Zein Wiradinata, adalah seorang pengusaha yang sedang berada di puncak karirnya. Zein memegang salah satu anak usaha keluarganya di bidang digital marketing. Sebuah marketplace lokal yang dirintisnya berkembang cukup pesat.
Tapi siapa sangka jika pria yang cukup tampan dan berkharisma itu sangatlah payah dalam mendekati wanita. Lebih tepatnya bukan payah, tapi pasif. Bahkan para gadis yang susah payah mengejarnya hanya dibiarkannya berlalu begitu saja tanpa tanggapan sedikitpun. Zein terlalu malas berurusan soal asmara, karena bisa jadi panjang urusannya. Seperti yang terjadi pada masa lalunya dulu. Bisa di bilang pengalamannya terdahulu yang berakhir pahit meninggalkan trauma berkepanjangan pada kehidupan percintaannya.
Tapi sebentar lagi usianya akan menginjak empat puluh tahun. Usia yang terhitung sangat matang bagi seorang laki-laki. Atau justru sudah kadaluarsa? Tapi untunglah paras Zein masih terlihat cukup mempesona. Seperti pria matang usia tiga puluhan yang sangat cocok di sebut sebagai calon mantu idaman para mertua. Matang, mapan, dan tampan. Calon mertua mana yang tidak tergiur untuk cepat-cepat menikahkan anak gadisnya. Jika diibaratkan sebuah produk, yang seperti Zein ini pasti limited edition. Jadi rebutan dan telat sedikit saja tidak akan ada lagi stock yang seperti ini lagi.
Kembali ke pokok persoalan. Meski banyak yang coba mendekatinya tapi entah mengapa hatinya seolah tertutup rapat. Ibarat pintu yang telah terkunci, perlu anak kunci yang tepat untuk membukanya kembali. Tapi dimanakah Zein bisa menemukan anak kunci hatinya lagi?
"Action donk bro, kalau nggak dicoba mana bisa!"
Ini sudah sekian kali Zein berkonsultasi pada Hartono, asisten pribadi sekaligus sahabatnya paling dekat.
"Gue bingung mau mulai dari mana!"
"Ya mulai aja dulu, jangan bingung dulu, urusan kerjaan aja otak lo tokcer, masa masalah beginian harus gue tuntun kayak anak bayi belajar jalan..."
Ya, dalam hal pekerjan praktis Hartono adalah bawahan Zein. Tapi untuk urusan asmara sepertinya Zein benar-benar harus berguru pada Hartono yang meski usianya jauh lebih muda, tapi sudah punya anak tiga dan kehidupan rumah tangganya tergolong harmonis.
"Ya nggak gitu juga kali, tapi rasanya belum ada yang pas aja di hati gue..."
"Kriteria lo ketinggian kali, atau masih terjebak kenangan mantan?"
Pertanyaan terakhir Hartono benar-benar membuat Zein tertohok. Benarkah dia belum bisa lepas dari bayang-bayang Mantan?
Sejenak pikiran Zein kembali berkelana pada masa lalu nya.
"Di buat simple aja bro, mulai dari yang ada di sekitar lo...kalau dari muka udah sreg, lanjut pe de ka te, cari tahu dia tulus atau nggak. Cewek baik-baik nggak akan minta macam-macam, cukup komitmen, tanggung jawab, cinta, perhatian, kesetiaan, dan beberapa barang-barang branded menyesuaikan isi kantong pasangan.."
"Itu sih ribet bro.."
"He, canda, pokoknya mulai aja dulu, lo bakal ngerasa kalau udah nemuin seseorang yang pas, kayak she is the one gitu deh.."
"Iya, tapi dimana gue nyarinya. Rasanya semua cewek yang ngejar-ngejar gue nggak ada satupun yang bikin greget. Gue butuh sesuatu yang menantang adrenalin mungkin?"
"Gimana kalau lo cari sugar baby aja?"
"Gila, gue bulan pedofil bro!"
"Siapa yang bilang lo pedofil. Memang kebanyakan yang jadi baby masih anak sekolahan, tapi yang jelas bukan anak di bawah umur, yah setidaknya mereka pasti udah baligh ya...punya organ seksual yang matang!"
"Hush, kok jadi kesitu sih ngomongnya! Gue cari cewek baik-baik ya, bukan cabe-cabean!"
"Ya lo cari aja yang masih perawan, terus lo tuntun deh ke jalan yang benar! Kalau cocok lo nikahin! Itung-itung menyelamatkan satu manusia dari jalan yang nista..."
"Buset, ada-ada aja deh ide gila lo! Tapi kayaknya gua jadi tertarik nih!"
"Siap Bos! Nanti biar gue yang atur, lo tinggal jalanin aja prosesnya. Gampang kan?"
Hartono harus bertindak cepat, sebelum bosnya berubah pikiran lagi. Sebagai anak buah yang baik, tentu Hartono juga ingin Bos nya hidup bahagia. Meski alasan sebenarnya adalah agar Bosnya tidak sering-sering menganggunya karena kesepian.
"Eh buset ni anak, kenapa jadi lo yang semangat? Awas kalau macam-macam, gue laporin lo ke si Marinka!"
"Siap Bos! Gue nggak bakal berani macam-macam...yang penting bos senang cuan lancar, hehe..."
"Serah lo deh, gue udah di ambang batas putus asa, pasrah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments