Episode 20

Di kampus, Robin menghindari Andy dan juga teman teman yang lain. Robin yang dulu hangat, selalu ramah kini berubah menjadi pria yang dingin dan acuh tak acuh terhadap sekitar nya.

Melihat Andy membuat Robin teringat Elnaz, dan teringat Elnaz membuat Robin teringat Elsa.

“Untung saja Elnaz masih sakit...” gumam Robin, iya sama sekali tidak membenci Elnaz karena ia tahu Elnaz wanita yang baik. Namun Robin tak mau lagi berteman dengan Elnaz karena itu hanya akan mengingatkan nya pada Elsa.

...

Saat jam makan siang, lagi lagi Elsa harus melayani Bu Anita namun sekarang Elsa tak lagi memperlihatkan kemarahan nya atau kebencian nya.

“Main hp saja kerjaan nya, Nyonya” kata Elsa saat memasuki kamar Bu Anita, sementara Bu Anita yang tadi menunduk pada ponsel nya langsung mendongak dan menatap Elsa dengan sinis.

“Sediakan sama obat ku...” kata Bu Anita dan Elsa pun melakukan nya dan setelah itu, Elsa hendak keluar dari namun Bu Anita memanggil nya.

“Ada apa lagi?” tanya Elsa kesal namun ia berusaha menahan kekebalan nya itu.

“Aku mau ke toilet” kata Bu Anita yang membuat Elsa mengernyit bingung.

“Ya silahkan” kata Elsa datar.

“Kamu lupa kamu itu bekerja sebagai apa di sini?” tanya Bu Anita sinsi “Sebagai pelayan ku jadi kamu harus melayani ku dalam segala hal”

“Apa? Termasuk ke toilet juga?” pekik Elsa

“Menurut mu? Apa pelayan hanya mengantar makan saja? Cepat Ambil kan kursi roda ku!” titah nya dan ingin rasa nya Elsa menyiram wajah Bu Anita dengan kuah sup yang masih panas itu namun Elsa mencoba menahan diri sampai ia bisa menemukan celah untuk melawan Ibu dan anak yang balas dendam salah sasaran itu.

“Oke” Jawab Elsa akhir nya dan ia pun menarik kursi roda Bu Anita ke samping ranjang, ia juga membantu Bu Anita duduk ke kursi roda nya dan kemudian mendorong nya menuju kamar mandi. Saat berjalan menuju kamar mandi, Elsa melirik Pak Andrew yang terbaring memejamkan mata dan ada sebuah obat di atas nakas. Elsa tidak tahu kapan Pak Andrew makan dan minum obat dan kenapa dia tidak punya pelayan.

Di kamar mandi, Elsa membantu Bu Anita ke closet dan kemudian ia hendak pergi namun lagi lagi di cegah oleh Bu Anita.

“Apa lagi?” akhir nya Elsa tak bisa menahan kekebalan nya.

“Ya kamu tunggu, nanti siapa yang bantuin aku ke kursi roda lagi?” tanya Bu Anita yang tampak lebih kesal.

Dan mau tak mau Elsa pun menunggu Bu Anita dengan emosi yang bergemuruh di dada, apa lagi ketika Bu Anita bahkan dengan sengaja meminta Elsa menekan flush dan ia benar benar memperlakuakn Elsa layak nya seorang pelayan. Elsa ingin menangis rasa nya karena Elsa bahkan tidak pernah melayani seperti ini.

“Kamu tahu? Seperti ini aku habiskan hari hari ku, menunggu suami pulang, di rumah, di atas kursi roda. Tapi pria bajingan itu malah bersenang senang dengan perempuan perempuan murahan seperti mu” desis Bu Anita saat Elsa mendorong kursi roda nya kembali ke kamar.

“Terus kamu menyalahkan aku dan melampiaskan semua kemarahan mu sama aku, begitu?” tanya Elsa berusaha bersikap tenang.

“Aku hanya ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan” desis Bu Anita

“Aku tidak akan pernah merasakan apa yang kamu rasakan” kata Elsa masih dengan mode tenang nya dan bahkan ia membantu Bu Anita kembali ke ranjang nya “Kamu tahu kenapa?” tanya nya lagi dan ia mengambil nampan kemudian meletakkan nya di pangkuan Bu Anita.

“Karena aku bukan wanita bodoh seperti mu, sudah tahu suami selingkuh malah di pertahanan. Gugat cerai dong, tuntut harga gono gini, apa lagi sudah ada anak, pasti dapat. Bukan nya bertahan di atas ranjang dengan berderai air mata” Bu Anita melongo mendengar apa yang di uacpakn Elsa dengan tenang nya. Bu Anita menatap Elsa dengan tatapan yang sulit di artikan namun raut wajah nya juga terlihat marah.