Traveller from Another World (2)

—2—

Pemandangan luar biasa menantikanku di depan rumah. Di depan sebuah toko tingkat dua, ekor-ekor berkumpul dengan penuh harap cemas. Mata mereka memancarkan sinar harapan saat melihat plank toko bertulisan Bunga Lentera, yang kulukis sendiri dengan sentuhan manis bunga pada tepiannya.

Hanya aja, memang sih tokoku sering rame, tapi gak pernah serame ini. Apa yang terjadi ya?

"Itu dia, Ma Dame Clair!" teriak seekor Daemon badak menunjukku. Lantas semua ekor disana pun berdiri telinganya dan langsung mengerumuniku dan memanggilku.

"O-Oh, Ma Dame Clair, kau beneran punya obat seribujuta penyakit bernama Mutterbeweisen? Jualah satu untukku, anakku ni sakit berat!" kata seekor ibu Gajah memintaku dengan berlinang air mata. Tak hanya dirinya, tetapi para daemon lainnya juga meminta pertolongan dariku.

“U-Uh, maaf ya Dame, tapi Bunga Lentera tu toko bahan kimia bukan obat-obatan,” jawabku canggung.

“Loh, tapi kata orang-orang, Dame jualan Mutterbeweisen?”

“H-Ha? Kata siapa?” tanyaku bingung.

Dari kejauhan, seorang perempuan kecil berambut hitam berlari mendekatiku. Deras air matanya mengalir dari mata dan hidungnya, menunjukan wajah cengeng yang sangat familiar bagiku. Perempuan itu adalah Luciel Diamanda, pelayanku yang setia. Tersenyum geli, tak kusangka wajah cengeng itu ternyata ngangenin banget.

Merengek panik Luciel pun menarik gaunku dan berkata, “Ma D-Dame Clair!! K-Kamu sudah kembali!”

Mengelus rambutnya lembut, aku pun menenangkan si cengeng, "Hush, hush, sudah-sudah Luciel. Kamu serindu gitukah denganku, sampai bersedu sedan melihatku setelah enam bulan pergi?" godaku.

Astaga! Luciel menggelengkannya dan mengelap ingusnya di gaunku…

"Siapa yang rindu sama pemilik toko malas seperti Dame? Udah malas, iseng lagi! Karena keisengan Dame menyebar rumor aneh-aneh, toko jadi kewalahan dengan pelanggan membludak kayak gini, huh!" omelnya.

“Rumor? Aku tidak menyebarkan rumor apapun,” bantahku.

Ceklek!

Diam-diam memasang borgol yang menghubungkan tanganku dan miliknya. Luciel pun tersenyum polos menatapku, “Pokoknya Dame harus bertanggung jawab. Hari ini, Dame tak boleh pergi kemana-mana sebelum semua pelanggan ini pulang!”

"T-Tunggu dulu, Luciel. K-K-Kamu tahu kan aku ini introvert tulen yang tidak pandai berurusan dengan orang banyak? ”

“Introvert tulen dengkulmu. Pokoknya Dame harus bekerja hari ini!" paksa Luciel menarikku ke dalam toko.

Ugh, ditinggal enam bulan, rupanya pelayanku ini jadi berani dengan tuannya ya!

— + —

Jarum jam telah menunjuk pukul tiga sore sebelum pelanggan terakhir pulang dengan senyuman puas. Aku pun duduk di dekat mesin kasir yang sudah penuh dan melihat kedua tanganku yang telah muncul garis-garis merah menyala. Enam bulan tak menggunakan sihir, sepertinya sirkuit sihirku yang payah jadi lebih cepat soak.

Tertawa kecil diriku mengagumi toko yang diatur Luciel, “Seolah aku terjebak dalam negeri dongeng,” gumamku.

Aku pun bersandar dan melihat kumpulan bahan-bahan kimia sihir yang tersusun rapi dalam rak-rak toko. Berbagai macam botol kaca dihiasi oleh warna-warni senyawa sihir menjadi manisan mata. Ada senyawa yang berbentuk kristal dengan kemerlap kecil debu di dalamnya, ada pula sebuah rumah siput penuh ornamen yang enak dimakan. Semua dibuat dari berbagai bahan yang kudapatkan dari petualanganku.

Tiba-tiba, Luciel mengetuk kepalaku dengan pegangan pel, “Dame kerjaan belum selesai. Kas hari ini belum ditulis loh,” tegurnya yang pun mulai membersihkan toko.

Tertawa kecil aku, “Iye, iye, galak amat,” balasku yang dengan kilat menghitung keping perak dan perunggu dalam kas.

“Oiya, jadi sebenarnya rumor apa sih yang beredar tentang toko kita?” tanyaku.

Sembari mengelap lantai, Luciel pun menjawab dengan heran, “Dame pura-pura gak tahu ya. Ituloh, rumor tentang Dame sang Daemon Bulan. Gara-gara rumor itu, seminggu ini toko kita rame pelanggan dari mancanegara.”

Iseng, aku pun mendekati Luciel dan memeluknya dari belakang. Dengan taringku, aku pun mengemut lehernya yang terlihat nikmat, “Gawrr, aku sang Daemon Bulan, datang untuk meminum darahmu.”

Luciel menyipitkan matanya, “Dame mau kulaporin ke Polisi Hwarang?”

“Ampun, ampun,” kataku yang kemudian tertawa geli dan melepas gadis itu, “Hmm, tapi untung saja aku memang tahu berbagai macam resep obat. Kalau tidak, hari ini banyak pelanggan akan kecewa,” kataku yang kemudian menyeduh teh.

“Jadi beneran bukan Dame ya yang menyebarkan rumor itu? Lantas siapa?” tanya Luciel berpangku pada pelnya bingung, “Apa mungkin ada saingan yang ingin menjatuhkan usaha kita?”

“Atau mungkin pertanda dari Sang Dewi agar membuka cabang baru yang khusus menjual obat sihir,” candaku yang menikmati harum aroma Chamomile yang merilekskan ototku. Menikmati keheningan saat toko tutup, aku pun memperhatikan Luciel dengan seksama.

Luciel adalah mahakarya yang kuciptakan tujuh tahun lalu. Homunculus paling sempurna yang berhasil diciptakan oleh penyihir tak berbakat sepertiku.

Bertingkah dan berbicara seperti seorang manusia, tak ada seorang pun akan menyangka bahwa Luciel hanyalah sebuah mesin dibalik kulitnya itu. Tubuhnya dingin tanpa nadi sebab jantung di dadanya terbuat dari Magicite—batu energi sihir yang terhubung dengan sistem sihir kompleks bernama Noctis Labyrinthus. Sistem itu kemudian menyimulasikan otak manusia dalam diri Luciel dan memberikannya kemampuan untuk berpikir dan merasakan.

"Hmm?" kuperhatikan Luciel tiba-tiba berhenti mengepel lantai. Matanya melihat ke luar jendela, bersinar-sinar melihat kumpulan anak-anak yang sedang bermain tapuk pipit diluar.

"Kalau kamu mau main dengan anak-anak itu, boleh loh," kataku yang berdiri dan mulai menyeduh teh herbalku.

"E-eh?! T-Tidak, kok Dame. A-Aku hanya-“

"Kamu seumuran dengan mereka bukan? Misalpun tubuhmu takkan tumbuh lagi, tapi beda ceritanya dengan psikismu," kataku yang menaruh sebuah daun pohon Yggdrassil di tengahnya, paduan sempurna untuk meredakan panas sirkuit sihirku.

"Luciel, anak-anak tugasnya itu cukup bangun, makan, main, merepotkan orang tuanya lalu tidur. Urusan tanggung jawab dan tugas itu, nanti kalau udah dewasa yah," lanjutku setengah bercanda.

“Kata seorang tuan yang meninggalkan homunculusnya selama enam bulan," cibir Luciel.

Aku pun membalas, “Enak aja ninggalin. Kan tiap hari kamu kuhubungi via telepati. Kalau pun kenapa-kenapa, Homunculus sekuatmu bisa membereskannya sendiri kan.”

Tertawa geli, Luciel berlari mendekatiku dan memberikan ember beserta kain pel itu. Tersenyum meringis anak itu menatapku, lalu dengan manisnya berkata, “Kalau Dame sendiri yang menawarkan, Luciel akan menerimanya dengan senang hati!” sebelum pergi dan bergabung dengan teman-temannya diluar.

"O-Oh, ya. Hati-hati," kataku yang langsung tersadar, astaga Homunculus itu baru saja menyuruhku mebereskan toko? Dasar tengil kurang ajar, hihihi.

KRING! KRING!

Terdengar bel yang selalu berbunyi ketika pelanggan melewati pintu toko. Eh, masih ada pelanggan jam segini, ini kan udah hampir jam empat sore? Astaga, sungguh hari yang panjang sekali. Masih sibuk mengepel lantai, aku menoleh sembari berkata,

"Mohon maaf tuan pelanggan, kami sudah tutup.“

Tidak ada jawaban, aku pun segera mendongak dan terkejut.

Tidak ada seorang pun di depan pintu. Suara tapak kaki yang berlari membuatku berpikir, uh, pasti satu dari para pengagum rahasia Luciel. Memang sih aku mendesain Luciel sebagai gadis lima belas tahun yang manis dan menggemaskan, tapi dibalik sosoknya itu dia jauh lebih kuat dari seorang ksatria pun. Sudah kuramalkan kelak laki-laki yang meminang Luciel akan langsung ikut dalam klub suami-suami takut istri.

“Ara, sepertinya laki-laki tiu meninggalkan sapu tangan. Romantis sekali,” gumamku yang mengambil barang itu dari lantai.

Dalam sapu tangan elegan itu kutemukan sebuah nama yang dibordir dengan benang emas.

A.A.N

Hrmm, sebuah inisial? Ada beberapa pedagang kota Pei Jin yang memiliki nama itu. Tapi, motif swastika di ujung kanan sapu tangan ini kok mirip dengan  sapu tangan yang diberikan oleh seorang wanita pada prajurit yang pergi berperang? Itu kan budaya yang ada di negeri manusia, Kinje?

Kenapa ada manusia di kota para Daemon ini?

Ah, astaga, aku udah pikun ya? Master Desmond kan sudah bilang enam bulan yang lalu, Ma Dame Fan membolehkan para pengungsi manusia tinggal di perifer kota ini. Heh, nenek tua itu memang suka sekali merepotkan dirinya.

“Tapi kenapa manusia itu lari saat melihatku? Jangan bilang… dia mengenaliku?” gumamku bingung.

Kucium aroma sapu tangan itu, meresapi aromanya yang khas. Kulacak aroma tubuhnya melewati jalan bebatuan, mengikuti angin yang menembus keringat anak-anak yang riang bermain dan pada akhirnya… kutemukan laki-laki itu melompat dari satu atap rumah ke lainnya, seperti seorang pencuri.

Kubuka mataku menunjukan iris ular yang menakutkan, “Ketemu kau,” kataku meringis seru.

-- Character design 02 --

Terpopuler

Comments

Meropenem The Last

Meropenem The Last

niiice

2022-05-06

4

Ryoka2

Ryoka2

Mampir juga yuk ke cerita aku, judulnya Devil Menu

2022-04-22

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Traveller from Another World (1)
3 Traveller from Another World (2)
4 Traveller from Another World (3)
5 Traveller from Another World (4)
6 Traveller from Another World (End)
7 Nameless Troubles (1)
8 Nameless Troubles (2)
9 Nameless Troubles (3)
10 Nameless Troubles (4)
11 Nameless Troubles (End)
12 Ilusi Bermata Dua (1)
13 Ilusi Bermata Dua (2)
14 Ilusi Bermata Dua (3)
15 Ilusi Bermata Dua (4)
16 Ilusi Bermata Dua (End)
17 Kekuatan untuk Melindungi (1)
18 Kekuatan untuk Melindungi (2)
19 Kekuatan untuk Melindungi (3)
20 Kekuatan untuk Melindungi (4)
21 Rigor Mortis (2)
22 Rigor Mortis (3)
23 Rigor Mortis (End)
24 Perjamuan Seorang Nenek Buyut dengan Cucunya
25 Noctis Melodia (1)
26 Noctis Melodia (2)
27 Noctis Melodia (3)
28 Noctis Melodia (4)
29 Noctis Melodia (5)
30 Noctis Melodia (6)
31 Noctis Melodia (7)
32 Noctis Melodia (End)
33 Kesombongan Sang Ksatria Kuda (1)
34 Kesombongan Sang Ksatria Kuda (2)
35 Kesombongan Sang Ksatria Kuda (3)
36 Kesombongan Sang Ksatria Kuda (End)
37 Sebuah Janji yang Terlalu Manis
38 Noctis Labyrinthus (1)
39 Noctis Labyrinthus (2)
40 Noctis Labirynthus (3)
41 Noctis Labyrinthus (4)
42 Noctis Labyrinthus (5)
43 Noctis Labyrinthus (6)
44 Noctis Labyrinthus (7)
45 Noctis Labyrinthus (End)
46 Untukmu Dunia ini akan Kuhancurkan
47 Oedellia Shadow (1)
48 Oedellia Shadow (2)
49 Oedellia Shadow (3)
50 Oedellia Shadow (4)
51 Oedellia Shadow (End)
52 Desain Karakter 1#
53 Triad Megistus (1)
54 Triad Megistus (2)
55 Triad Megistus (3)
56 Triad Megistus (End)
57 The Great Gamble (1)
58 The Great Gamble (2)
59 The Great Gamble (End)
60 Celestial Finale (1)
61 Celestial Finale (2)
62 Celestial Finale (3)
63 Celestial Finale (End)
64 The First Malice, Deception
65 Ruin Hunter
66 Khanza
67 Pengorbanan Seorang Kakak
68 Misteri menghilangnya seorang Pathfinder (1)
69 Misteri menghilangnya seorang Pathfinder (2)
70 Misteri hilangnya seorang Pathfinder (3)
71 Misteri Hilangnya Seorang Pathfinder (4)
72 Misteri menghilangnya seorang Pathfinder (End)
73 Time Dysplasia (1)
74 Time Dysplasia (2)
75 Time Dysplasia (3)
76 Time Dysplasia (End)
77 Predator
78 Innocence Lost (1)
79 Innocence Lost (2)
80 Innocence Lost (End)
81 Pathos of The Pathfinder
82 Predator Telos (1)
83 Predator Telos (2)
84 Predator Telos (End)
85 Desert Lion
86 Meaningless Ambition
87 Festival Matahari Terbit (1)
88 Festival Mentari Terbit (2)
89 Festival Mentari Terbit (3)
90 Festival Mentari Terbit (End)
91 The Warden Tears
92 Deadly Encounter with White Order
93 Si Ular Putih Gremory (1)
94 Si Ular Putih Gremory (2)
95 Si Ular Putih Gremory (3)
96 Si Ular Putih Gremory (End)
97 Ode to Sorrow (1)
98 Ode to Sorrow (2)
99 Ode to Sorrow (3)
100 Ode to Sorrow (4)
101 Ode to Sorrow (End)
102 Unseen Truth (1)
103 Unseen Truth (2)
104 Unseen Truth (End)
105 Chaotic Trio Formed!
106 Asmodeus Cyana
107 Lepas dari mulut harimau, masuk kedalam mulut buaya
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Prolog
2
Traveller from Another World (1)
3
Traveller from Another World (2)
4
Traveller from Another World (3)
5
Traveller from Another World (4)
6
Traveller from Another World (End)
7
Nameless Troubles (1)
8
Nameless Troubles (2)
9
Nameless Troubles (3)
10
Nameless Troubles (4)
11
Nameless Troubles (End)
12
Ilusi Bermata Dua (1)
13
Ilusi Bermata Dua (2)
14
Ilusi Bermata Dua (3)
15
Ilusi Bermata Dua (4)
16
Ilusi Bermata Dua (End)
17
Kekuatan untuk Melindungi (1)
18
Kekuatan untuk Melindungi (2)
19
Kekuatan untuk Melindungi (3)
20
Kekuatan untuk Melindungi (4)
21
Rigor Mortis (2)
22
Rigor Mortis (3)
23
Rigor Mortis (End)
24
Perjamuan Seorang Nenek Buyut dengan Cucunya
25
Noctis Melodia (1)
26
Noctis Melodia (2)
27
Noctis Melodia (3)
28
Noctis Melodia (4)
29
Noctis Melodia (5)
30
Noctis Melodia (6)
31
Noctis Melodia (7)
32
Noctis Melodia (End)
33
Kesombongan Sang Ksatria Kuda (1)
34
Kesombongan Sang Ksatria Kuda (2)
35
Kesombongan Sang Ksatria Kuda (3)
36
Kesombongan Sang Ksatria Kuda (End)
37
Sebuah Janji yang Terlalu Manis
38
Noctis Labyrinthus (1)
39
Noctis Labyrinthus (2)
40
Noctis Labirynthus (3)
41
Noctis Labyrinthus (4)
42
Noctis Labyrinthus (5)
43
Noctis Labyrinthus (6)
44
Noctis Labyrinthus (7)
45
Noctis Labyrinthus (End)
46
Untukmu Dunia ini akan Kuhancurkan
47
Oedellia Shadow (1)
48
Oedellia Shadow (2)
49
Oedellia Shadow (3)
50
Oedellia Shadow (4)
51
Oedellia Shadow (End)
52
Desain Karakter 1#
53
Triad Megistus (1)
54
Triad Megistus (2)
55
Triad Megistus (3)
56
Triad Megistus (End)
57
The Great Gamble (1)
58
The Great Gamble (2)
59
The Great Gamble (End)
60
Celestial Finale (1)
61
Celestial Finale (2)
62
Celestial Finale (3)
63
Celestial Finale (End)
64
The First Malice, Deception
65
Ruin Hunter
66
Khanza
67
Pengorbanan Seorang Kakak
68
Misteri menghilangnya seorang Pathfinder (1)
69
Misteri menghilangnya seorang Pathfinder (2)
70
Misteri hilangnya seorang Pathfinder (3)
71
Misteri Hilangnya Seorang Pathfinder (4)
72
Misteri menghilangnya seorang Pathfinder (End)
73
Time Dysplasia (1)
74
Time Dysplasia (2)
75
Time Dysplasia (3)
76
Time Dysplasia (End)
77
Predator
78
Innocence Lost (1)
79
Innocence Lost (2)
80
Innocence Lost (End)
81
Pathos of The Pathfinder
82
Predator Telos (1)
83
Predator Telos (2)
84
Predator Telos (End)
85
Desert Lion
86
Meaningless Ambition
87
Festival Matahari Terbit (1)
88
Festival Mentari Terbit (2)
89
Festival Mentari Terbit (3)
90
Festival Mentari Terbit (End)
91
The Warden Tears
92
Deadly Encounter with White Order
93
Si Ular Putih Gremory (1)
94
Si Ular Putih Gremory (2)
95
Si Ular Putih Gremory (3)
96
Si Ular Putih Gremory (End)
97
Ode to Sorrow (1)
98
Ode to Sorrow (2)
99
Ode to Sorrow (3)
100
Ode to Sorrow (4)
101
Ode to Sorrow (End)
102
Unseen Truth (1)
103
Unseen Truth (2)
104
Unseen Truth (End)
105
Chaotic Trio Formed!
106
Asmodeus Cyana
107
Lepas dari mulut harimau, masuk kedalam mulut buaya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!