Kehidupan Adnan.

jauh dari kehidupan sederhana seoarang Anin, sebuah rumah megah di sebuah kota. rumah itu berlalu lalang begitu banyak orang, bisa disebutkan seseorang yang disebut sebagai pelayan. sebuah mobil hitam datang memasuki kawasan rumah tersebut, seorang pria keluar dari dalam mobil dengan gagah. siapa lagi kalau bukan Adrian, ia masuk kedalam untuk menemui seseorang yang ia cintai. Adrian tersenyum ketika melihat seoarang wanita duduk di kursi roda dengan cantik, wanita yang masih menjadi cintanya meskipun sedikit berbeda dari sebelumnya. Naira duduk dengan tenang di kursi rodanya, kakinya harus mengalami kelumpuhan ketika kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun silam.

Naira menjadi pendiam ketika kehilangan putri yang bila cintai, bahkan sempat Naira divonis mengalami gangguan jiwa karena mengalami tekanan batin dan juga pikiran. hampir setiap harinya Naira berhenti menangis, ia merancau meminta Adrian untuk mengembalikan putrinya. tapi apa daya Adrian, ia mengerahkan seluruh orang pesuruhnya tapi tidak mendapatkan hasil apapun. tanpa bicara Adrian memeluk tubuh Naira dari belakang, ia memberikan kecupan dipipi Naira dari belakang. Naira yang terbiasa itu hanya mengelus kepala Adrian, kemudian menatap Adrian sekilas.

"apa kamu sudah makan? " tanya Adrian, Naira hanya diam tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Adrian yang biasa dengan hal itu, ia berlutut dihadapan Naira dan mengelus pipj Naira yang terlihat bekas air mata disana. "sayang katakan sesuatu, apa kau sudah makan? " tanya Adrian lagi, Naira hanya menoleh dan menatap Adrian diam. Adrian menghela nafas, kesedihan masih ia rasakan melihat sang istri yang seperti itu. suara langkah kaki membuat Adrian menoleh, putra yang dibanggakan nya turun dari tangga menghampiri mereka berdua.

"mama sudah makan, aku sudah menyuapi nya tadi! " ucap Adnan dengan tenang, Adrian langsung tersenyum kemudian menepuk pundak sang anak. Adnan dan Adrian saling melihat, kemudian Adnan menggelengkan kepalanya yang dimengerti Adrian.

Adnan tumbuh sebagai pria yang hebat, sama seperti Adrian kepintarannya diatas rata rata. Adnan mengurus perusahaan Adrian hingga perusahaan itu benar benar berkembang pesat, Adnan dikenal sebagai pria yang pendiam dan acuh. sifat Adnan bukan tanpa sebab seperti itu, Adnan pendiam semenjak kehilangan saudari yang sangat ia sayangi. masa kecilnya ia habiskan untuk belajar, agar kelak saat ia dewasa bisa sukses dan mencari adiknya itu. Adnan percaya sang adik itu menunggu untuk dijemput, meskipun ia tidak tahu dimana sang adik berada. Adnan menyusuri seluruh kota yang ada, tanpa menyerah ia terus mencari tapi tidak ada satu pun Nadira disana.

Adnan menggenggam tangan Naira dan tersenyum, ia sangat terpukul melihat sanga ibu yang harus menderita seperti itu. Adnan mencium tangan Naira, ia menempelkan tangan Naira pada wajahnya.

"mama Adnan akan terus mencari adik Nadira, Adnan akan membawa Nadira ke hadapan mama. tidak ada kata menyerah dalam diri Adnan, mama harus percaya pada Adnan! " ucap Adnan dengan keyakinan, mengatakan itu berulang kali pun tidak membuat Naira bergerak. wanita itu hanya diam tanpa ekspresi, hal itu membuat Adnan kesal dan gemetar untuk menahan tangi. Adrian membawa putranya kedalam pelukan hangatnya, ia menenangkan putranya yang ingin menangis.

"tenanglah, jangan lemah di hadapan mama mu! " ucap Adrian menepuk pundak Adnan, keduanya melepas pelukan itu dan Adnan menatap Adrian.

"aku ingin pamit pergi papa, ada satu kota yang belum aku kunjungi untuk mencari Nadira! " ucap Adnan dengan tegas, Adrian yang tahu putranya berusaha keras itu hanya mengangguk dan kemudian tersenyum ketir. Adnan tahu sang ayah tidak bisa membantunya, karena menjaga sang ibu lebih penting dari pada harus membantunya yang bisa ia lakukan sendiri. "tugas papa menjaga mama disini, aku janji akan segera memberikan kabar bahagia untuk kalian! " ucap Adnan berjanji, kemudian pergi dari sana dengan menghubungi seseorang. Adrian menatap putranya yang seiring meninggalkan rumah, kemudian Adrian menggendong Naira untuk membawa istrinya istirahat dikamar mereka. Adrian terus berdoa untuk keselamatan kedua anaknya, dan berdoa untuk Adnan agar segera menemukan sang adik yang mungkin sedang menunggu kedatangannya

...****************...

Adnan berjalan memasuki perusahaannya, tanpa melihat orang yang memperhatikannnya ia dengan acuh menuju ruangannya. Adnan membuka sebuah buku disana, ia mencoret setiap nama kota yang tertera disana. sampai sebuah kota yang belum ia kunjungi, dan Adnan pastikan ia akan berangkat segera mungkin disana. ponsel yang berdering membuat Adnan menatap ponselnya, nama tertulis disana segera menjawab telpon tersebut.

"halo tuan Adnan Pratama, apa kabarmu bro? "

"apa kau bisa mengatakan hal yang lebih penting lagi?" ucap Adrian yang malas menjawab, telpon dari seseorang yang dipercaya oleh Adnan sebagai teman sekaligus sekretaris nya.

"kapan kau kesini, aku akan mengatur pertemuan kita! "

"secepatnya, atur saja semuanya! "

"apa kau kesini sendirian? "

"menurutmu aku dengan siapa kesana? "

"aku berteman dengan mu sudah lama, apa kau tidak berniat mencari seorang gadis untuk diperistri? "

"(menghela nafas) kau tahu sendiri apa tujuanku selama hidup ini, tujuanku hanya mencari adikku untuk ibuku. selama aku belum menemukan adikku, aku tidak bisa hidup tenang. aku tidak ada waktu untuk hal yang tidak penting! " jelas Adnan kemudian kembali diam, terdengar kekehan kecil dibalik telponnya.

"kau tahu semua orang beranggapan kalau kau itu seorang homo, tidak tertarik pada wanita manapun! "

"heh.. kurasa liburanmu akan tiba, aku akan memesankan tiketmu ke Afrika sekarang juga. dan jangan kembali dalam waktu satu tahun! "

"oii aku hanya bilang, Ad... " belum sempat meneruskan Adnan mematikan tepon itu, ia membanting tubuhnya duduk disofa besar disana.

Adnan memejamkan matanya untuk istirahat sejenak, tapi ia terkejut saat bayangan kecelakaan itu berada di pikirannya. Adnan bernafas senggal ia melonggarkan dasinya, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.

"Nadira kamu dimana sayang, kakak kangen sama kamu! " ucap Adnan mengusap wajahnya kasar, ia membuka dompet yang terdapat foto kecil Nadira disana. bibirnya tersenyum tipis, dan air mata jatuh di pipinya. "aku yakin kamu masih hidup, kamu hanya menunggu kakak untuk datang. aku janji sama kamu, kamu bakal ketemu kakak secepatnya! " gumam Adnan, ia mengusap foto itu dan tersenyum tipis.

...****************...

Adnan akhirnya berangkat ke kota yang ia maksud, perjalanan hampir seehari itu membuat Adnan cepat sampai. Adnan bahkan tidak tidur selama itu, ia bahkan menyetir mobil bergantian dengan supirnya. Adnan sampai disebuah perusahaan miliknya pribadi, disana ia disambut dengan senyuman beberapa bawahannya. Adnan hanya fokus berjalan, sampai seseorang memanggil namanya dan ia menghentikan langkahnya.

"Adnan! " panggil orang itu, Adnan menoleh dan menatap datar. "maaf aku tidak menyambutmu, aku dari toilet! " ucap pria bernama Arzan sekaligus teman Adnan, dengan datar Adnan mengangguk dan membalas pelukan temannya.

"aku pikir kau sudah berangkat ke Afrika! " ucap Adnan, Arzan melepas pelukan itu dan mencibir ucapan Adnan.

"kau masih butuh aku, tidak mungkin aku meninggalkan bos ku! " ucap Arzan, Adnan hanya berdecak dan menggelengkan kepalanya. dua orang yang terlihat sempurna itu tidak memperhatikan tatapan mata terhadap mereka, beberapa orang mengagumi dan menyukai kedua orang itu. dan jarang sekali bos mereka datang, dan tidak menyangka bos yang sempurna itu sangat dingin pada siapapun. "Adnan kau mau cari dimana adikmu itu, kau membeli setiap perusahaan dikota yang berbeda. agar kau bisa diam disana untuk mencari adikmu, tapi kau tidak menemukannya! " ucap Arzan didalam lift, Adnan yang menegakkan dadanya mendadak lemas dan bersandar di dinding lift.

"aku tidak mau menyerah, aku yakin adikku sedang menungguku untuk datang! " Adnan keluar dari lift dan pergi ke ruangannya, Arzan yang melihat temannya itu merasa sedih dan juga prihatin. selama empat tahun terakhir Arzan membantu Adnan, ia siap dengan semua perintah yang Adnan berikan. "bagaimana lamaranmu, apa ditolak? " Arzan terkejut dengan perkataan Adnan, ia teringat kekasihnya itu tertangkap basah sedang berselingkuh sebelum ia melamar.

"boro boro ditolak, melamar saja belum. aku melihatnya sedang kencan dengan seseorang, padahal aku sudah menyiapkan semuanya untuk melamar! " ucap Arzan duduk di kursinya, Adnan hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "semua wanita sama saja, sangat menyebalkan! "

"heh tutup mulutmu, tidak semua wanita sama. kau saja yang kurang beruntung, mendapat wanita tidak berkelas! " saut Adnan ketus, Arzan tertawa dengan itu.

"aku ingat malam itu aku mengatakan hal itu, ada seorang gadis cantik mengatakan hal yang saama denganmu. kalau dipikir pikir gadis itu sangat cantik, bahkan wajahnya masih teringat di mataku! " ucap Arzan, Adnan menggelengkan kepalanya tidak ingin menanggapi ucapan temannya. mengenal Arzan empat tahun membuat Adnan sangat paham akan sifat Arzan, pria yang akan mencintai satu wanita untuk hidupnya. tidak disangka dirinya malah diselingkuhi, sungguh kasihan nasib Arzan pikir Adnan.

...****************...

Adnan Putra Pratama / 24th

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!