Malam itu , fatima dan ferdi datang bersama pak kyai Amin, bersama istrinya yakni umi laila.
Aku mencoba bersikap santai, dan berharap bahwa alif dan keempat santriwati itu tidak bercerita apapun tentang perkataan kak galang tadi siang.
" Galang ... !!!!" teriak umi laila kemudian menghampiri kak galang yang tengah duduk didepan tenda tamu.
" Kenapa bisa seperti ini ?" sambungnya sambil memperhatikan kondisi kaki putra sulungnya.
" Umiiii ... Galang tidak papa kok " kak galang terlihat santai,meski aku sangat yakin kalau ia merasakan sakit yang begitu dalam.
" oh ... Iya, ini miranda ... Yang waktu itu kan ?" sapa umi laila seraya tersenyum kearahku, dan ia mulai memperhatikan penampilanku.
" sayang ... menjadi seorang ... Bukan semakin sopan, malah buka-bukaan " ledek umi laila.
Aku mencoba menghadapinya dengan santai, dan aku segera menbantu seorang ibu bayi yang kemarin malam tidur ditenda bersamaku.
" terimakasih ... Ya bu dokter " kata ibu muda itu kemudian mengambil bayinya dariku.
Saat semuanya telah tidur didalam tenda pengungsian, aku terbangun karena seseorang membangunkanku.
" Lho ... Rahma ... Ada apa ?"aku bertanya pada gadis bernama rahma,santriwati yang menjadi relawan di timku.
" ini bu ..." bisik gadis itu kemudian memberikan secarik kertas untukku.
Dengan mata yang mulai berkunang-kunang, aku membaca isi dalam sobekan kertas itu.
" Saya tunggu kamu ... Di depan mushola ... Rahma akan menemani kamu " dari tulisan tangannya ,aku sudah bisa menebak .
" Rahma ... Katakan pada pak guru kamu ... Kalau saya tidak mau " kataku menolak untuk bertemu malam itu
" bu mira ... Kasihan pak galang, kalau ... Ibu menolak " bisik rahma ,yang sepertinya sudah disuap oleh anak pak kyainya.
Akhirnya dengan terpaksa, aku berjalan dengan rahma menuju mushola.
Disana aku melihat kak galang, bersama alif dan juga abinya.
" Maaf ... Mengganggu ... Malam-malam " sapa pak kyai menbuatku segera merapikan sweterku.
" Tidak papa ... Kok pak kyai, maaf ... Jika kurang sopan " sahutku
" begini ... Saya punya rencana , akan menambah beberapa relawan ,dan bahan makanan, kira-kira menurut dokter mira ... Apa saja yang harus dibawa?"tanya pak kyai dengan memanggilku dengan panggilan baru.
" dokter mira ?" aku mencoba untuk mengulanginya lagi
" iya ... bukankah ... nak mira, lebih terhormat dengan panggilan itu " jawab pak kyai membuatku terharu.
Selepas pak kyai pergi, aku masih melihat kak galang masih belum beranjak dari sisiku.
" Masih ... Ada waktu satu bulan, untuk mengejar kamu ... " kata kak galang lirih, karena takut alif dan aida akan mendengarnya.
" saya janji ... Pulang dari sini, saya akan mencari gelang ... Pemberian kamu " imbuhnya dengan memanggilku dengan panggilan akrabnya.
" jadi apa saya boleh, meminta nomor ponsel kamu ?" pinta kak galang sambil tersenyum, akupun mengangguk.
***
Beberapa hari kemudian kak galang kembali kekota, sedangkan aku dan beberapa relawan lainnya masih tetap didesa.
" Sudah ketemu " tulis kak galang sambil mengirim sebuah gelang yang ia pakai ditangan kanannya.
" Terimakasih ya ... Gelangnya bagus, kira-kira mau ditukar dengan apa?"tulisnya lagi membuatku mulai tersenyum
aku belum berani membalasnya, karena disampingku sedang ada fatimah yang juga sedang senyum-senyum sendiri.
Secara mereka berdua sudah bertunangan, akupun mulai berprasangka buruk terhadap kak galang yang hanya ingin mempermainkanku.
Pukul 23.00 malam saat fatimah sudah tidur, aku menerima pesan dari kak galang.
" Saya akan mencoba untuk mendapatkan kembali hati kamu, meskipun sangat sulit ... " tulisnya, kemudian ia mengirimkan gambar tasbih yang sama dengan yang ia kirimkan untukku.
1 minggu kemudian, saat bahan makanan sudah mulai habis, kak galang datang bersama alif untuk mengantar bahan makanan.
" Hai ... Mas !" sapa fatimah saat kak galang tepat berada dihadapanku
" Aku ... Kangen ... , kemarin aku sudah melihat beberapa kebaya yang kamu kirim, dan aki sudah memutuskan untuk meminta bantuan miranda untuk membantuku memilih satu " kata fatimah membuatku terkejut dan pura-pura tersenyum
" aidha yang berdiri disampingku, seakan mengerti perasaanku, ia tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajakku memeriksa beberapa oasien baru.
***
Aku menemani ferdi untuk memasak didapur umum, dan kali ini aku mencoba untuk kembali membuka hatiku untuk orang lain, karena aku tidak mungkin menjadi perusak hubungan antara kak galang dan fatimah.
" buka mulutnya ... " pinta ferdi meneriakiku
" aku tidak suka ... Itu fer ...." kataku sambil menutup mulutku dan berlari
" enak... Kok ,beneran " sambung ferdi lalu mengejarku sambil membawa ikan tengiri yang sudah dibumbu
" tidak ..." teriakku sambil berlari tanpa memandang kedepan, hinggq aku tidak sengaja menabrak kak galang yang sedang berdiri sambil mengamati beberapa bangunan yang rusak.
" maaf ... " aku mencoba meminta maaf pada kak galang.
" hati-hati " kak galang memperingatkanku untuk berhati-hati.
Malam harinya setelah sholat isya' , aku melihat kak galang dan fatimah juga di temani ferdi sedang berkumpul bersama beberapa warga.
" hari ini ... Adalah hari terkahir kami disini, semoga banjir tidak datang lagi " kata kak galang membuka percakapan bersama beberapa warga yang bergabung di acara malam itu.
" kami mohon maaf ... dan apabila ada pelayan dari kami ,kurang berkenan kami minta maaf" sahut fatimah dengan gaya bicaranya yang anggun.
" mungkin dokter miranda, ada yang mau disampaikan ?" tanya ferdi seraya menoleh kearahku ,yang sedang sibuk menikmati secangkir teh hangat
Baru saja aku akan mulai berbicara, tiba-tiba datang ibu muda yang tempo hari melahirkan.
" Dok ... Nayla ,badanya panas " seru ibu muda itu sambil membawa bayinya.
Akupun segera beranjak untuk memeriksa, dan akupun segera memberikan penjelasan, bahwa nayla harus diberikan perawatan intensiv, dikota.
" Maaf ... Tapi suami saya sedang sakit, dan saya juga baru selesai ... Operasi, bagaimana saya bisa pergi kekota" keluh ibu muda itu
" tenang saja ... Bila ibu percaya, percayakan nayla pada dokter miranda " sahut kak galang sembari menghampiri kami berdua.
" kebetulan jarak rumah dokter miranda, ke rumah sakit sangat dekat, dan bukankah ... Sejak awal dokter miranda yang merawat nayla ... Jadi ibu cukup mengirim asi dari sini,dan nayla bisa mendapatkan perawatan yang intensiv " sambung kak galang.
Awalnya suaminya tidak setuju, akan tetapi mengingat kondisi putrinya ia harus rela jauh dari putri pertamanya ,demi kesembuhan sang putri.
Beberapa menit kemudian, setelah semua selesai berkemas, kami kembali kekota.
Aku bersama nayla menumpangi sebuah mobil pick-up yang di kemudikan oleh ferdi,sementara kak galang bersama fatimah menbawa para santri dengan mini busnya.
***
Singkat cerita , ditengah perjalanan mobil yang kami tumpangi mendadak mogok, begitu pula dengan mini bus yang ditumpangi para santri mendadak bannya bocor.
" jadi bagaimana ini ?"tanya fatimah yang terlihat panik
" iya ... Nayla harus segera dirawat" akupun mencoba ikut berkomentar.
" kalian tenang ... Saya akan mencari beberapa tumpangan" jawab kak galang kemudian mulai berlari menghampiri beberapa supir mobil truck yang sedang istirahat di area hutan.
Dan tak lama kemudian, kak galang datang sembari mengemudikan sebuah mobil truck dan menghampiri kami.
" ayoooo naik ..." ajak kak galang padaku dan fatimah
" maaf kak ... Aku kok takut ya " keluh fatimah
" fatimah ... Insyaallah ini aman, kita harus segera sampai kota, kasihan nayla " jelas kak galang
" begini saja ... Kak galang pulang dulu bersama miranda, biar aku menunggu mobil selesai diperbaiki " usul fatimah
" saya rasa ... Lebih baik, kamu yang membawa nanda ... Biar saya yang menunggu disini bersama ferdi " aku segera memberikan kesimpulan , dan setekah menyerahkan bayi itu aku menghampiri ferdi yang sedanh sibuk memperbaiki mobil pick-up yang sedang mogok.
***
" Kenapa ... Kamu malah memilih bersama ferdi, dari pada pulang bersama saya dan fatimah?"tulis kak galang selang beberapa saat ,setelah ia sampai dikota
Aku tidak menjawab pesan itu, karena aku sudah memutuskan untuk menjaga jarak dengan calon suami fatimah itu.
***
Keesokan harinya aku bangun pukul 08.30,itupun karena aku mendengar pintu rumahku diketuk.
" Fatimah ..." aku terkejut saat fatimah berada didepan rumahku.
" Maaf ... Mir, sepertinya ... Nanda maunya sama kamu, dari semalam nayla rewel terus ... " keluh fatimah.
Akupun segera menguncir rambutku dan mengambil bayi bernama nayla itu dari fatimah.
" nanti ... Kak galang, akan mengantar beberapa santriwati untuk membantu kamu menjaga nayla, dan aku juga sudah membeli beberapa baju ganti untuk nayla " imbuh fatimah kemudian berpamitan pergi.
Belum lama aku membaringkan kembali tubuhku diatas kasur bersama nayla, aku mendengar tiba-tiba pintu kembali diketuk.
" Maaf ... mir, aku mengantar aidha dan ayu untuk membantu kamu ... Dan keperluan nayla, termasuk popok ... Susu ..." kata kak galang seraya meminta aidha dan ayu mengankat barang-barang yang dibawanya.
" Terimakasih " kataku kemudian segera kembai menuju kamarku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments