Zul mengabaikan kutukan yang dikatakan emaknya, karena itu sudah sarapan utamanya setiap pagi, sehingga ia tidak takut bila kutukan itu akan menjadi kenyataan suatu hari nanti.
Dia kemudian berjalan menuju kedai Oppung Sirait, karena di situlah satu-satunya berkumpulnya para geng pengangguran Kampung Tonga.
“Yo, Urraaaaa!” sapa Zul, mengagetkan para Pemuda yang sedang bermain Sekater, sebuah permainan game online yang sedang booming saat ini.
“Sialan kau Zul! Gara-gara kau tak jadi menang aku!” gerutu Pottas Situmorang—menatap tajam padanya.
Zul mengerutkan keningnya dan berbalik memelototi Pottas Situmorang. “Hah, sudah jago kau rupanya? Apa mau kucongkel matamu itu?” ancam Zul tak terima dengan sikap teman sebayanya itu dan hanya keduanyalah Pemuda lapuk yang paling setia berleha-leha di Kampung Tonga ini.
“Sensitif sekali kau! Aku cuma bercanda!” sahut Pottas Situmorang tak ingin beradu mulut dengannya, karena ia pasti akan kalah. Kalau soal debat, Zul bisalah disandingkan dengan anggota DPR di Senayan sana.
Zul melirik tempat duduk yang kosong dan segera duduk di sana sembari senyum-senyum menatap Oppung Sirait yang berpura-pura tidak melihatnya.
“Oppung! Hutang dulu Rokok kretek dua batang, masukin bon ayahku saja, kayaknya dia akan menjual karet nanti, pasti banyak duitnya itu—kecuali Bos Besar melakukan audit, kalau itu terjadi; maka siap-siaplah mengendap dulu hutangnya ha-ha-ha!” Zul malah tertawa menceritakan aib ayahnya dengan santainya, bahkan menambah hutangnya juga, sehingga Oppung Sirait hanya tersenyum masam dan segera mengambil Rokok kretek yang dimintanya.
“Itu saja atau ada yang lain lagi? nanti kau minta-minta lagi, bikin capek aku bolak-balik!” sahut Oppung Sirait yang sudah maklum dengan kelakuannya.
“Ya, sudah! Buatkan mie rebus satulah, lapar kali kurasa!” katanya lagi sembari memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain Sekater.
“Kenapa kau tak makan di rumah saja? Apakah kau tak kasihan sama ayahmu yang harus membayar hutang-hutangmu setiap hari!” Pottas Situmorang menyindir Zul.
“Apa kau lupa hari ini, hari apa?” sahut Zul sembari melirik Pottas Situmorang. “Hari diet nasional! Hanya ada daun ubi saja di sana!”
Pottas Situmorang dan pengunjung kedai Oppung Sirait tersebut langsung tertawa mendengar ucapannya, karena ia seperti anak pungut di dalam sinetron ikan terbang saja. Tak pernah diberikan makan, tetapi bedanya si Zul tetap sehat dan masih bisa membual ke mana-mana.
Tak lama kemudian, Oppung Sirait membawa mie rebus bersama dua rokok ketengan yang di hutangnya tersebut. Zul langsung menaruh rokok kretek itu di atas daun telinganya dan menyantap habis mie rebusnya.
“Ah! sedapppp!” Zul bersedawa. “Terima kasih Oppung, mie rebus buatan Oppung itu selalu numero uno!” Zul bercanda.
“Makan saja, tak usah kau puji-puji aku! Tak akan kuberikan kau tambahan lagi itu!” sahut Oppung Sirait yang membuat seisi kedai menertawai Zulkarnain.
Bukan Zul namanya, kalau tak memiliki urat malu. Dia malah melambaikan tangan pada mereka dan tertawa cengengesan.
Dia kemudian membuka smartphone miliknya, tetapi ia tidak memiliki kuota data lagi, sehingga terpaksa juga Pottas Situmorang harus memberikan hospot berbagi kuota padanya.
Zul senyum-senyum melihat update status terbaru dari rekan-rekan sosial medianya dan tiba-tiba berhenti mobil double cabin di depan Kedai Oppung Sirait.
Sopir mobil itu segera membuka pintu dan Pria gagah dengan kaca mata hitam segera keluar. Dia memiliki sedikit kelebihan lemak di perutnya, sehingga bajunya terasa agak sempit. Namun, jangan salah; dia memiliki istri secantik Lisa blackpink dan itu membuat para lelaki sangat mengutuknya, karena nasibnya terlalu beruntung sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nur Tini
Lanjut... Kurang seru...
2022-07-30
0
Ninik Dwi Rahmawati
next
2022-06-24
0
Sofyan Muchtar
mantap bang
2022-06-21
0