Pelabuhan Terakhirku (Kamu Bukan Pembawa Sial)

Alisa

Setelah keluar dari warung makan, wanita itu terus saja berjalan tanpa henti. Hingga ia mendengar pemuda tadi memanggilnya, tapi Ia tidak peduli.

Wanita itu tetap jalan terus hingga sesaat dia berhenti mendengar si pemuda menanyakan namanya kepada putranya.

Ia berhenti sejenak, menarik nafas seakan sesak yang dirasakan menghimpit dadanya. Ditengah rasa khawatir akan kemana, malah ia dipertemukan dengan seorang pemuda yang masih kecil, belum lagi tamat SMA.

Dengan tidak tahu malu nya dia datang, menghampiri ingin bertanya siapa dia, mau kemana, membuatnya ingin menonjok pemuda itu.

''Belum selesai masalahnya, sudah timbul masalah baru! Hadeeuuhhhh..'' gerutu nya dalam hati.

Namun, ia tetap bersabar karena setiap ujian pasti ada hikmahnya.Sebenarnya ia tidak marah dengan pemuda itu.

Hanya saja wajahnya itu sangat mirip dengan orang yang sudah memporak porandakan hatinya, ia hanya kesal dan sakit hati itu saja.

''Astagfirullah! sadar Lis!'' gumam nya dalam hati.

Seorang istri sekaligus seorang ibu 3 anak yang baru saja diceraikan oleh suami nya. Karena ketidak sabaran suaminya dalam menghadapi masalah di dalam rumah tangga mereka.

Wanita itu adalah Alisa Febriyanti. Istri dari Milham syah putra yang menikah 12 tahun silam dikampung halamannya.

Dan sekarang, harus pergi meninggalkan rumah yang sudah menjadi kan dirinya seorang ibu, yang sudah menjadikan dirinya seorang wanita dari seorang lelaki yang bukan dari kalangan orang berada.

Hanya seorang kuli, tetapi dia tetap menerima apapun pada diri suaminya itu. Tapi apalah harus dikata, jalan hidupnya tidak seindah dengan kenyataan.

Ia yang bermimpi akan hidup bahagia dengan nya, ternyata hanya sekedar mimpi belaka. Semua pupus ketika badai mengguncang rumah tangga mereka.

Alisa yang lembut, penurut, kalah telak dengan suaminya yang tidak sabar. Sifatnya kadang berubah-ubah hingga sulit untuk ditebak.

Jika sudah baik maka dia akan sangat baik. Tapi jika perasaan nya terganggu, dia langsung berubah menjadi emosian, apalagi setiap yang dikatakan oleh nya dibantah. Jadilah kekerasan dalam rumah tangga.

Walaupun begitu Alisa tetap sabar. Ia yakin, suatu saat suaminya pasti akan berubah. Ia yakin dengan doanya.

Pada kenyataannya doanya tidak di ijabah oleh yang maha kuasa. Malah perpisahan lah didapatkan olehnya.

Alisa tetap ikhlas dan tabah menjalani takdir hidup yang sudah diputuskan untuknya, karena dibalik rasa sakit pastilah ada hikmahnya.

Allah memberikan rasa sakit sekarang untuk mendidik dirinya agar lebih sabar lagi dalam menjalani hidup dimasa akan datang.

Bukankah setiap ujian itu memiliki tingkatan nya atau sering disebut dengan level? Bisa jadikan, sekarang dirinya masih di level dua jadi rasa sakit itupun tidak seberapa. Tapi jika tingkat atau level ujiannya tinggi, maka makin tinggi juga rasa sakit itu.

Dia hanya bisa bersabar dan tabah.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Setiap rasa sakit pastilah ada obatnya.

Sabar dan tawakal itulah kuncinya.

Sekarang Alisa hanya ingin melanjutkan garis takdirnya saja. Ibarat daun jatuh di air yang mengalir, kemana pun dia membawanya dia akan ikut dan tak akan melawan arus.

Percuma pun jika melwan arus, jika arus tersebut tetap membawanya ke tempat dimana dia akan berada semestinya tempat dimana akan menjadi pelabuhan terakhir nya.

Bahkan Alisa kini telah mengunci rapat rapat hatinya, agar tidak goyah lagi akan rayuan lelaki.

Alisa hanya akan fokus pada anak anaknya saja. Alisa tak ingin dianggap lagi sebagai Wanita Pembawa Sial dikehidupan orang lain. Cukup sudah baginya hanya satu orang saja yang mengatakan hal itu.