"Om.. denger om.. waktu ituu Dinda di jebak oleh Rafael." Ujar Reno. Reno pun mulai menceritakan kronologi malam itu pada papanya Dinda
"Aapaaa.. maksudmu Ren? " Tanya Darmawan tak percaya dengan apa yang di ceritakan Reno.
"Kalo om tidak percaya. saya akan membawa Raka kesini om. Taka jiga tau apa yang Rafel rencanakan.", jawabnya.
" Dindaa.. maafin papa nak. kau korban dari balas Dendam yang tidak pernah kau lakukan. maafin papa." Ucapnya lirih.
Darmawan segera pergi meninggalkan Reno sendiri.
"Om.. om mau ke mana om? " tanya Reno
"Om mau cari Dinda semoga Dinda masih di kota ini." jawabnya lalu segera tancap gas
Reno segera menyetop ojeg. tujuan Reno adalah sekolahan. Reno akan mengambil motornya dan ikut mencari Dinda
...****...
Malam telah tiba.
Pak Darmawan pulang dengan langkah gontai. Wajahnya begitu kusut.
"Pa.. papa dari mana? " tanya sang istri
"Maa.. Dinda maa. Dinda maa.." ucap Suaminya yang terpotong potong membuat sang istri jadi ketakutan
"Ada apa paa.. Dinda kenapaa paa. jawab paaa.. jangan buat mama takut dan sedih lagi." ucap dan mohon Sang istri.
Bik Ning pun ikut mendengarkan pembicaraan majikan nya.
menurut Bik Ning Dinda baru akan sampai di kotanya besok pagi.
"Maa.. Dinda tidak bersalah maa.. papa yang salah." jawab Suaminya
"Papa memang bersalah. tidak seharusnya papa mengusir putrinya begitu saja. orang tua macam apa papa ini. tega mengusir darah daging nya sendiri.." ucap Sang istri
"Maafin papa ma.. ternyata Dinda korban balas Dendam dari keluarga Dikky. maafin papa maaa. " ucap Pak Darmawan yang begitu sedih. kini pak Darmawan baru terbuka hatinya. setelah putri tercinta nya tidak ada di rumah
Bik Ning pun kasian melihat kedua majikannya di landa rasa bersalah. tapi Bik Ning tak tau harus bagaimana. 'Apa sebaiknya aku katakan saja yaa' batin bik Ning.
Bik Ning pun memberanikan diri untuk mengatakan yang sebenarnya. agar majikan nya tidak bersedih seperti ini.
"Tuan.. Nyonya.. Non Dinda akan baik baik saja. maafkan saya telah lancang pada anda Tuan. Non Dinda saya minta untuk pergi ke kampung halaman saya. maafkan saya tuan." ucap Bik Ning ragu dan takut
"Apa Bik..? " tanya Pak Darmawan tidak percaya
"I.. iyaa Tuan.. maafkan saya." jawabnya
"Kalo begitu.. ayo kita susul Dinda sekarang juga ma. ayo bik ikut kami." ucap Pak Darmawan
Mereka pun bergegas pergi untuk mencari Dinda. "Tapi Tuan.. perjalanan ini akan memakan waktu lama. kita baru sampai besok pagi Tuan." terang Bik Ning.
"Bagaimana maa.. apa kita tetap akan mencari nya sekarang? " tanya sang suami.
"Tentu pa.. mama nggak ingin Dinda lebih tersiksa lagi." jawab sang istri.
"Kalo begitu ayoo kita segera berangkat. kita naik pesawat saja ma. biar kita bisa sampai lebih dulu. " ucap Sang suami.
Mereka pun segera bersiap untuk pergi ke kampung bik Ning.
"Om.. tante bik Ning. kalian mau kemana? " tanya Vita yang baru pulang
"Vit.. tante titip rumah dulu yaa.. Tante sama om mau jemput Dinda." jawabnya
"Emangnya Dinda ke mana Tan? " tanya Vita lagi.
"Besok tante ceritain. sekarang Tante dan om buru buru" jawabnya lalu segera menyeret kopernya
Pak Darmawan sudah pesan ticket peswat nya. secara online. jadi malam ini bisa berangkat walau naik yang ekonomi tak masalah. asal cepat bisa bertemu kembali dengan putrinya.
...****...
6 jam kemudian
Orang tua Dinda sudah sampai di kota di mana bik Ning tinggal. mereka langsung menuju terminal tempat dimana Dinda akan turun.
Setiap Bus yang terparkir dan yang baru datang. di periksa oleh Darmawan dan juga Mutiara dan bik Ning.
mereka meng absen setiap Bus yang singgah.
Namun semua Bus yang di absen pun tak ada Dinda. "Dindaa... kamu di mana nak? " tanya sang mama dengan pilu
"Sabar maaa.. Dinda pasti ketemu." ucap Sang suami
"kita udah lama paaa nunggu di sini. dan Dinda belum ketemu juga."
"Bik.. coba telpon Rofik udah sampai di sana belum Dinda." titah Tuannya.
"Baik Tuan." jawabnya. Bik Ning segera menelpon Rofik.
Bik Ning menanyakan gadis yang tadi malam sudah di suruh untuk menjemput di terminal.
"Tuan.. non Dinda belum sampai.." jawab Bik Ning
"Apa bik.. jadi kemana Dindaa? " tanya frustasi pada dirinya sendiri.
"Paa bagaimana ini paa? " tanya Sang istri.
"Kita tunggu di sini dulu ma.. Papa juga bingung." jawabnya
"Tuan.. sebaiknya kita pergi dari sini. mungkin non Dinda sudah lewat atau malah mungkin salah bus." ucap Bik Ning
"Apa bik..? " tanya Mutiara terkejut.
"maaf Nyonya.. jika sampai jam segini belum. sampai. kemungkinan non Dinda salah bus." jawabnya
"Tidak.. Paa bagaimana ini paa.? " tanya Mutiara
"Sudah ma.. sebaiknya kita memang harus kembali ke kota. nanti papa akan mengarahkan anak buah papa." jawabnya
Dengan langkah berat mereka pun meninggalkan terminal. karena hari sudah begitu sangat siang.
"Dindaa di mana kamu nak? "
...****...
"Non. bangun Non.. Non mau ke mana? " tanya seorang kondektur
"Saya mau ke kota B pak. apa sudah sampai? " tanya Dinda
"Duhh.. Non salah bus. ini bus menuju kota S. dan ini sudah di kota S Non. " jawab kondektur
"Oohh.." ucap nya dengan nada kecewa. Dinda bingung harus kemana. tak punya saudara atau teman disini.
"Emang Non tidak punya saudara di sini. atau teman? " tanya kondektur. Dinda pun menggeleng dan kembali menitikkan air matanya. 'Kenapa nasibku seperti ini Tuhan.. tak sanggup Aku jika seperti ini hikzzz..." lirih Dinda.
"Non.. Non menangis? Duhhh gi mana yaa Non. sebenar nya saya kasian sama Non. tapi saya juga bulan asli sini Non." ucap Kondektur
"Kapan bus ini akan berangkat lagi pak? " tanya Dinda
"Besok mungki Non. dan mobil ini mau di masukkan ke gudang." jawabnya
Dinda duduk meringkuk sembari menangis.
"Non.. jika Non mau. Non bisa ikut bapak ke kampung bapak. itu jika Non mau." ucap Kondektur
"Apa tidak apa apa jika saya ikut? rumah bapak di mana? " tanya Dinda
"Rumah bapak di kota M. jika Non mau mari ikut bapak." ucap kondektur itu sambil mengajak Dinda untuk berdiri.
Dinda pun ragu. tak pernah dirinya mengikuti orang lain yang tidak di kenal. berbicara saja tidak pernah. baru kali ini Dinda berinteraksi dengan pria asing.
"Non tidak usah takut. kenalkan nama saya pak Mardi. saya juga punya anak gadis seusia Non. " ucapnya.
"Nanti Non boleh ikut bapak pergi lagi ke kota B. bagaimana Non? " tanya pak Mardi
"Masih jauh ya pak rumah bapak? " tanyanya
"Masih Non. masih jauh naik bus lagi " jawabnya
Tidak ada pilihan lagi selain mengikuti ajakan pak Mardi. Dinda pun berdiri sambil mendorong kopernya.
"Sini Non biar bapak yang bawain. " ucap pak Mardi menawarkan diri.
dengan ragu Dinda pun menyerahkan kopernya pada pak Mardi. sedikit was was dan takut itu biasa karena Dinda tidak mengenal pria ini. secara penampilan pak Mardi ini begitu kusam wajahnya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Lenina
kenapa enggak dibunuh aja sih pak..kasihan kan anak nya malah jadi bulan2an orang dijalanan nanti..dijual atau apa..secara perempuan masih kecil dan hamil..tega banget sih..kucing hamil dijalan aja ditolong..ini anak sendiri malah dibuang gitu aja..kalau sampai kayak gini kesalahan tetep di ortu loh..berarti ortu enggak bisa jaga anak perempuannya..dosa di mata Allah..
2023-03-31
1
Atik Marwati
semoga orang baik
2023-03-27
0
evvylamora
nah kan, nyesel ga guna, dimana mana tuh sblm ngusir tny dulu yg jelas.. hadeeeh
2023-01-25
0