Penasaran

Keesokan harinya.

Gilang berjalan turun dengan tersenyum senyum sendiri. Hatinya begitu senang karena hari ini ia akan datang lagi ketempat pujaan hatinya.

Ya, Gilang sengaja mengikuti Alisa kemana pun dia pergi hingga sampai dimana Alisa menemukan kontrakan untuk mereka tempati.

Gilang tak menyerah walau Alisa tidak menyukainya. Ia akan terus berusaha untuk mendekati Wanita itu.

Gilang terkekeh mengingat bagaimana dirinya merasa bagai seorang penguntit yang mengikuti kemana seorang ibu ibu dan tiga anaknya pergi untuk mencari tempat tinggal. Setelah ia tau dimana tempat dan lokasinya barulah dia beranjak pergi dari sana.

Gilang menuruni tangga dengan bersiul siul kecil, membuat mama Dewi heran melihatnya.

Putra nya yang dingin dan datar itu berubah dalam sekejap menjadi seorang anak periang seperti bukan Gilang saja.

Mama Dewi ingat kapan terakhir kali Gilang seperti ini. Yaitu saat dia masih SMP saat itulah dia melihat putranya begitu bahagia seperti saat ini.

''Pagi Ma...'' Gilang mencium pipi Mama nya.

Mama Dewi kaget.

''Tumben! kamu cepat bangunnya hari ini biasanya kan kesiangan ?'' ledek Mama Dewi.

''Ah Mama bisa aja! Biasanya kan biasa saja. Tapi hari ini luarrrrrr biasa!'' sahutnya.

Nggak tau aja Mama Dewi kalau anaknya sekarang sedang jadi penguntit seorang ibu ibu 😄😄

''Maksudnya ada sesuatu gitu yang membuat kamu senang?''

''Ada dong..''

''Apaan? Cerita dong sama Mama..'' pinta nya.

''Ih Mama, kepo!'' sahutnya sembari mendudukkan dirinya di meja makan untuk sarapan bersama.

Mama Dewi memanyunkan bibirnya yang terlihat lucu dimata Gilang. Papa Angga datang dan melihat Mama Dewi cemberut.

''Ada apa nih? Apakah Papa ketinggalan berita pagi ini?''

''Ini Pa.. Gilang nggak mau cerita sama Mama ada apa, kok seneng banget pagi ini. Biar kan datar datar aja,'' adu Mama Dewi pada Papa Angga.

''Ya bagus dong Ma.. Jika Gilang senang kita pun ikut senang, benar begitu Gilang??''

''Yoi, Pa!''

Gilang masih saja terus tersenyum membuat Mama Dewi jengah dengan kelakuan nya.

''Ishhh... kasi tau Napa?! Mama penasaran nih Gilang!''

''Belum saatnya Ma...'' Gilang tersenyum lagi.

Setelah sarapan Gilang berangkat ke sekolah. Sepanjang jalan ia terus saja tersenyum memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah ini.

Gilang tak sabar ingin cepat cepat pulang dari sekolahnya agar ia bisa memantau pujaan hatinya itu.

Aneh sih. Kok malah Wanita dewasa yang dikuntit biasanya anak ABG kan sukanya yang sebaya.

Lah ini? Malah ibu ibu. CK! dasar Gilang!

Sesampainya disekolah Gilang merubah kembali raut wajah yang tadinya tersenyum kini berubah jadi mode datar lagi.

Gilang sengaja melakukan hal itu karena dirinya tak mau jadi rebutan para siswi di sekolahnya. Ada kisah masa lalu yang membuat Gilang jadi seperti itu.

Tet, tet.

Suara bel berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai. Gilang menjadi tak sabar ingin cepat cepat pulang agar ia bisa kerumah Alisa untuk mengintai apa saja yang dilakukannya.

''Bro! pulang sekolah kita ngumpul yuk?''

''Sorry bro! gue nggak bisa,'' sahut Gilang.

''Loh, kenapa? Biasanya kamu kan oke oke aja kalau diajak ngumpul?''

''Kali ini gue beneran nggak bisa bro! Ada yang harus gue kerjakan.''

''Apaan?''

''Gue nggak bisa cerita sekarang, belum saatnya.''

''Wah, ada yang nggak beres nih!''

''Udah, lo kebanyakan mikir.'' Gilang merangkul leher Ipank dan mengajaknya kekantin.

****

Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi menandakan pelajaran hari itu sudah selesai.

Waktunya beraksi!

Gilang membawa motor nya dengan santai melewati jalanan yang kemarin saat mereka tawuran, melewati warung makan hingga sampailah dia diujung kontrakan rumah Alisa.

Gilang menghentikan motornya dibawah pohon mangga yang sengaja ditanam dipinggir jalan untuk naungan saat panas.

Ia terus saja memantau dari kejauhan. Gilang melihat Alisa yang sedang menjemur pakaian di pagar kontrakannya.

Alisa memilih kontrakan yang dekat dengan sekolah anaknya. Dari rumah kesekolah hanya berjarak lima belas menit saja, sangat dekat dengan rumahnya.

Sebagai orang tua tunggal Alisa harus memikirkan dengan baik tentang anak-anaknya.

Anak-anak nya harus menempuh pendidikan agar nanti bisa mencari pekerjaan dengan mudah.

Dan jika ia mampu, Alisa akan menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi.

Karena dirinya tak bisa maka anaknya harus bisa. Ia akan berusaha se kuat mungkin untuk bisa mewujudkannya walaupun dirinya kini harus banting tulang demi memenuhi kebutuhan anak nya.

Pengalaman berumah tangga menjadikan dirinya lebih kuat lagi dalam menghadapi ujian hidup kedepan. Ia akan lebih berhati hati dalam bertindak.

''Mak!! Adek nangis nih! Abang bingung mau diapain!''

''Ya, sebentar! Mak masih belum siap menjemur cucian nya!''

''Cepetan Mak!!''

''Iya Nak! Sabar napa?!'' sungutnya.

''Udah, biar Abang aja yang jemur pakaian nya. Mak kesini aja dulu kasihan nih adek nangis terus..''

''Ya sudah, jemurnya jangan ditumpuk ya? Harus dibukain biar cepat kering!''

Di kejauhan sana ada seorang pemuda sedang memperhatikan setiap gerak geriknya.

Sedang sang empu yang di tatap, begitu fokus pada cucian. Ia tak sadar ada yang memandang nya dari kejauhan tanpa berkedip.

Alisa masuk kerumah. Tak lama setelah itu terlihat seorang anak laki-laki keluar dan menggantikan ibunya untuk menjemur.

Gilang terus saja memperhatikan dari jauh sambil memangku helm nya. Matanya terus memandang kearah depan.

Dari kejauhan terlihat seorang gadis remaja sedang berjalan masuk kerumahnya. Sebelum masuk ia sempat membantu adiknya menjemur pakaian, setelahnya mereka masuk.

Lumayan lama Gilang menunggu Alisa keluar dari rumahnya. Sayangnya wanita itu tidak keluar hingga Gilang ingin pulang.

Saat ingin memakai helm full face nya. Gilang melihat Alisa keluar dari rumah dengan membawa keranjang. Seperti nya Ia mau belanja.

Gilang tersenyum memikirkan ide gila, Ini kesempatan emas untuknya. Bukankah jika ingin mendapat ibunya dekati dulu anaknya?

Gilang melihat Alisa berbelok diujung jalan sana sampai menghilang ditikungan. Dengan cepat Gilang menghidupkan motornya terus melaju ke kontrakan Alisa.

Sesampainya disana Gilang memandang sekitar dengan sedih. Rumah minimalis kiri kanannya terdapat pagar pembatas antara satu rumah dengan rumah yang lain.

Memang rapat karena berdempetan tapi tetap saja menurut Gilang itu tidak layak jika dibandingkan dengan rumahnya.

Gilang memarkirkan motornya dipekarangan rumah Alisa sambil terus memandang sekitar. Ia berjalan kearah pintu dan mengetuk nya.

Merasa ada yang mengetuk pintu, putri Alisa mengintip dari jendela kiranya siapa yang datang. Apakah Mak nya pulang lagi??

Ia mengintip dari jendela, tampaklah Gilang sedang berdiri dengan melamun. Ia kaget bukan main.

Gadis belia itu jadi berpikiran macam-macam. Ada apa dengan orang itu? Mengapa dia datang kerumahnya? Dari mana dia tau rumah mereka?

Banyak pertanyaan dibenaknya saat itu hingga dia terkaget ketika bahunya ditepuk adiknya dari belakang.

''Kenapa kak?''

''Eh? Itu.. ada Abang-abang yang kemarin duduk sama kita ketika di warung makan, ada diluar..''

''Hah? Abang-abang itu?? Kira-kira ada apa ya dia kemari?''

''Nggak tau, Dek..''

Gilang mengetuk lagi.

Tok, tok, tok.

Ceklek! Pintu terbuka dari dalam.

Gilang berbalik dan tersenyum kepada mereka berdua.

''Eh Bang? Ada apa ya kemari? Mau cari Mak kah? Mak lagi nggak ada Bang! lagi kepasar belanja bahan untuk buat kue sama es buat jualan besok.''

''Ohh nggak... Om nggak cari Mama kalian kok. Om pingin kenalan sama kalian. Boleh Om masuk?"

''Eh.. I-iya.. Silakan masuk Bang! eh? Om.. hehe..''

Gilang membuka sepatunya dan meletakkan dirak sepatu yang tersedia disana. Ia masuk sambil matanya terus memandang ke sana kemari seperti sedang memindai.

Rumahnya kecil, lebih besar rumah Mama dan Papa.. Lantainya hanya terbuat dari semen kasar yang tidak dihaluskan. Dinding rumahnya papan yang sudah lapuk seperti dimakan rayap.

Ya Tuhan... Mengapa sesak hatiku melihatnya?

Gilang menahan sesak didanya. Ia merubah wajahnya menjadi datar. Sengaja ia melakukan itu untuk menutupi rasa sesak dihati.

''Ayo Om silahkan duduk. Sebentar ya, saya ke belakang dulu.''

''Iya..''

Gilang mendudukkan dirinya dilantai yang hanya beralaskan karpet biasa. Ia melihat anak lelakinya sedang menidurkan adiknya dalam ayunan.

Sakit rasanya hati Gilang. Entah mengapa Ia merasakan sesak dan sakit disaat bersamaan.

''Om, diminum dulu tehnya.''

''Hah? Iya..''

''Maaf ya Om, cuma teh panas dirumah kami nggak punya kulkas jadi nggak punya es..'' ucap nya dengan raut wajah sendu.

''Nggak pa-pa kok. Oh iya, Om boleh kenalan kan sama kalian?''

''Oh boleh Om! Saya Ira Sarasvati dan itu Maulana Akbar Adik saya, yang kecil namanya Annisa. Kalau saya dipanggil kakak, untuk Lana Abang. Mak mengajar kan kami agar terbiasa memanggil seperti itu agar nanti adek besar manggilnya nggak nama. Gitu katanya..''

''Nama yang cantik dan ganteng sesuai dengan orangnya!''

''Hehe.. Om bisa aja!''

''Om ini kan masih muda, belum jadi Om Om. Kok mau sih dipanggil Om? Nggak takut gitu dikira Om Om beneran? Dan lagi masih pakai seragam SMA pula, tujuannya apa datang kesini? Ingin dekat sama Mak atau sama kami?'' Lana memandang Gilang dengan raut wajah menelisik.

Gilang terkejut dengan ucapan Lana. Kenapa semua tebakannya itu benar? Gilang terkekeh memandang nya.

''Abang!! Nggak boleh gitu ngomongnya sama tamu! Nggak sopan Bang!''

Gilang terkekeh.

''Ya.. Om ingin kenalan dengan kalian!''

*D**an juga mama kalian*.

''Dan untuk panggilan itu.. Om memang sengaja hanya untuk kalian saja.''

''Tapi kenapa Om datang saat Mak nggak ada dirumah??''

Gilang tersenyum. Pintar! Batinnya.

''Mungkin kebetulan saja kali ya, Om kan memang baru pulang dari sekolah langsung kemari. Om penasaran dengan kalian anak manis dan pintar!'' dipuji seperti itu membuat anak itu senang hidungnya jadi kembang kempis.

''Maaf Om.. Usah diladenin ya? Abang jangan gitu Napa Sama tamu?? Kalau Mak tau, Mak akan marah sama Abang! Ingat nggak Mak bilang apa sama kita soal tamu? Tamu itu adalah raja! jadi harus dihormati paham?'' tegur Ira pada Lana.

Gilang hanya tersenyum saja melihat mereka berdua.

''Kan bener sih Kak, apa yang Abang bilang? Kok Kakak yang sewot sih?! Tuh, Om Gilang biasa aja!'' Sahut nya cemberut.

''Iya.. tapi nggak boleh gitu Sama tamu abaaaang... gimana sih?!'' sungut ira.

''Udah Kak.. Om nggak pa-pa kok. Biasa aja kali.. Om mah orangnya santai....'' lerainya sambil memainkan alisnya.

''Mama kalian jualan apa?'' tanya Gilang.

''Jualan risol sama es dawet Om.''

''Oh.. Jualan dipasar gitu?'' selidik Gilang.

''Nggak Om, Mak nitip disekolahnya Kakak Sama sekolahnya Abang. Sama warung warung dekat sini.''

''Oh begitu ya..'' lirih Gilang.

Bahkan untuk sesuap nasi saja dia harus banting tulang.

Andai aku bisa membantu kalian.

Andai aku bisa jadi pelindung kalian.

Andai saja.

Saat sedang melamun, Gilang mendengar suara orang mengucapkan salam.

''Assalamualaikum....''

Deg!

Suara itu...

💕

Noh.. pujaan hatimu Bang udah pulang dari pasar!

TBC

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

😍

2023-09-09

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

kaget bukan main😱

2022-11-28

2

lihat semua
Episodes
1 pengumuman
2 Awal mula
3 Pertemuan pertama
4 Alisa
5 Gilang Bhaskara
6 Penasaran
7 Kita berjumpa lagi
8 Dirumah Alisa
9 Makan bersama
10 Gilang demam
11 Dirumah Gilang
12 Abang kerumah gilang
13 Obat untuk Gilang
14 Hadiah dari Gilang
15 Kedatangan Tamu
16 Keseruan dirumah Alisa
17 Cibiran Tetangga
18 Ungkapan hati Gilang
19 Gilang belajar sholat
20 Ustad Dhanu
21 Abang
22 Menginap
23 Keceplosan
24 Mimpi
25 Masih dengan Mimpi
26 Masih dengan mimpi 2
27 Al Gi Na Ra
28 Al Gi Na Ra 2
29 Al Gi Na Ra 3
30 Andi Prajaditya
31 Hanyut dalam rasa
32 Malu
33 POV Ira
34 Mama Dewi
35 Vita Rosmala Setiawan
36 Masa lalu Gilang
37 Masa lalu Gilang 2
38 Masa lalu Gilang 3
39 Masa lalu Gilang 4
40 Masa lalu Gilang 5
41 Masa lalu Gilang 6
42 Masa lalu Gilang 7
43 Masa lalu Gilang 8
44 MLG Terluka
45 MLG Vita dan Kevin
46 MLG Bunuh diri
47 Makan malam bersama
48 Menolak
49 Malu dan kecewa
50 Menenangkan diri
51 Keturunan Aceh
52 Bolehkah aku tidur dipangkuan mu??
53 Apakah aku harus menjadi duda dulu?
54 Mami
55 Salah paham
56 Permintaan Ira
57 Kamu kenapa??
58 Cemburu
59 Tetap dilanjutkan
60 Menjemput Abang
61 Papi ku
62 Alisa store
63 Chef baru
64 Ketahuan
65 Hadiah buat Abang
66 Kenapa bukan Papi yang jadi ayah kandung Abang??
67 Email dan sandi
68 Pajero Sport
69 Sarapan atau tatapan??
70 Di perjalanan
71 Aku kangen Papa!
72 Jantung Hatiku
73 Mimpi yang jadi kenyataan
74 Cinta sampai mati
75 Luka sekerat rasa
76 Sabar sayang..
77 Pulang
78 Sibuk
79 Kebakaran
80 Kamu selamat Nak!
81 Di kantin
82 Pengaruh buruk?
83 Dia, wanita ku!
84 Kesepakatan
85 Berbohong demi kebaikan
86 Di rumah ustad Dhanu
87 Malam terakhir bersama mu
88 Malam terakhir bersama mu 2
89 Berpisah sementara
90 Ayah
91 Amplop
92 Di temani Ummi.
93 Belanja tanpa Mak
94 Hal mengejutkan!
95 Pertemuan dua sahabat
96 Besan ku oh Besan ku!
97 Annisa menangis tanpa henti
98 Sepucuk surat untuk Gilang
99 Latihan marawis
100 Tamu yang membuat shock
101 Terkejut
102 Perjodohan antara dua pasangan yang terpisah
103 Single
104 Rumah baru
105 Aku Rindu kamu, sayang!
106 Istri sah secara hukum
107 Pindah
108 Gelisah
109 Masalah besar??
110 Senandung terakhir Lana
111 Pernikahan membawa petaka
112 Tragedi berdarah
113 Rumah sakit
114 Pingsan
115 Wanita pembawa Sial
116 Jangan pergi sayang
117 Terluka dan kecewa
118 Hidup masing-masing
119 Kerapuhan Lana
120 Pulang dari rumah sakit
121 Perhiasan Alisa
122 Alisa Bakery
123 Susu
124 Marah sama siapa?
125 Mengantar Rani
126 Pesan rindu
127 Berbagi cerita bersama Reza
128 Mengantar Gilang
129 Kelahiran anggota Baru
130 Rayyan Putra Bhaskara
131 Ibu susu Baby Ray
132 Ibu sambung Baby Ray
133 Welcome in the palace Mami Alisa!
134 Ulang tahun Rayyan
135 Pertemuan pertama setelah sekian lama
136 Istriku, Alisa Febriyanti
137 Permintaan Rayyan
138 Permintaan di masa lalu
139 Sakit Apa?
140 Penjelasan Gilang
141 Meminta Restu
142 Luka akibat masa lalu
143 Rahasia Masa lalu
144 Cerita Lana
145 Kedatangan Tama
146 Jodoh yang sudah di tetapkan
147 Tidak ada alasan lagi untukku menolak mu
148 Ungkapan hati Alisa
149 Impian Oma
150 Menjemput restu
151 Berangkat ke Aceh
152 Bertemu calon mertua
153 Bertemu Tante Irma dan Om Karim
154 Penolakan Papa Yoga
155 Shock berat
156 Kemarahan Lana
157 Abang mau Papi!
158 Menyapa Kakek dan Nenek
159 Wanita istimewa
160 Bukan Emil!
161 Setuju
162 Nasihat Mama Alina
163 Menyusun rencana
164 Buang yang lama, ganti dengan yang baru
165 Ponsel untuk Papa mertua
166 Pulang ke Medan bersama keluarga Alisa
167 Tiba di kota Medan untuk pertama kalinya
168 Selamat datang Besan!
169 Sambutan untuk Besan
170 Persiapan acara pernikahan
171 Cucuku!!
172 Pingsan lagi?
173 Penyakit Alisa.
174 Henna
175 Turun mandi
176 Papa? Papa kah itu?
177 Godaan untuk calon istri
178 Pernikahan Gilang & Alisa
179 Ijab Qobul
180 Kejutan untukmu, istriku
181 Resepsi pernikahan Gilang & Alisa
182 Resepsi pernikahan Gilang & Alisa 2
183 Karena bagiku, engkaulah Nyawaku..
184 Halal untuk ku Sentuh
185 Mewujudkan keinginan
186 Bersatu
187 Janda tapi perawan!
188 Cerita sebelum tidur
189 Jatuh dari ranjang
190 Menggoda pengantin baru
191 Kedatangan kedua orang tua
192 Cerita tentang Rayyan
193 Mama Vita bukan Mami Vita!
194 Keluarga Ayah Emil
195 Sebuah bukti dari masa lalu
196 Mak ingin membunuhku? Silahkan!
197 Minta maaf
198 Kalian tau?
199 Kemarahan Alisa.
200 Suami sah vs mantan suami
201 Gilang ke toko kue Alisa
202 Ngantuk, mual, muntah?
203 Alisa ke kantor Bhaskara Group
204 Ngidam??
205 Sekretaris baru
206 Pelakor tertutup hijab?
207 Pergi tanpa Pamit
208 Salah paham
209 Sahabatku, Alisa Febriyanti
210 Menyusulnya
211 Alisa tiba di rumah Papa Yoga
212 Aku membutuhkan mu, sayang!
213 Tega kamu!
214 Menyentuhmu, candu bagiku
215 Maafkan aku, By...
216 Kabar gembira
217 Positif Hamil
218 Kedatangan Ema
219 Penjelasan Ema
220 Rencana perjodohan
221 Kembar??
222 Lamaran dadakan
223 Rencana pernikahan
224 Pernikahan Andi dan Ema
225 Resepsi pernikahan Andi dan Ema
226 Melahirkan
227 Welcome to world baby twins
228 Sambutan untuk Baby twins
229 Aqiqah baby twins
230 Keseruan bersama baby twins
231 Baby Sitter
232 Malu nggak ketulungan
233 Bahagia bersamamu
234 Seseorang dari masa lalu
235 Pelabuhan Terakhir ku ( Kamu bukan pembawa sial ) The End
236 Sedikit cuap-cuap
237 Pengumuman Novel baru tentang cerita Keluarga Bhaskara setelah mereka bahagia.
Episodes

Updated 237 Episodes

1
pengumuman
2
Awal mula
3
Pertemuan pertama
4
Alisa
5
Gilang Bhaskara
6
Penasaran
7
Kita berjumpa lagi
8
Dirumah Alisa
9
Makan bersama
10
Gilang demam
11
Dirumah Gilang
12
Abang kerumah gilang
13
Obat untuk Gilang
14
Hadiah dari Gilang
15
Kedatangan Tamu
16
Keseruan dirumah Alisa
17
Cibiran Tetangga
18
Ungkapan hati Gilang
19
Gilang belajar sholat
20
Ustad Dhanu
21
Abang
22
Menginap
23
Keceplosan
24
Mimpi
25
Masih dengan Mimpi
26
Masih dengan mimpi 2
27
Al Gi Na Ra
28
Al Gi Na Ra 2
29
Al Gi Na Ra 3
30
Andi Prajaditya
31
Hanyut dalam rasa
32
Malu
33
POV Ira
34
Mama Dewi
35
Vita Rosmala Setiawan
36
Masa lalu Gilang
37
Masa lalu Gilang 2
38
Masa lalu Gilang 3
39
Masa lalu Gilang 4
40
Masa lalu Gilang 5
41
Masa lalu Gilang 6
42
Masa lalu Gilang 7
43
Masa lalu Gilang 8
44
MLG Terluka
45
MLG Vita dan Kevin
46
MLG Bunuh diri
47
Makan malam bersama
48
Menolak
49
Malu dan kecewa
50
Menenangkan diri
51
Keturunan Aceh
52
Bolehkah aku tidur dipangkuan mu??
53
Apakah aku harus menjadi duda dulu?
54
Mami
55
Salah paham
56
Permintaan Ira
57
Kamu kenapa??
58
Cemburu
59
Tetap dilanjutkan
60
Menjemput Abang
61
Papi ku
62
Alisa store
63
Chef baru
64
Ketahuan
65
Hadiah buat Abang
66
Kenapa bukan Papi yang jadi ayah kandung Abang??
67
Email dan sandi
68
Pajero Sport
69
Sarapan atau tatapan??
70
Di perjalanan
71
Aku kangen Papa!
72
Jantung Hatiku
73
Mimpi yang jadi kenyataan
74
Cinta sampai mati
75
Luka sekerat rasa
76
Sabar sayang..
77
Pulang
78
Sibuk
79
Kebakaran
80
Kamu selamat Nak!
81
Di kantin
82
Pengaruh buruk?
83
Dia, wanita ku!
84
Kesepakatan
85
Berbohong demi kebaikan
86
Di rumah ustad Dhanu
87
Malam terakhir bersama mu
88
Malam terakhir bersama mu 2
89
Berpisah sementara
90
Ayah
91
Amplop
92
Di temani Ummi.
93
Belanja tanpa Mak
94
Hal mengejutkan!
95
Pertemuan dua sahabat
96
Besan ku oh Besan ku!
97
Annisa menangis tanpa henti
98
Sepucuk surat untuk Gilang
99
Latihan marawis
100
Tamu yang membuat shock
101
Terkejut
102
Perjodohan antara dua pasangan yang terpisah
103
Single
104
Rumah baru
105
Aku Rindu kamu, sayang!
106
Istri sah secara hukum
107
Pindah
108
Gelisah
109
Masalah besar??
110
Senandung terakhir Lana
111
Pernikahan membawa petaka
112
Tragedi berdarah
113
Rumah sakit
114
Pingsan
115
Wanita pembawa Sial
116
Jangan pergi sayang
117
Terluka dan kecewa
118
Hidup masing-masing
119
Kerapuhan Lana
120
Pulang dari rumah sakit
121
Perhiasan Alisa
122
Alisa Bakery
123
Susu
124
Marah sama siapa?
125
Mengantar Rani
126
Pesan rindu
127
Berbagi cerita bersama Reza
128
Mengantar Gilang
129
Kelahiran anggota Baru
130
Rayyan Putra Bhaskara
131
Ibu susu Baby Ray
132
Ibu sambung Baby Ray
133
Welcome in the palace Mami Alisa!
134
Ulang tahun Rayyan
135
Pertemuan pertama setelah sekian lama
136
Istriku, Alisa Febriyanti
137
Permintaan Rayyan
138
Permintaan di masa lalu
139
Sakit Apa?
140
Penjelasan Gilang
141
Meminta Restu
142
Luka akibat masa lalu
143
Rahasia Masa lalu
144
Cerita Lana
145
Kedatangan Tama
146
Jodoh yang sudah di tetapkan
147
Tidak ada alasan lagi untukku menolak mu
148
Ungkapan hati Alisa
149
Impian Oma
150
Menjemput restu
151
Berangkat ke Aceh
152
Bertemu calon mertua
153
Bertemu Tante Irma dan Om Karim
154
Penolakan Papa Yoga
155
Shock berat
156
Kemarahan Lana
157
Abang mau Papi!
158
Menyapa Kakek dan Nenek
159
Wanita istimewa
160
Bukan Emil!
161
Setuju
162
Nasihat Mama Alina
163
Menyusun rencana
164
Buang yang lama, ganti dengan yang baru
165
Ponsel untuk Papa mertua
166
Pulang ke Medan bersama keluarga Alisa
167
Tiba di kota Medan untuk pertama kalinya
168
Selamat datang Besan!
169
Sambutan untuk Besan
170
Persiapan acara pernikahan
171
Cucuku!!
172
Pingsan lagi?
173
Penyakit Alisa.
174
Henna
175
Turun mandi
176
Papa? Papa kah itu?
177
Godaan untuk calon istri
178
Pernikahan Gilang & Alisa
179
Ijab Qobul
180
Kejutan untukmu, istriku
181
Resepsi pernikahan Gilang & Alisa
182
Resepsi pernikahan Gilang & Alisa 2
183
Karena bagiku, engkaulah Nyawaku..
184
Halal untuk ku Sentuh
185
Mewujudkan keinginan
186
Bersatu
187
Janda tapi perawan!
188
Cerita sebelum tidur
189
Jatuh dari ranjang
190
Menggoda pengantin baru
191
Kedatangan kedua orang tua
192
Cerita tentang Rayyan
193
Mama Vita bukan Mami Vita!
194
Keluarga Ayah Emil
195
Sebuah bukti dari masa lalu
196
Mak ingin membunuhku? Silahkan!
197
Minta maaf
198
Kalian tau?
199
Kemarahan Alisa.
200
Suami sah vs mantan suami
201
Gilang ke toko kue Alisa
202
Ngantuk, mual, muntah?
203
Alisa ke kantor Bhaskara Group
204
Ngidam??
205
Sekretaris baru
206
Pelakor tertutup hijab?
207
Pergi tanpa Pamit
208
Salah paham
209
Sahabatku, Alisa Febriyanti
210
Menyusulnya
211
Alisa tiba di rumah Papa Yoga
212
Aku membutuhkan mu, sayang!
213
Tega kamu!
214
Menyentuhmu, candu bagiku
215
Maafkan aku, By...
216
Kabar gembira
217
Positif Hamil
218
Kedatangan Ema
219
Penjelasan Ema
220
Rencana perjodohan
221
Kembar??
222
Lamaran dadakan
223
Rencana pernikahan
224
Pernikahan Andi dan Ema
225
Resepsi pernikahan Andi dan Ema
226
Melahirkan
227
Welcome to world baby twins
228
Sambutan untuk Baby twins
229
Aqiqah baby twins
230
Keseruan bersama baby twins
231
Baby Sitter
232
Malu nggak ketulungan
233
Bahagia bersamamu
234
Seseorang dari masa lalu
235
Pelabuhan Terakhir ku ( Kamu bukan pembawa sial ) The End
236
Sedikit cuap-cuap
237
Pengumuman Novel baru tentang cerita Keluarga Bhaskara setelah mereka bahagia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!