datang ke Jakarta untuk mencari sesuap nasi demi menghidupi keluarganya. Anak anak pak Kosim masih membutuhkan biaya untuk sekolah maka dari itu beliau terpaksa merantau ke Jakarta lalu sekarang ke Medan dan disinilah dia berada, pak Kosim sedang menyaksikan seorang anak yang berbakti kepada ibunya ia menjadi terharu dan teringat akan putranya disana.
Sungguh hati siapa yang tak akan tersentuh jika melihat seorang anak kecil begitu menyayangi ibunya.
Ia rela meminta maaf padahal apa yang dikatakan olehnya itu benar tidak salah, tapi karena takut akan murka Nya ia menangis meminta maaf.
Alisa yang sedari tadi sudah tidak menangis lagi dengan perlahan ia mengusap kepala kedua anaknya. Ia sangat bersyukur memiliki anak anak yang pengertian seperti mereka.
''Bangun Nak, Mak .. tidak marah sama Abang dan juga kakak.. hanya saja.. Mak terharu.. bagaimana mungkin putraku yang masih kecil ini dan bahkan belum disunat sudah pintar berbicara dengan bijaksananya, hem?''
''Untuk kakak.. kakak nggak salah kok Nak, kakak sudah berhasil mendidik adek dengan baik buktinya ia bisa menegur orang yang salah ya... walaupun dengan gaya dan caranya sendiri...kalian anak anak yang baik Mak beruntung memiliki kalian berdua.'' Alisa tersenyum lembut menatap kedua buah hatinya.
Sedang seseorang di sudut sana mematung mendengar ucapan Alisa. Ia terdiam tanpa kata saat mendengar ucapan Alisa untuk anaknya belum lagi senyum manis semanis gula membuat jantungnya dag dig dig tak karuan.
Ia memandang Alisa tak berkedip, Pak Kosim yang melihatnya terkekeh kecil ia geli melihat kelakuan Gilang seperti itu. Seperti remaja yang sedang jatuh cinta saja pikirnya.
Mata pak Kosim membola. ''Apakah Gilang menyukai Alisa?? Karena itulah ia sering mampir kesini?? Hingga ketika sakitpun anak anak Alisa yang mengantarkan makanan ?'' Bisik hati Pak Kosim.
Ia memandang Gilang dengan seksama dan ternyata terlihat jelas kalau memang benar Gilang menyukai Alisa.
Pak Kosim tersenyum, ''Semoga kamu mendapatkan pendamping hidup seperti Alisa ya Nak, Bapak harap kamu bahagia selamanya..'' bisik hati Pak Kosim.
''Neng Alisa boleh bapak bertanya??'' Alisa menoleh.
''Iya Pak, boleh! apa yang ingin Bapak tanyakan?''
''Maaf Neng.. Bapak hanya ingin tau apakah Neng Alisa seorang janda? Karena dari yang Bapak perhatikan, suami Neng Alisa kok nggak pulang? Sedangkan kita sudah lama disini.. maaf Neng, bukan maksud Bapak mengorek hal pribadimu Bapak hanya penasaran saja.''
Alisa tersenyum tenang bagai air, tapi tak tau apa yang terjadi didalam nya. Dalamnya air dapat diukur tapi dalamnya hati manusia siapa yang tau?
''Bapak benar! Saya seorang janda yang baru saja berpisah dengan suaminya dan anak anak ini anak kami berdua. Hidup belasan tahun tidak menjamin rumah tangga itu utuh untuk selamanya kan Pak? Ada saatnya kita harus berpisah dan berjuang sendiri, saya seorang single parent karena itu saya sangat berhati-hati dalam bersikap jika tidak ingin menimbulkan fitnah.''
''Ya, itu memang benar Neng! kehidupan sebagai seorang janda itu memang menjadi sorotan dalam masyarakat kita, entah apa salah dan kurangnya seorang janda selalu saja dianggap buruk. Mereka hanya melihat dari luarnya saja tapi tak tau apa yang terjadi dengan orang itu sebenarnya.''
''Maka dari itu Pak, saya selalu berhati-hati dalam menerima tamu. Apalagi jika tamu itu seorang laki laki. Pasti akan menimbulkan prasangka buruk bagi yang melihat nya ya.. walaupun tamu itu berniat baik sama kita, tapi tetap saja dipandangan orang seorang janda itu buruk.'' ucapnya sambil melirik Gilang yang juga sedang menatapnya. Gilang termenung mendengar ucapan Alisa.
''Iya Neng, Bapak juga tau itu. Tapi jika nanti terjadi sesuatu dengan Neng Alisa atau apapun itu, jangan diam saja. Neng harus bisa melawan mereka yang selalu menindas, yang selalu memandang rendah seorang janda. Buktikan jika menjadi seorang janda itu bukan keinginan mereka tapi memang sudah menjadi takdirnya. Buktikan kepada mereka bahwa seorang janda itu juga manusia sama seperti mereka. Jangan selalu dipandang hina.. jika mereka buruk kita harus melawannya dengan kebaikan! Ingat itu Neng..'' jelas Pak Kosim panjang lebar.
Alisa yang mendengar nya tersenyum.
''Terimakasih banyak Pak untuk nasihatnya, saya akan mengingatnya.''
''Sama sama Neng, kita sesama manusia memang harus saling mengingatkan. Terutama Neng Alisa, karena Bapak juga memiliki seorang putri yang sudah janda..'' lirih nya dengan wajah sendu.
Gilang yang mendengar nya terkejut. Ia berpaling melihat Pak Kosim yang tertunduk. Sedangkan Alisa terdiam, tak tau harus bicara apa apa karena Pak Kosim sudah lebih dulu mengalami nya.
''Eh, Om Gilang! Terimakasih ya untuk hari ini? Abang sangaaaattt senang bisa makan ayam KFC lagi. Dari dulu Abang sudah menginginkan nya tapi tak bisa...''
''Iya sama sama pangeran... lain kali jika butuh sesuatu, bilang aja ya ke Om? Kalau bisa akan Om berikan tapi jika tidak, kita akan berusaha bersama sama untuk mendapatkan nya oke boy?''
''Ashiaaaap bos! Dengan senang hati Abang akan mengatakan nya sama om Gilang! Aseekk..'' sahut lana.
Gilang tersenyum, melihat tingkah Lana. Baginya kebahagiaan Lana adalah kebahagiaan juga untuknya.
Mereka melanjutkan makannya kembali. Gilang membuka plastik buah-buahan untuk mereka makan bersama.
''Abang mau yang mana buahnya?''
''Abang mau buah pir aja! itu buah kesukaan Abang. Dulu ketika masih sama Ayah, Ayah sering banget membelinya tiap kali gajian hari Sabtu. Malam minggunya pasti beli buah!'' ceplosnya tanpa sadar membuat Alisa dan Gilang saling pandang satu sama lain hingga beberapa saat.
Lana yang merasa sunyi akan jawabannya tak dijawab oleh Gilang mendongak, terlihat Alisa dan Gilang yang saling pandang.
''Om sama Mak kenapa kok saling pandang? Ada yang aneh kah dari jawaban Abang tadi?'' tanya nya kebingungan.
Alisa dan Gilang yang mendengar ucapan Lana memutuskan kontak mata. Kedua orang beda usia itu salah tingkah karena ketahuan Lana.
Ira tersenyum tipis sedang Pak Kosim pura pura nggak tau. Ia sibuk dengan makanan nya yang belum habis. Tapi didalam hatinya, ia ikut senang melihat Gilang bahagia.
''Ah iya, apa tadi? Abang mau yang mana buahnya??'' tanya Gilang.
''Ck!! Om payah ni.. dari tadi nggak denger ya apa yang Abang bilang??'' imbih Lana cemberut.
"Hehehe.. Om denger kok. Ya kan Pak kosim?" Gilang mengedip kan matanya ke Pak Kosim. Pak Kosim yang melihat pun jadi bingung.
"Hah? memang denger kok denger ini lagi denger juga apa yang Aden bilang ke Lana."
Gilang melotot melihat Pak Kosim. Bisa bisanya Pak Kosim nggak nyambung disaat kayak begitu.
Pak Kosim yang dipandang Gilang hanya tersenyum kaku, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Hahaha berarti Om sama Pak Kosim nggak dengerin kan apa yang Abang bilang tadi? Makanya Om sama Pak Kosim nggak bisa jawab kan?? Hihi..." Lana terkikik geli melihat Gilang dan Pak Kosim saling pandang.
Mereka pun terkekeh setelah menyadari nya. Lana sangat antusias menceritakan tentang rumah Gilang kepada Alisa yang disambut Alisa dengan senyum hangat nya membuat Gilang lagi dan lagi terpana akan senyuman manisnya.
Lain pula dengan Ira, ia menceritakan bagaimana tingkah Lana saat berada dirumah Gilang dari mulai mereka masuk sampai keluar ada saja tingkah Lana.
Ira menceritakan bahwa Lana terpeleset dikamar mandi hingga berujung dipijat oleh Bik Inah.
"Untunglah ada Bik Inah Mak.. kalau nggak gimana Abang jalannya ya? maulah mereng sebelah jalannya?''
Mereka semua tertawa sedangkan Lana nyengir kuda.
Mereka asik bercerita hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan waktunya untuk Gilang pulang.
"Om pamit pulang ya Bang? kalau sempat besok Om kesini lagi.''
"Woke Om !! Makasih ya Om hadiahnya masih tersisa satu hadiah lagi yang belum Om kasi buat Abang.. tapi besok aja deh Abang beritahu ya?''
"Oke! Mbak saya pamit pulang. Ingat! jika besok ada yang datang mengatas namakan saya, ambil aja ya jangan ditolak!''
"Emang apaan sih Om?'' tanya lana.
"Udah.. Besok Abang akan tau kok apa hadiahnya? karena itu menurut Om yang memang kalian butuhkan saat ini. Ya sudah Om pulang ya? jaga diri dan jangan nakal!" Gilang mengacak rambut Lana disambut tawa oleh Lana.
"Assalamualaikum Mbak..." ucapnya sambil tersenyum lebar
"Wa'alaikum salam.." sahut Alisa
"Terimakasih Neng, Bapak pamit ya Assalamualaikum.."
"Iya Pak sama sama wa'alaikum salam..'' sahutnya.
Gilang dan Pak Kosim pun pergi meninggalkan rumah Alisa dengan wajah gembira.
Setelah kepergian mereka Alisa bertanya kepada Lana tentang barang kiriman Gilang ia jadi penasaran.
"Abang tau nggak kira kira apa yang dikirimkan Om Gilang besok?" tanya Alisa
"Nggak tau Mak... Om Gilang cuma bilang rahasiaaaa...gitu katanya.''
"Hoo.. YA sudah, mari istirahat. Malam sudah larut, besok kan Abang sama Kakak sekolah. Jangan lupa sholat dulu sebelum tidur ya? Ah iya! barang ini diletakkan dimana ya? setelah sholat jangan tidur dulu ya, kita beresin ini dulu biar nggak berantakan hampir saja Mak lupa!'' ucap Alisa.
"Siap Mak!''
Mereka pun bergegas berwudhu dan sholat berjamaah. Setelah sholat Mereka bertiga membereskan semua barang yang dibawa Gilang hingga tidur hampir larut malam.
Keesokan harinya.
Tepat jam sepuluh pagi sebuah mobil pick up berhenti didepan rumah Alisa. Alisa yang melihat ada sebuah mobil pickup ia merasa heran tapi ia tak peduli, Alisa tetap meneruskan menjemur pakaian diluar.
Saat sedang menjemur pakaian Alisa dikejutkan dengan orang yang baru saja dilihatnya di mobil pick up. Ia berpikir ada apa orang ini mendatanginya.
"Permisi.. dengan Mbak Alisa?" tanya nya
"Iya dengan saya sendiri, ada apa ya Pak?" Alisa menjadi bingung ketika melihat sebuah benda diturunkan didepan rumahnya.
"Saya ditugaskan untuk mengirimkan barang ini atas nama.. Gilang Bhaskara!'' sahutnya sambil melihat catatan kecil ditangan nya.
"Oh... baik! silahkan dibawa masuk dan letakkan disudut itu.." tunjuk Alisa
"Sudah Mbak, kalau begitu kami permisi dulu.." ucapnya setelah meletakkan benda itu disudut ruangan.
Alisa yang penasaran membuka kadonya dengan pelan agar tidak mengganggu Annisa yang sedang tidur.
Saat setelah kadonya terbuka Alisa kaget bukan main karena ternyata isinya kulkas dua pintu model terbaru.
Mulut Alisa menganga lebar ia sampai tak berkedip melihatnya ia jadi berfikir kok bisa sama sih padahal kan Gilang dan dirinya berbeda mengapa mereka seperti pasangan yang satu hati satu jiwa yang satu baru melihat dan ingin membelinya nanti, tapi ternyata yang satu sudah mewujudkan nya.
Kok bisa sama sih?
💕💕
Hoo! kok bisa sama ya? Othor pun heran.. 🤔🤔🤣🤣🤣
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments