Eps. 7
Usai makan, kami bergegas untuk pulang. Kebetulan waktu juga sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Rendy mengantarkan aku hingga depan kost. Ku lepas helm dan ku berikan padanya.
"Makasih ya, kamu udah mau nemenin aku."
"Iya, sama sama."
"Oh iya, aku ada sesuatu buat kamu. Sebentar aku ambilkan dulu di jok motor."
Rendy mengambil sebuah bingkisan dan diberikan untukku. Aku sedikit malu untuk menerimanya. Akupun penasaran apa yang dia berikan.
"Ini apa, mas,?"
"Ya adalah. Nanti kamu juga bakal tau sendiri. Semoga kamu suka."
"Makasih banyak ya, mas. Kalau begitu aku masuk dulu. Kamu langsung pulang ya. Udah malem banget lho."
"Iya, kalau gitu aku pamit ya. Jangan kapok jalan sama aku, Lis."
Aku hanya tersenyum padanya. Diapun juga membalas senyumku. Lalu diapun pergi tak lupa melambaikan tangan.
Aku masuk ke dalam kost. Kulepas hijab, lalu ku rebahkan diriku ke kasur. Sedikit lelah, namun aku sangat bahagia sekali
Saat mata ini akan terpejam, aku teringat akan sesuatu. Sebuah bingkisan yang diberikan Rendy untukku. Kubuka pemberian darinya. Ternyata isinya adalah dua buah coklat, dan sebuah hijab warna gold. Warna yang sangat indah.
Aku mengambil ponsel dan ku kirimkan pesan untuk Rendy. Sebuah ucapan terimakasih beserta caption tersenyum.
"Mas, makasih ya. Aku suka banget hijabnya. Warnanya cantik banget."
Pesan yang ku kirim tak kunjung dibaca. Aku berfikir mungkin dia belum sampai di rumah. Karena mata sudah tidak kuat, akhirnya akupun tertidur.
*********
Alarm sudah berbunyi, tanda waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Aku segera bangun dari tidurku. Ku usap layar ponsel dan ku buka aplikasi whatsap. Banyak sekali pesan masuk dan panggilan tidak terjawab.
"Non, besok pagi aku antar kamu berangkat kerja ya. Ada sesuatu yang mau aku tanyakan juga." ( Pesan dari Rohman.)
"Maaf, semalam pulang dari jalan sama kamu aku langsung tidur. Sama sama, Lis. Syukurlah kalau kamu suka. Memang cantik, seperti kamu." (Balasan pesan dari Rendy.)
"Beb, hari ini aku ijin dulu. Ada kepentingan keluarga." (Pesan dari Rere.)
"Mbak, kapan pulang? (Pesan dari adekku)
"pagi." ( Pesan dari nomor tidak dikenal)
Aku mulai membalas satu persatu pesan yang masuk. Terkecuali pesan dari nomor tidak dikenal. Aku sangat malas menanggapinya.
Setelah semua pesan terbalas, aku segera bergegas ke kamar mandi. Seperti biasa aku melakukan ritual pagi.
Usai mandi, aku memakai seragam batik dan celana hitam. Tak lupa ku kenakan hijab pemberian dari Rendy kemarin. Sedikit ku oleskan makeup tipis agar wajah tampah fresh.
Ku ambil ponsel dan ku usap layarnya. Ternyata sudah pukul tujuh pagi. Aku segera memakai sepatu dan tak lupa membawa tas mini yang berisi dompet.
Saat aku tengah berjalan sambil asik memainkan ponsel, Aku dikejutkan dengan kehadiran seorang laki laki. Dia nampak sudah menungguku di depan gerbang.
Saat aku berjalan menghampirinya, terlihat raut wajahnya yang tampak kesal dan marah. Entah aku tidak tahu apa kesalahan yang aku buat. Sehingga dia menunjukkan ekspresi yang sangat tidak menyenangkan.
"Mas, udah lama nunggunya? Kenapa nggak telepon aku saja."
"Nggak, kok. Baru aja sampai."
"Oh."
Seperti biasa dia memakaikan helm di kepalaku. Seketika aku kepikiran dengan Rendy.
Entah mengapa perasaanku sedikit takut dengan Rohman. Tidak seperti biasanya, Dia yang biasanya ceria mendadak tidak banyak bicara. Akupun juga enggan banyak bicara padanya.
Kendaraan sudah melaju dengan pelan. Kali ini Rohman mengajakku makan di sebuah kedai nasi uduk.
Aku duduk berhadapan dengan Rohman. Untuk kali ini aku benar benar tidak berani untuk menatap kedua matanya.
"Non, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Aku harap kamu mau menjawabnya dengan jujur."
"Ya udah, tanya aja. Selama aku mau jawab pasti juga aku jawab, kok."
"Kamu belum jawab pertanyaanku semalam."
"Pertanyaan yang mana, mas?"
"Di chat whatsap semalam."
"Emangnya kenapa kalau dia pacarku, mas?"
"Enggak ada apa apa. Hanya ingin tahu saja."
"Dia temanku. Aku tidak sengaja menabrak dia di pusat perbelanjaan. Lalu kamipun berkenalan dan saling save nomor."
"Lalu ini apa, non?"
Rohman menunjukkan ponselnya. dia menunjukkan Rendy Argawinata yang tengah menandai diriku di sebuah postingan. Responku biasa saja, karena memang aku hanya berteman.
"Aku juga nggak tahu, mas. Mungkin hanya candaan saja. Lalu kamu sendiri, katanya kamu nggak ada pasangan. Lalu yang semalam itu siapa, mas?"
Dia sedikit kikuk dan salah tingkah mendengar ucapanku. Padahal niatku hanya bertanya saja.
"Oh, Chika."
"Aku nggak tahu siapa namanya. Semalem mau kenalan tapi aku takut. Tatapan dia judes dan sinis banget."
"Dia mantan aku. Ya kebetulan aja kita ketemuan."
"Sepertinya kalian masih suka, ya."
"Entahlah, aku sendiri juga bingung. Dulu aku sempat mau menikah dengannya. Tapi ternyata Allah menunjukkan sifat dia sesungguhnya. Dua selingkuh di belakangku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya. Namun akhir akhir ini dia sering sekali dia menghubungiku untuk bertemu."
"Dan kamu mengiyakan ajakkannya, mas?"
"Ya, begitulah."
"Cinta tidak bisa dibohongi. Jika memang kamu masih cinta, kenapa nggak balikan saja. kenapa harus mengulur waktu."
"Karena aku sudah menyukai seseorang. Entah mengapa aku jatuh hati padanya saat pertama kali bertemu."
"Boleh dong sekali sekali kenalin sama aku, mas. Pasti orangnya cantik sekali."
"Cantik sekali. Paras dan hatinya sangat cantik. Sehingga siapapun yang berhadapan dengannya pasti akan jatuh hati. Suatu saat kamu pasti akan tahu orang yang aku maksud."
"Ya udah, kita lanjut makan aja mas. nanti keburu telat."
Kami segera menyantap nasi uduk yang sudah dihidangkan. Masakannya cukup enak. Dan kedainya pun juga lumayan ramai.
Setelah selesai makan, Rohman mengantarku ke Resto tempatku bekerja. Karena waktu sudah terlalu mepet, akupun buru buru dan mengucapkan terimakasih.
Aku segera bekerja sabagai waiters. Hari ini lumayan cukup lelah sekali. Karena Rere kebetulan hari ini ijin.
Hari ini sudah cukup siang. Ku perhatikan arloji, ternyata sudah pukul dua belas siang. Aku segera menyudahi aktivitasku.
Seperti biasa, aku istirahat siang. Sebelum mencari warteg, aku sempatkan diri terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat dzuhur.
Setelah itu aku mencari warteg terdekat. Kebetulan Andry temanku juga akan istirahat.
Aku berboncengan dengan Andry untuk mencari makan siang.
Kami berhenti di sebuah kedai mie ayam dan bakso. Nggak apalah sekali sekali maian mi ayam. Dalam hatiku berkata demikian.
"Kamu mau pesan apa, Cha?" (Teman teman kerjaku biasa memanggil namaku dwngan sebutan Icha.)
"Aku mie ayam aja."
"Ya udah duduk dulu aku pesankan."
Aku duduk di kursi paling belakang. Saat aku melewati sekelompok orang yang sedang makan, seseorang memanggilku. Aku menoleh sektika. Ternyata dia adalah Rohman dan teman temannya yang dulu pernah makan di Resto tempatku bekerja. Aku sedikit malu, karena teman temannya menyoraki aku dan Rohman. akupun tersenyum dan melaluinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Maya Sari
hati2 Lis dgn Rohman kok kaya ada yg d sembunyikan si ya takutnya Rohman itu playboy
2022-09-02
0