Gadis Bar-Bar Pemikat Hati Duda
Davina Anasya Adalah gadis sederhana yang tinggal di kota kecil bersama ibunya, Davina Anasya atau yang biasa di panggil dengan sebutan Davina atau Vina tidak seperti kebanyakan orang, dia terkadang suka jahil tapi kemandirian dan sifat baiknya tertanam permanen dalam dirinya.
Davina Anasya bekerja di kafe sudah beberapa tahun, dia juga mempunyai sahabat yang sering ia jemput antar pulang bekerja, bahkan dirinya terkadang tidur di rumah sahabat nya, dia menganggap sahabatnya tersebut adalah saudara beda aliran darah.
Aila Candika Putri atau yang biasa ia panggil dengan sebutan Aila adalah sahabat satu-satunya, Aila mempunyai anak kembar yang membuat Davina ingin tinggal disana trus karena tampang mereka yang begitu imut dan manis, ditambah dengan wajah tampan mereka berdua siapapun pasti akan merasa ingin berfoto dengan mereka.
Sangat sayang sekali sahabat nya tersebut adalah korban pemerkosaan, hingga anak kembarnya lahir tanpa seorang ayah. Akan tetapi kabar baik datang saat ini, Sahabatnya kedatangan tamu yang ternyata keluarga dari laki-laki yang Pernah memperkosa nya, hingga Davina sudah sangat jarang ke ruang Aila sahabat nya.
Davina hanya bisa tersenyum ke arah Aila saat sahabat nya tersebut mengatakan padanya jika ia akan segera pulang kembali ke kota asalnya, Davina mau tidak mau harus memperlihatkan sisi kuatnya, tersenyum ke arah Aila dan menganggukan kepalanya.
Davina melangkah ke arah kedua anak kembar sahabatnya yang bernama Zean dan Dean.
“Jangan nakal-nakal ya ponakan Aunty yang manis dan tampan,” ucap Davina beberapa kali mencium pipi mereka.
“Ciap aunty, nanti kakak cama Adek bakal celing kecini, ya kan Mom,” ucap Zean dengan wajah menggemaskan membuat Davina kembali memeluk mereka berdua.
Hari-hari berlalu begitu saja, Davina kini sungguh merasa bosan karena sahabat dan ponakannya sudah tidak ada di sana, tapi kabar baik kini datang baginya dia memeriksa ponselnya, melihat Gmail ada pesan jika dirinya diterima menjadi karyawan di kota dimana sahabat nya berada saat ini.
Tanpa banyak pikir Davina langsung mengemaskan pakainya, dia juga tidak mungkin menetap disana dengan gaji yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya bersama ibunya, walaupun sangat berat meninggalkan ibunya Davina mau tidak mau harus melakukannya, dia hanya berpesan kepada pamannya untuk menjaga ibunya dan pamannya pun dengan senang hati mengangguk.
Davina sudah beberapa jam menaiki kendaraan tapi perjalanan yang begitu jauh membuatnya harus bersabar untuk duduk di mobil yang ramai akan penumpang.
Beberapa jam kemudian Mobil sudah memasuki area dimana banyak kendaraan berlalu lalang, kemacetan dimana-mana membuat Davina menghembuskan nafasnya lega, ia memilih berhenti didepan perusahaan yang akan ia tempati bekerja agar dirinya bisa tau dimana kontrakan yang dekat dengan perusahaannya.
Davina berdiri menghembuskan nafasnya lega, ia menatap perusahaan yang akan segera ia tempati bekerja.
“Ahhg aku sungguh tak sabar,” gumam Davina.
Davina berjalan menarik kopernya, sudah beberapa km dia berjalan tapi masih belum menemukan kontrakan, dia duduk meminum air putih dalam kemasan dengan wajah hysudah dipenuhi oleh keringat.
“Kenapa sangat susah mencari kontrakan,” gumam Davina.
“Sepertinya memang harus masuk ke dalam gang dulu, tidak mungkin juga kontrakan di samping jalan raya, mungkin ada tapi jarang,” gumam Davina mulai melangkah masuk kedalam sembarang Gang, matanya terarah pada tulisan “Dikontrakkan” dia dengan penuh senyuman mengambil ponselnya untuk menghubungi nomor yang tertera di bawa tulisan.
Tak lama ibu paru baya mendatanginya setelah telfonan, Davina juga melangkah ke sana menarik kopernya.
“Apa benar neng yang mau ngontrak,?” tanya ibu ibu tersebut dan di angguki oleh Davina.
“Silahkan ikut saya neng,” ucapnya.
“Makasih bu,” ucap Davina mengikuti langkah ibu pemilik kontrakan tersebut.
“Ini kamar kamu, disini aman kok, ada wakar yang jaga tiap malam disini, dan jika ada masalah hubungi saya segera ya neng,” ucap ibu kontrakan tersebut.
“Iya Bu, makasih ya,” ucap Davina dan di angguki dengan senyuman ramahnya.
“Ini kunci kontrakan mu neng, kebetulan kontrakan ini baru saja di renofasi jadi didalam bersih kok dan bagus,” ucapnya dan hanya di angguki oleh Davina.
“Kalau begitu saya permisi dulu ya Neng,” ucapnya dan di angguki oleh Davina dengan senyuman ramahnya.
Davina membuka pintunya dan melihat isi kontraknya, dia berjalan ke arah kamar dan ternyata sudah ada disediakan didalam sana, semua sudah lengkap, membuat Davina menghembuskan nafas nya lega, tidak lagi mengeluarkan uang untuk membeli perabotan lagi.
“Ahg, kasurnya masih di bungkus plastik, aku orang pertama yang malai,” ucap Davina membaringkan tubuhnya.
Davina mengambil ponselnya, ia lebih dulu menelfon sang ibu untuk membuat ibunya tidak mengkhawatirkan nya lagi, setelah menelfon ibunya ia menelfon Aila untuk membawa kedua anaknya ke rumahnya sekalian memberi tahu sahabat nya jika dirinya saat ini ada di kota dimana dia tinggal.
“Halo Ailaaaaaa,” teriak Davina.
“Astaga, kamu membuatku hampir jantungan saja,” ucap Aila.
“Ponakan ku mana, aku sudah ada di kota mu sekarang,” ucap Davina.
“Benarkah, kapan kamu sampai,kenapa kamu tidak mengabari ku lebih dulu, aku sedang tidak ada di kota, aku sedang berada di pulau lain,” ucap Aila.
“Ngapain kesana, jangan bilang kamu main lari-lari lagi,” ucap Davina.
“Tidak, aku sedang melakukan pekerjaan bersama itu,” ucap Aila.
“Siapa,?” tanya Davina.
“Ayahnya si kembar,” ucap Aila.
“Cieeee,” ucap Davina.
“Sudah ahg, aku malas lagi bicara denganmu,” ucap Aila.
“Hehehe, lanjutkan, semangat,” ucap Davina.
Setelah menutup telfonnya Davina membaringkan tubuhnya hingga dia terlelap begitu saja, soreh hari Davina membuka matanya dan segera melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Karena bosan di kontrakan, Davina memilih berjalan-jalan ke luar untuk membeli jajan.
Davina berjalan dengan kresek di tangannya, dia dengan ceroboh menyebrang tidak melihat mobil yang datang dari arah kanan, dia kaget bukan main saat suara klakson mobil sudah mendekat dengan refleks dia terjatuh beruntung mobil yang hampir menabraknya berhenti beberapa centi dari tempatnya.
“Hei, apa kamu baik baik saja,?” tanya seseorang laki-laki.
Vina membuka matanya dan menampar-nampar pipinya.
“Apa aku sudah di surga, pak ustadz tidak pernah bilang jika ada laki-laki tampan di surga,” ucap Vina dengan bodohnya membuat laki-laki tersebut hanya tersenyum tipis.
Vina baru sadar saat mendengar suara klakson dan mobil yang masih ada di belakang laki-laki tersebut, seketika ia langsung berdiri.
“Lupakan yang aku ucapakan tadi tuan tampan,” ucap Vina dengan wajah yang sudah merona merah.
“Baiklah, apa kamu baik-baik saja,?” tanya laki-laki tersebut dan di angguki oleh Vina.
“Saya minta maaf telah buat anda masuk surga barusan, lain kali hati-hati, saya permisi,” ucap laki-laki tersebut dan hanya di angguki oleh Vina yang terus menatapnya.
“Kepinggir lah lebih dulu, bagaimana aku bisa lewat jika kamu trus berdiri disitu,” ucap laki-laki tersebut tersenyum kecut yang sontak membuat Vina kaget, dia langsung mundur ke belakang dan kembali jatuh karena ada trotoar dibelakang nya yang ia tidak lihat.
“Astaga, kenapa kamu sangat suka jatuh,” ucap Day membantu Vina berdiri.
“Maaf,” ucap Davina sangat malu.
“Aku permisi, orang sudah protes karena kamu,” ucapnya dan langsung kembali ke mobil.
Davina membaringkan badannya di tempat tidurnya, ia memegang wajahnya yang terasa panas mengingat wajah laki-laki yang hampir menabraknya.
“Tuhan, apa dia jodohku, aku sangat beruntung datang ke sini, ada pangeran di kota ini,” ucap Davina membolak-balikkan badannya seperti cacing kepanasan di tempat tidurnya.
“Kenapa banyak orang tampan di sini, aku susah memilihnya,” ucap Davina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sunarmi Narmi
Baru baca sdh tertarik..ni cerita bisa bikin senyum" sendiri..lnjut thor
2023-10-11
0
HARTIN MARLIN
Assalamualaikum hai 🖐🖐 salam kenal dari ku
2022-09-16
0
My Isti
perkenalan lebih dulu thor pada karyamu y...
2022-05-03
0