Eps. 8
Tak berselang lama Andry menghampiriku. Dia duduk berhadapan denganku. Sambil menunggu pesanan yang kami pesan, kami mengobrol.
"Aku lihat kamu tadi sempat ngobrol sama orang itu. Kamu kenal sama dia?"
"Ya sekedar kenal aja, sih. Emangnya kenapa?"
"Nggak apa apa sih. Aku fikir pacar kamu atau siapamu. kayaknya akrab banget."
"Kita emang udah kenal, sih. Tapi ya sebatas temen aja. Nggak lebih."
"Apa kamu tahu status dia apa?"
"Dia duda. Emang kenapa?"
"Oh, kirain kamu nggak tahu."
"Emangnya kamu kenal sama dia?"
"Ya kalau cuma kenal sih kenal. Soalnya Kampung kita sebelahan."
"Oh, gitu."
"Tapi apa dia itu bener bener duda?"
"Dulu denger denger sih gitu. Trus denger kabar lagi dia mau nikah lagi sama cewek sekampungku. Tapi nggak tahu kelanjutannya gimana. Nggak ngurus juga aku."
"Apa ceweknya agak berisi, dan rambutnya pirang?"
"Nah, iya bener. Kok kamu bisa tahu?"
"Iya, semalem pas aku jalan sama temenku nggak sengaja ketemu sama Rohman dan cewek itu. Sumpah tatapan ceweknya sinis banget. Kan aku jadi takut. Dan si ceweknya itu ngakunya dia pacaran. Tapi pas tadi pagi aku diajak Rohman makan, katanya dia mantannya. Dulu memang sempat mau nikah, tapi batal. Karena si ceweknya itu selingkuh. Tapi nggak tahu aku sebenernya gimana."
"Ehm, saran aku kamu hati hati aja Cha. Tapi itu semua terserah kamu, sih. Aku kan cuma kasih saran aja."
"Iya, aku ngerti kok. Makasih sarannya."
"Sama sama."
Tak berselang lama mie ayam yang kami pesan akhirnya tiba. Kami segera menyantapnya, karena mengingat jam istirahat hanya satu jam saja.
Aku merasa tidak nyaman sekali, karena Rohman sering sering memandangku. Aku jadi risih dan rasanya ingin segera pergi.
Akhirnya Rohman dan teman temannya beranjak pergi karena sudah selesai makan. Aku sedikit penasaran karena sampai sekarang belum tahu pekerjaan dia itu apa.
"Ndry, dia kerja apa sih."
"Setahu aku, dia kerja di BPN."
"Oh."
Makanan yang kami pesan sudah habis. Dan kamipun beranjak ke kasir. Saat akan membayar, penjaga kasir bilang makanan kami sudah dibayar. Sempat terkejut, dan kami juga bertanya siapa yang membayarnya.
"Mbak, berapa totalnya. Mie ayam dua porsi dan es teh dua gelas."
"Makanannya sudah dibayar mbak, mas."
"Lho, sama siapa mbak?"
"Sama mas mas tadi yang duduk di situ sama teman temannya."
"Oh, baiklah. Terimakasih kalau begitu."
"Sama sama."
Aku dan Andry saling memandang. Tiba tiba Andry merangkulku. Dia berbisik kepadaku.
"Dia baik juga ya. Sering seringlah ketemu gini. Kan biar duit aku utuh."
"Enak di kamu, risih di aku."
Kami berdua berjalan keluar kedai sambil tertawa geli. Ku tengok ponsel, ternyata masih ada sisa waktu dua puluh menit untuk istirahat.
Tak banyak bicara, Andry langsung tancap gas untuk kembali ke Resto. Tetapi kami tidak langsung waktu. mengingat masih ada sedikit waktu, kami memutuskan untuk bersantai di teras belakang.
Ku buka aplikasi whatsap, ternyata ada pesan dari Rohman. Segera ku buka, dan ku balas.
"Non, makan yang banyak ya."
"Terimakasih, tadi sudah bayarin makananku sama Andry."
"Sama sama, non."
Tak ku balas lagi pesan darinya. Jika aku balas terus nanti bisa lupa waktu. Aku lanjut membuka aplikasi fb, terdapat beberapa pemberitahuan. Diantaranya, beberapa postingan Rendy semalam yang menandai diriku. Mungkin itu adalah teman dan saudaranya.
"Cie, so sweet."
"Wah, cantiknya."
"Semoga berjodoh."
"Ditunggu undangannya, Ren."
"Bawa puanglah, kenalin ke ortu."
Aku hanya tersenyum membaca komentar komentar mereka. Menurutku ini sangat lucu sekali. Saat tengah asik membaca, aku dikagetkan oleh suara Andry.
"Woy, senyum senyum terus. Kek orang g*la. Udah waktunya kerja. Jangan maun hp terus."
Lagi lagi aku tertawa melihat kelakuan Andry. Rasanya jengkel juga karena tingkah usil dia yang selalu jail dan mengagetkanku.
Aku beranjak dar duduk, dan masuk ke dalam Resto untuk kembali bekerja. Ternyata pengunjung Resto lumayan ramai. Segera aku layani pelanggan satu persatu.
***********
Jam kerjaku sudah usai. Aku segera berkemas dan segera absen. Sungguh sangat melelahkan sekali hari ini. Tapi tidak apa apa, aku tetap bersyukur. Karena hari ini aku dapat lemburan dua jam. Sangat lumayan sekali bagiku.
Aku pulang ke kost dengan membonceng Andry. Karena Rere sedang ijin, dan kebetulan kami juga satu arah.
"Makasih ya , udan boleh nebeng."
"Iya sama sama. Aku pulang dulu, ya. Udah sore banget, nih."
"Iya, hati hati."
Aku segera masuk ke dalam kost. Karena waktu juga sudah pukul lima lebih aku segera mandi. Badan juga sudah sangat lengket keringat.
Usai mandi aku duduk dan bermain ponsel, sambil menunggu waktu magrib tiba. Sebuah panggilan masuk dari Rendy. Aku segera menganggkatnya
"Haloo, mas."
"Kamu lagi apa?"
"Habis mandi, ini sekarang lagi nunggu waktu magrib."
"Oh."
"Ada apa, mas. Kok tiba tiba telepon aku?"
"Nggak ada apa apa. Hanya sedikit kangen aja."
"Kangen? masak, sih."
"Iya, aku serius. Kamu yang nggak pernah ngerti. Dari awal kita ketemu aku udah ngerasain sesuatu sama kamu."
"Udah lah, nggak usah becanda. Nggak lucu, mas."
"Aku nggak becanda, aku serius."
"Eh, mas. Udah magrib nih. Aku sholat dulu, ya. Nanti kita sambung lagi."
Aku langsung menutup sambungan telepon Rendy. Dalam fikiranku masih teringat akan kata katanya tadi. Entah dia sedang bercanda atau serius aku juga tidak mengerti.
Aku segera beranjak untuk mengambil air wudhu. Lalu segera melaksanakan sholat magrib.
Perutku sudah sangat lapar. Rasanya aku malas sekaki untuk keluar membeli makan. Akhirnya aku memesan makanan melalui ojol.
Nasi ayam geprek dan ice boba. Itulah makanan dan minuman kesukaanku.
Kurang lebih setengah jam aku menunggu orderanku. Dan akhirnya yang ditunggu datang juga. Ku berikan uang tiga lembar sepuluh ribuan untuk membayar makanan dan ongkos ojol. Tidak lupa aku mengucapkan terimakasih.
Segera aku santap makananku. Karena memang sudah sangat lapar dan mata juga sudah mengantuk sekali.
Saat tengah asik menikmati makan malam. Seseorang mengetuk pintu kamar kostku. Aku segera beranjak dan kubukakan pintu. Ternyata penghuni kamar sebelah.
Dia memberikanku sebuah plastik berisi dua buah roti dan satu kotak susu. Dia bilang tadi diberi sama bos tempat dia kerja. tapi kebanyakan, akhirnya bmberbagi denganku. Akupun mengucapkan terimakasih padanya.
Lalu aku kembali melanjutkan makan malamku. Dalam hatiku lumayan, buat sarapan pagi. Agar tidak usah repot repot cari sarapan besok.
Jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Entah mengapa kedua netraku sudah sangat berat untuk tertahan. Ku ketakkan ponselku di meja. Ku rebahkan tubuh ini di atas kasur. Dan mata ini terpejam. Akupun tertidur dengan nyenyak sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments