Terjebak Cinta Masa Lalu
Eps.1
Siang yang cukup terik, membuat tubuhku berkeringat. Hari ini pengunjung resto cukup padat. Sehingga membuatku cukup kelelahan.
Namaku Melissa, dan usia ku 24 tahun. Aku bekerja sebagai waiters di sebuah resto ternama di kota Semarang. Tiga bulan sudah aku menjalani pekerjaanku di sini.
Aku berjalan menuju meja nomor 10. Di mana di meja itu segerombolan ibu ibu yang akan memesan menu.
"Selamat siang ibu, ada yang mau di pesankah?" ( Tanya ku sopan )
Di sini aku sedikit bingung. Tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab pertanyaanku. Malah mereka memperhatikan ku dan tersenyum.
"MasyaAllah, mbak cantik sekali." (seorang ibu mengenakan jilbab hitam memuji ku.)
"Terimakasih,bu." (Jawabku sedikit malu.)
Sontak pengunjung yang menempati meja no.11 menatap ku. Mereka semua menatap ku. Seolah mereka mengagumiku.
"Sudah lama kerja di sini, mbak?"
"Baru tiga bulan, bu."
"Sudah menikah?"
"Belum, bu. Maaf, ibu ibu apakah ada yang mau di pesan?" ( aku berusaha menjawab dengan lembut walaupun sedikit kesal.)
"Oh,iya. Maaf ya mbak, jadi tanya terus."
"Kalau begitu, kami mau pesan steak ayam enam. Kentang goreng tiga porsi. Minumnya Lemont tea dua, jus apel dua, jus jeruk dua."
"Baik bu, ditunggu dulu ya. Saya permisi."
Baru akan melangkah, pengunjung meja sebelah memanggilku. Aku pun segera menghampirinya.
"mbak."
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Bolehkah saya meminta nomor ponsel kamu?"
Seorang pria dengan wajah manis dengan berani meminta nomor ponsel ku. Teman temannya pun menyorakinya. Aku pun sedikit malu.
aku pun tidak memberikan nomor ponsel ku. Namun aku justru balik meminta nomor ponselnya. Dia pun langsung memberikannya tanpa basa basi.
Nurohman, itulah nama pria yang meminta nomor ponsel ku. Ku perhatikan dengan seksama wajahnya. Mata yang sipit, senyum manis dan terdapat lesung pipi.
Aku tersenyum dalam hati. Aku pun juga berusaha mengingat ingat. Seperti pernah kenal dengan dia. Namun entah di mana. Mungkin hanya kebetulan saja.
Akupun berlalu pergi meninggalkannya. Karena masih banyak pengunjung yang harus aku layani.
**********
Jam istirahat pun tiba. Aku pergi ke luar resto untuk mencari makan siang. Aku mampir di warteg. Tempat inilah yang pas dengan kantongku. Karena aku harus pandai mengatur keuangan. Membayar kost, mengirim keluarga, dan untuk makan sehari hari.
Sambil menunggu hidangan yang ku pesan, aku iseng membuka sosmed. Ku secroll terus ke bawah. Dan tidak lupa setiap postingan yang nongol di beranda ku berikan tanda like.
Dan pada akhirnya aku menemukan sebuah postingan yang membuatku sedikit terkejut. Sebuah foto segerombolan muda mudi sedang makan di resto tempat ku bekerja.
Ku perjelas fotonya lagi. Dan akhirnya aku sadar. Bahwa salah satu orang yang ada di foto itu adalah Nurohman. Pria yang meminta nomor ponsel ku tadi.
Hati ini masih dikelilingi rasa penasaran. ku buka profilenya dan ku lihat satu per satu fotonya. Dan ku baca bionya, di situ terdapat tulisan status duda.
Dalam hati ku berkata, apakah dia benar benar seorang duda? Aku semakin penasaran. aku pun teringat nomor ponsel yang dia berikan tadi.
Ku buka aplikasi hijau, dan ku hapus foto profile ku. Lalu aku mengirimkan pesan padanya. Rasa penasaran yang sangat tinggi hingga aku memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada seorang pria yang baru ku kenal.
[Siang]
[Siang,ini siapa?]
[Salam kenal, saya Melissa. Waiters yang bekerja di resto YH.]
Tak berselang lama panggilan telepon pun masuk. Ku perhatikan di layar ponsel terdapat nama Nurohman. Karena makanan yang aku pesan sudah datang, ku beranikan diri untuk menekan tombol reject.
Ku matikan data selular ku. Tak lupa nada dering ku matikan. Dan ku masukkan ponsel ku ke dalam saku. Lalu akupun menyantap makanan yang sudah aku pesan.
ku tengok layar ponsel, dan jam istirahat sudah hampir habis. Segera ku bayar makanan ku tadi. Dan aku bergegas ke resto untuk kembali bekerja.
**********
Ku rebahkan tubuh ini di kasur. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Ku usap layar ponsel, dan kembali ku hidupkan data selullar. Satu per satu pesan masuk.
Salah satunya pesan dari Nurohman. Ku buka pesan dari dia. Entah mengapa aku sedikit tertarik dengannya. Senyumnya yang manis membuat ku terus terbayang. Tak ku sangka, pertemanan di dunia maya bisa bertemu di dunia nyata.
[Kenapa panggilan ku direject,non? aku hanya ingin ngobrol saja. Dan satu hal lagi non, apakah sebelumnya kita pernah bertemu? Karena sepertinya kamu tidak asing buatku.]
[Mungkin di dunia nyata kita memang baru bertemu. Namun entah jika di dunia maya kita berteman.]
Pesan yang ku kirim untuknya langsung centang biru. Itu artinya pesan ku langsung dibaca.Tak berselang lama panggilan telepon dari dia masuk. Ku tekan tombol hijau dan mulai berbicara.
[Assalamu'alaikum.]
[Wa'alaikumsalam. Maaf non, apa aku mengganggu?]
[Alhamdulillah, tidak. Oh ya, ada perlu apa mas?]
[Tidak ada apa apa,non. Hanya ingin ngobrol saja.]
[Oh, seperti itu. baiklah.]
[Oh ya, kamu tinggal di mana?]
[Aku kost di deket resto. Tepatnya di Jalan Nakula nomor 25.]
[Kamu kost? Emangnya kamu asli mana?]
[Aku dari kota Salatiga, mas. aku baru tiga bulan kerja di resto. Tadinya aku kerja di pabrik rokok di kota ku. Tapi karena aku jatuh sakit, jadi aku memutuskan untuk berhenti.]
[Setelah mendengar ceritamu, sepertinya aku benar benar pernah kenal kamu. Entah kenapa aku merasa dekat sama kamu. Atau mungkin kita memang sudah pernah kenal sebelumnya?]
Tanpa basa basi ku tutup sambungan telepon dari Nurohman. Lalu aku membuka sosmed, ku ketik nama Nurohman. Aku screnshot profilnya, kemudian ku kirimkan ke nomornya.
[Apakah ini akun kamu, mas? Jika benar, kita memang pernah kenal tapi hanya di dunia maya.]
[Ya benar, itu akun saya. Dan apa ini akun kamu, non.]
Rohman kembali mengirimkan sebuah screnshot sebuah foto akun facebook. Dan foto itu adalah fotoku.
Dari sinilah awal perkenalan kita. Ternyata Rohman selama ini mengagumi setiap foto yang aku unggah di facebook. Dan pada akhirnya kita telah dipertemukan di dunia nyata.
Hampir setiap hari Rohman selalu menanyakan kabar ku. Tak lupa dia juga sering mengingatkan ku untuk makan. Aku pun hanya membalas seperlunya saja sesuai dengan pertanyaan.
Satu minggu berlalu perkenalan ku dengan Rohman. Tepat hari minggu dia mengajakku untuk bertemu via whatsap. Aku pun masih enggan untuk menjawabnya. Karena dalam hati sedikit ada rasa takut jika ternyata dia adalah pria beristri.
Tak berselang lama akhirnya aku memberanikan diri untuk menolak ajakannya untuk bertemu. Mungkin karena heran, Rohman pun akhirnya menelponku. Dengan cepat ku tekan tombol hijau dan mulai berbicara.
[Assalamu'alaikum. Non, apa kamu ada acara sehingga tidak mau bertemu denganku.?]
[Waalaikumsalam. Maaf mas buka begitu. Sebenarnya ada banyak hal mengapa aku menolak ajakkanmu.]
[Baiklah sepertinya aku mengerti. Non, aku duda umur 25 tahun dan belum mempunyai anak. Aku sudah resmi bercerai dengan mantan istriku karena suatu masalah yang mungkin aku belum bisa cerita sama kamu. Aku harap kamu bisa mengerti.]
[Baiklah mas, sekarang aku jadi sudah tahu.]
[Aku tidak ada maksud apa apa sama kamu. aku hanya ingin kenal lebih dekat dengan kamu, non. Karena sudah lama aku mengagumimu. Dan akhirnya kita bisa bertemu di dunia nyata.]
[Tapi aku minta maaf mas, untuk hari ini aku belum bisa bertemu sama kamu. Aku ingin istirahat karena kepalaku sedikit pusing. Lusa akan aku kabari jika sudah siap bertemu denganmu.]
[Ya sudah kamu istirahat saja. Aku tunggu kabar baik dari kamu.]
[Iya, pasti. Assalamu'alaikum.]
[Waalaikumsalam.]
Sambungan telepon pun terputus. Ku letakkan ponsel di meja Lalu ku pejamkan mata untuk melepaskan rasa lelah dan kantuk yang sudah melanda.
************
Pagi yang sangat cerah. Aku sudah bersiap diri untuk berangkat kerja. Jarak dari kost ke resto tidak terlalu jauh. Jadi aku selalu berjalan kaki.
Ku usap layar ponsel, dan ku perhatikan masih ada waktu untuk sarapan pagi. Saat kaki ini hendak melangkah keluar dari gerbang, seorang pria mengendarai motor matik berhenti tepat di deoan ku. Lalu dia membuka helm, dan tersenyum pada ku.
Aku sangat amat terkejut sekali. Pria yang ada di hadapanku adalah Rohman. Pria berwajah manis, dengan mata sipit dan lesung pipi turun dari motor dan menghampiriku.
"Pagi, non. Mau berangkat kerja, ya?"
"Kok kamu ada di sini? Emangnya rumah kamu di mana, mas?"
"Iya, non. Setiap hari aku lewat sini. Mau barengan sekalian? Ayo aku antar!"
"Maaf mas, aku mau cari sarapan dulu. Lebih baik kamu duluan saja. Nanti terlambat kerjanya."
"nggak kok. Ini masih pagi, sekalian aku juga mau cari sarapan."
Mau tidak mau aku mengiyakan ajakan Rohman. Entah perasaan apa yang ada dalam diriku. Jantungku berdetak lebih kencang ketika dekat dengannya.
Akhirnya kami berhenti di sebuah kedai bubur ayam. Dan kitapun duduk berhadapan. Aku tak berani menatapnya. Aku menyibukkan diri dengan bermain ponsel.
"Non, nggak nyangka ya kita bisa ketemu langsung."
Aku tak menjawab ucapannya. Hanya seulas senyum ku berikan untuknya. Diapun membalas senyumanku. Hatiku terasa berbunga bunga seolah terhipnotis oleh wajah manisnya.
Tak berselang lama bubur ayam yang kami pesan datang. Kami pun segera menyantapnya. sebenarnya ada banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan padanya. Tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat.
"Oh iya, kamu minggu depan ada acara nggak?"
"Belum tau, mas. Emangnya ada apa?"
"Rencana aku mau ajak kamu ke nikahan temen kerja aku. Itu kalau kamu nggak ada acara, sih."
"Nixetime aku kabari, mas. Rencana aku mau pulang kampung. Tapi mudah mudahan nggak ada halangan."
"Iya, aku juga nggak maksa kok. Misal kamu butuh bantuan, jangan sungkan ya. Kalaupun aku bisa bantu pasti aku bantu."
"Kenapa kamu baik banget, mas. Kita baru kenal lho."
Tak ada jawaban dari Rohman. Dia hanya tersenyum memandang ku. Tatapan yang penuh arti namun sulit dimengerti.
Usai sarapan pagi, Rohman mengantarkan aku ke resto tempatku bekerja. Sebelum aku masuk, Rohman mengeluarkan sesuatu dari tas yang dia bawa dan memberikannya padaku. Karena merasa tidak enak, ku terima pemberiannya dan ku ucapkan terimakasih. Lalu Rohman berpamitan untuk pergi ke tempat kerjanya.
Rasa penasaranku semakin tinggi. Akupun berniat mencari tahu siapa dia. Tinggal di mana, dan apa pekerjaannya.
***********
Jam kerjaku telah usai. kebetulan aku sift pagi dan tidak ada lembur. Jadi siang ini aku pulang lebih awal.
Aku memutuskan untuk pergi jalan jalan ke pusat perbelanjaan. Kebetulan temanku Rere juga ingin membeli sesuatu, jadi kita jalan bareng.
Sudah lumayan lama berkeliling di pusat perbelanjaan, dan kita berdua sudah mendapatkan apa yang kita cari. Khirnya kami memutuskan untuk pulang. Namun saat berjalan, mataku melihat sebuah pemandangan yang sangat amat indah sekali.
Sebuah hijab pasmina dengan warna purple tepampang di sebuah toko. Akupun menghampirinya dan hendak membelinya. Warna favorit yang sangat indah.
Saat aku hendak mengambilnya, seseorang lebih dulu mengambilnya. Aku ingin marah, namun aku tahan.
Lalu aju menuju meja kasir, dan bertanya kepada penjaga toko. Berharap hijab dengan model dan warna yang sama masih ada. Namun kecewa yang aku dapat. Hijab tersebut hanya tinggal satu saja.
Akupun merengek pada Rere layaknya anak kecil. Aku meminta Rere untuk menemani ku berkeliling mencari hijab seperti yang aku inginkan.Rerepun mengiyakan ajakanku. Sungguh bahagia sekali mempunyai sahabat seperti dia.
Sudah berkeliling di pusat perbelanjaan, namun aku belum mendapatkan hijab yang aku maksud. Akhirnya Rere menyerah karena sudah terlalu capek. kamu pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari pusat perbelanjaan.
Aku berjalan sedikit kesal dengan bibir manyun dan menghentak hentakkan kaki. Rere pun tak heran dengan kelakuan ku. Karena dia mengerti sifatku yang sesungguhnya sepeti apa.
Karena aku berjalan sambil menunduk, tak sengaja aku menabrak seseorang. Akupun terjatuh, dan Rere bergegas membantuku. Aku mendongakkan kepala untuk melihat seseorang yang aku tabrak. Aku takut jika orang tersebut marah padaku.
Seorang pria bertubuh kecil dan tinggi tengah berdiri dan tersenyum padaku. Wajahnya yang kalem, membuatku terasa adem. Akupun tertunduk malu. Aku bergegas meminta maaf padanya.
"Maaf mas, saya tidak sengaja. Maafkan saya."
"Tidak apa apa. Bukannya kalian yang ada di toko hijab tadi ya."
"Iya, mas."
"Apa ada yang sakit?"
"Tidak, mas. Ehm, maaf mas. Boleh tidak hijab yang mas beli tadi untuk saya. Uangnya saya ganti. Saya sangat menginginkannya tapi stok toko udah nggak ada. Tadi juga sempat keliling juga nggak ada yang punya hijab sepwrti itu."
Rere dengan cepat mencubit lengan tanganku. akupun meringis kesakitan. Namun pria itu justru tersenyum melihat kelakuan konyol kami berdua.
"Sebenarnya ini untuk ibu saya. Tapi jika kamu mau ambil saja. Nanti biar saya belikan lagi yang model lain."
"Kalau buat ibu kamu, nggak aja."
"nggak apa apa. Ini ambil saja."
"Baiklah, ini mas uangnya saya ganti."
"Sudah ambil saja. Oh iya, saya Rendy. Salam kenal."
kamipun berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Tak lupa Rendy juga meminta nomor ponselku. Kitapun saling bertukar nomor ponsel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Aruna Maharani
sudah jadi favorite juga loh kak 🙏
2022-09-15
2