Episode 05 (MEMBUKA PERBAN)

Bab 5

Setelah acara perjodohan itu selesai, Farel tidak menginap di rumah. Dia pergi ke rumah sakit untuk menemani Rena.

Tuan Bima dan nyonya Jenni tidak bertanya, karena ia tahu Farel pasti memiliki suatu urusan diluar sana.

Sesampainya Farel di rumah sakit. Farel keluar dari mobil berlari kecil menuju kamar rawat Rena.

Ckleek..

Pintu di buka. 

Di lihat nya Rena masih tidur, sedangkan suster yang diminta untuk menemani Rena juga tidur di sofa.

Farel berjalan ke arah ranjang, dan duduk di samping Rena.

"Tidur mu nyenyak sekali, sampai aku pergi dan kembali kau masih saja tidur." Ucap Farel lirih sambil membelai rambut hitam Rena.

Rena yang mendapatkan sentuhan bangun, namun saat dia mendengar siapa yang berbicara dia tidak jadi membuka mata. Pura pura tidur.

"Semoga besok pagi kau sudah sadar sayang." Ucap nya mengecup kening.

Rena yang sudah bangun mendengar apa yang diucapkan Farel. "Sayang? Siapa sebenarnya laki laki ini? Kenapa dia selalu seperti itu pada ku? Seperti menganggap ku sebagai kekasih nya. Jika ku ingat ingat dalam buku novel, laki laki ini seperti nya tidak ada dalam cerita." Batin Rena

Setelah mengecup kening, Farel merebahkan tubuhnya di samping Rena.

Eh …

Rena yang merasakan tubuh nya berdekatan dengan Farel syok. Fikirnya, berani berani nya laki laki ini tidur di samping nya. 

Farel yang sudah merebahkan tubuh nya di ranjang bersama Rena, dengan berani tangan nya memeluk pinggang langsing itu.

Rena yang merasakan ingin sekali menampol dan menendang laki laki lancang itu. Namun saat mengingat kebaikan Farel yang mengoperasikan wajah nya ia mengurungkan niat nya. Rena diam dan menerima pelukan itu dan akhirnya kedua nya pun tertidur pulas dalam satu ranjang pasien.

Pagi hari.

"Selamat pagi sayang." Sapa Farel menyangga kepala nya menghadap Rena.

Rena yang mendapatkan sapaan hanya menatap dengan diam. Farel yang melihat sikap datar nya Rena menjadi gemas dan semakin cinta. Padahal dari informasi yang dia dapat, Rena tidak sedatar dan secuek ini. 

Sikap Rena yang datar dan dingin malah semakin membuat Farel penasaran. Mungkinkah saat kejadian itu bisa membuat Rena berubah? Itulah yang ada di fikiran Farel saat ini.

.

.

Berapa hari setelah operasi, tepatnya pagi hari.

Rena saat ini sudah bersiap untuk membuka perban di wajah nya, Dokter Liam berdiri di depan Rena dengan membawa sebuah gunting untuk memotong kain kasa yang ada di wajah Rena.

"Apakah sudah siap?" Tanya Dokter Liam.

"Sudah Dok." Jawab Rena.

Saat membuka perban itu Farel tidak bisa datang, karena pada saat itu di perusahaan sedang ada meeting penting yang tidak bisa ia hindari.

Namun Farel meminta Dokter Liam untuk mengambil gambar Rena setelah perban itu di buka.

.

.

Dengan perlahan Dokter Liam menggunting kain kasa itu. Sedikit demi sedikit akhirnya kain kasa itu pun ter gunting dan kini tinggal satu lapis yang akan di lepas oleh Dokter Liam. 

Dengan pelan Dokter Liam membuka satu lapis perban itu, dan kini terbuka lah semua nya. Nampak wanita cantik dengan hidung mancung, bibir tipis, mata indah dan kulit putih nan kenyal.

Dokter Liam yang melihat kecantikan itu terpana. Menurutnya Rena benar benar sangat cantik dan manis.

Melihat Dokter Liam yang diam sambil menatap nya, Rena memanggil nya. "Bagaimana Dok? Apakah wajah ku sudah lebih baik?" Tanya Rena.

"Ah iya. Wajah mu sungguh sangat membuat ku pangling." Ucap Dokter Liam tersadar dari terpesonanya.

"Bolehkah aku meminta cermin?" Tanya Rena.

"Boleh, tunggu sebentar." Ucap Dokter Liam.

Dokter Liam meminta suster untuk memberikan cermin itu pada Rena. Dan Suster itu pun memberikannya. 

Dengan perlahan tangan Rena meraih cermin itu, dengan jantung berdebar dan tangan sedikit gemetar, Rena mengarahkan cermin itu di wajah nya.

………

Rena diam saat matanya menatap bayangan wajah nya di cermin. Cantik itulah yang ada di fikiran nya. Perlahan Rena menyentuh wajah itu, halus itulah yang di rasakan saat tangan itu menyentuh kulit wajah nya.

Rena tersenyum saat mendapati wajah nya yang menurut nya sangat sempurna. 

"Bagiamana? Apakah kau puas?" Tanya Dokter Liam.

Rena mengangguk. "Terimakasih Dok, tanpa Dokter mungkin wajah ku masih buruk rupa." Ucap Rena.

"Berterimakasih lah pada tuan Farel, karena tuan Farel lah yang berhak mendapatkan kata terimakasih itu." Ucap dokter Liam.

Em..

Rena mengangguk.

Sore hari.

Farel yang sudah selesai dengan pekerjaan nya langsung pergi menuju rumah sakit. Tadi siang saat di kantor dia sudah mendapatkan pesan bahwa Rena sudah diperbolehkan  pulang sore ini. Dan Dokter Liam  juga mengirimkan beberapa foto Rena yang sangat cantik. Farel yang mendapat kan foto itu sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Rena, wanita pujaan hati nya.

Setelah sampai.

Farel langsung berlari menuju ruangan Rena.

Sesampainya di depan pintu, farel membuka perlahan pintu itu.

Ckleek.

Rena yang mendengar suara pintu di buka menoleh, di lihat nya Farel Iskandar diam mematung di tengah pintu sambil menatap wajah nya.

Terpesona, sungguh terpesona. Farel benar benar terpesona dengan kecantikan yang di miliki Rena saat ini.

Dengan perlahan kaki Farel melangkah menuju Rena, sambil mata nya tak lepas menatap wajah cantik itu.

"Cantik." Ucap Farel pelan saat ada di depan Rena. Tangan nya terulur menyentuh wajah rena, sedangkan Rena hanya diam menatap farel yang terus menatap nya.

Cukup lama Farel menyentuh wajah itu, terdengar suara yang masuk ke telinganya. "Apakah belum puas menyentuh wajah ku?" Tanya Rena dingin.

Eh…

Farel kaget dan tangan nya langsung ia lepas dari pipi Rena.

Farel tersenyum memperlihatkan gigi putih nya. "Kau membuyarkan hayalan ku." Ucap Farel, setelah itu duduk di ranjang.

……Sedangkan Rena menaikkan sebelah alis nya tanda tak mengerti maksud ucapan Farel.

"Apa sudah selesai berkemas nya?" Tanya Farel melihat Rena yang mengemasi barang nya. 

"Em…" jawab Rena

"Kalau begitu ayo kita pulang, aku sudah membayar semua admistrasi nya." Ucap Farel. "Bawa sini tas nya, biar aku yang bawa." Lanjutnya.

Farel mengambil tas berisi pakaian dari tanga Rena. Sedangkan tangan yang satu nya menarik tangan Rena untuk ia gandeng.

Meraka berjalan dengan beriringan. Jika dipandang oleh orang lain mereka sudah seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.

Farel menarik tangan Rena sampai di samping mobil.

"Lepas." Pinta Rena melepas paksa tangan nya.

"Ada apa sih yang?" Ucap Farel menatap Rena, karena Rena melepas genggaman nya dengan paksa.

Rena tidak menjawab, tapi dia membuang muka kesal karena sejak tadi Farel terus terusan memanggilnya sayang.

.

.

.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***