Cinta Tulus Si Cupu

Cinta Tulus Si Cupu

Terlambat

Seorang anak  laki-laki  sedang menelusuri jalan pulang ke arah rumahnya, dia baru saja  pulang dari sekolah. Dengan melewati suasana pedesaan yang sangat indah  nan asri. Tapi saat ditengah perjalanan, dia melihat seorang anak perempuan yang sedang dibully oleh tiga anak laki-laki, dengan segera dia menghampiri mereka untuk membantu anak perempuan itu.

"Heh, kalian jangan ganggu dia" ucap anak laki-laki tadi dengan sangat berani.

"Kau siapa ha?" salah satu dari tiga anak itu bertanya.

Dia tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh anak laki-laki itu, karena dia  segera mengejar mereka bertiga yang sudah berlari terlebih dahulu.

"Kalian awas ya"

Sambil mengejar ketiga anak laki-laki tadi, seorang anak laki-laki yang hendak membantu itu mengeluarkan jurus andalannya untuk menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Dia begitu dikenal di desanya mulai dari orang tua anak-anak bahkan nenek-nenek dan kakek-kakek sangat akrab dengan anak laki-laki tersebut. Dengan segera dia berlari untuk mengejar ketiga anak laki-laki tadi yang sudah lari terlebih dahulu.

"Jangan lari kalian, hiyaaa!!"

Setelah cukup lama mengejar mereka, dia merasa ketiga anak laki-laki tadi sudah pergi, dengan  segera dia kembali untuk menolong anak perempuan yang akan dibully oleh ketiga anak laki-laki tadi.

"Kau tidak apa-apa?" dia bertanya dengan wajah serius juga khawatir.

Bukannya menjawab anak  perempuan yang iya tolong itu hanya bengong, sambil menatap anak laki-laki  yang berdiri di depannya juga sudah berbaik hati mau menolongnya.

"Ya sudah, kalau begitu lain kali hati-hati" ucap anak laki-laki itu, setelah membantu berdiri anak perempuan yang sedang iya tolong.

Merasa tidak ada jawaban apapun dari anak perempuan yang sudah iya tolong, anak laki-laki itu segera meneruskan perjalanannya yang baru saja tertunda. Sebelum pergi dia sempat memberikan senyum manisnya pada anak perempuan itu.

Sedangkan anak perempuan tadi segera pergi dari tempat tersebut. Sesampainya di rumah anak perempuan itu disambut dengan Ibunya yang sedari tadi sudah menunggu kepulangannya.

"Tara! akhirnya kamu pulang juga Ibu sangat mengkhawatirkan mu, Nak"

"Maaf Ibu"

Hanya kata itu lah yang keluar dari mulut anak perempuan itu. Dia tidak berani menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi pada dirinya.

*******

Deringan jam beker yang  begitu nyaring di dalam sebuah kamar yang berukuran minimalis, tapi tidak  berhasil membangunkan seorang gadis yang baru saja akan menginjak kelas satu sma padahal ini hari pertamanya masuk sekolah sma.

"Tara bangun! apa kamu tidak akan masuk sekolah ini hari pertamamu menginjakan kaki di sma. Apa kau mau telat dan pertama kali masuk langsung mendapatkan hukuman?"

Gadis itu hanya menguap saja tidak segera bangun dari tidurnya, setelah kedua kali ibunya berteriak dengan begitu kencang, dia segera bangun langsung untuk membersihkan dirinya. tidak membutuhkan waktu lama Tara sudah siapa dengan rambut yang dikuncir kuda dan kacamata besar miliknya.  Sedari smp sampai sekarang Tara tidak ada perubahan sama sekali dari dirinya, dia selalu berpenampilan cupu dulu waktu smp dia sering sekali dibully bahkan sejak kecil karena penampilan yang cupu.

"Ibu Tara berangkat dulu, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam hati-hati" ucap wanita paruh baya itu.

Setelah berpamitan dengan ibunya, Tara segera berangkat menuju sekolah SMA Tunas bangsa.

SMA Tunas Bangsa...

Benar saja apa yang ibunya katakan dia akan telat saat pertama kali masuk sekolah, apa lagi hari ini hari pertamanya masuk sma.

"Kenapa kamu telat di hari pertama masuk sekolah?" seorang cowok bertanya dengan intonasi yang sangat menakutkan menurut Tara.

"Maaf, Kak"

Tara tidak berani menatap mata cowok yang berdiri di hadapannya ini, Tara sangat yakin dia pasti senior Tara. Saat ini cowok yang Tara anggap seniornya itu sedang menatap Tara dengan tatapan yang sangat menyeramkan. Dari banyaknya murid baru hanya Tara seoranglah yang terlambat di hari pertamanya masuk sekolah. Hari ini Tara sangat-sangat menyesali ulahnya sendiri, karena dia tidak bangun pagi biasanya jika di novel-novel yang iya baca akan ada beberapa murid yang terlambat masuk. Tapi saat ini hanya dirinya seorang lah yang terlambat masuk di hari pertama.

"Jawab kenapa telat buka maaf!!" kakak kelas itu membentaknya lagi.

"Re, udah biar nanti dihukum aja" seorang cowok lainnya memberikan saran agar temannya tidak marah-marah terus.

"Pusing gue Ar, kenapa harus jadi ketua osis? dan hari ini cuman  gara-gara cewek cupu ini emosi gue kambuh sampai ke ubun-ubun, udah anak baru tapi langsung cari masalah gak tau malu" ucapanya dengan ketus.

"Maaf atas kejadian tadi dan semuanya biar adil maka anak baru ini akan dihukum" ucap Ari orang yang memberikan saran tadi.

"Kamu!" Reza berbicara sambil menunjuk Tara si gadis cupu.

"Sekarang berjemur di lapangan sampai pengumuman untuk anak barus selesai ngerti!"

Tanpa membantah Tara segera pergi kelapangan sekolah.

"Huhh, dasar cewek cupu"

"si cupu barus aja masuk udah bikin perkara"

"Si cupu nggak berubah-ubah ya, dari smp sampai sma ya gitu-gitu aja. Malah sekarang tu anak cari gara-gara lagi"

Banyak sekali anak baru yang mengejek Tara, bahkan di situ banyak juga teman sekolahnya waktu smp dulu. Salah satunya Dian orang yang sangat membenci Tara si cupu, itu terjadi karena Dian selalu kalah dari Tara, walaupun Tara culun tapi dia pintar dalam bidang pelajaran apapun.

Sudah hampir 1 jam Tara dihukum oleh Reza si ketua osis, tapi tidak juga usai apalagi saat ini matahari semakin naik jadi lapangan sekolah semakin panas. Banyak sekali para murid kelas 2 dan 3 menyaksikan Tara yang sedang dihukum, karena posisi lapangan berada di tengah-tengah gedung sekolah jadi bisa terlihat dari mana saja apalagi sekolah Tunas Bangsa dibangun dengan 3 lantai yang menjulang ke atas.

"Ee, liat deh itu anak baru udah dapet hukuman aja"

"Iya apalagi dandanannya  cupu banget lagi"

"Iiiuu, siap yang mau temenan sama si cupu itu ya? gak baget deh"

Semua murid menatap Tara dengan tatapan mengejek tanpa ada yang peduli bagaimana sekarang keadaan Tara. Di tengah lapangan dijemur sendiri dengan  matahari yang sangat terik.

"Ya Allah, Tara udah gak kuat lagi gimana ini"

Tara bergumun sendiri sedari tadi dia sudah tidak kuat menahan panasnya matahari. Ditambah lagi saat berangkat sekolah tadi Tara belum sarapan sama sekali karena telat bangun pagi.

"Re, lu kagak keterlaluan emang hukum anak baru sampai kayak gitu?" tanya Ari saat mereka berada di aula.

"Udah sih Ari biarin aja dia, lagian jugakan ini pelajaran buat dia biar gak telat lagi nantinya kalau dibiarin aja cewe cupu itu bakal telat lagi besok-besok"

"Rezaa!!"

Panggil seorang murid perempuan dengan suara yang masih terdengar tidak beraturan. Karena dia berlari dari lantai 2 ke lantai 3 dimana semua anak baru sedang mendengarkan pengumuman yang diisi oleh Reza dan Ari di aula. Semua orang yang ada disana menoleh ke sumber suara yang begitu nyaring di telinga mereka semua.

"Dea, lu kenapa?"

Dea mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum dia melanjutkan ucapannya.

"Itu Ar, anak baru yang dihukum Reza tadi pingsan di tengah lapangan"

"Pingsan! yang bener aja Del?" ucap Ari kaget.

"Ya cepet bawa ke uks" titah Dea.

Dengan segera Reza, Ari dan Dela berlari kelapangan sesampainya disana mereka melihat Tara sudah tergeletak tak berdaya ditengah lapangan.

"Angkat Re"

"Ogah, lu aja dah Ar yang angkat"

"Udah lu berdua angkat bareng kagak usah ribut" lerai Dea.

Dengan sangat terpaksa Reza mengangkat tubuh Tara yang sudah tidak sadarkan diri.

Sementara itu.....

"Dasar cewek cupu, udah cari perhatian aja sama senior masa dijemur gitu aja pingsan gatel banget sumpah" Dian berkata dengan sangat jengkel.

"Dian sepertinya kita punya mainan lagi"

"Bener banget, Sri"

Uks...

Perlahan-lahan Tara membuka matanya, hal yang pertama kali dia lihat muka Reza yang sudah sangat merah seperti ingin menelan mangsanya saat ini juga.

"Huhh, akhirnya lu bangung juga. Apa sih mau lu hari pertama udah bikin masalah aja dasar cewek cupu!!"  bentak Reza dengan sangat emosi, sedangkan Tara hanya menundukkan kepalanya saja.

"Awas ya besok-besok kalau lu berangkat kagak sarapan dulu" ucap Reza jengkel.

"Udah Re, ayo keluar" dengan terpaksa Ari menarik tangan Reza dengan kasar agar mau keluar dari uks. sedangkan Dea sudah pamit ke kelas terlebih dahulu.

"Dia marah atau apa sih? marah tapi masih sempet ngingetin, emang sih ini salah aku juga tadi pagi bangunnya kesiangan padahal udah dibangunin sama ibu. Tapi cara dia kasar banget kalau kayak gitu " gumun Tara di dalam uks sendirian.

Tetap bahagia

Tara meneteskan air matanya, sesaat setelah Reza dan Ari pergi dari ruang uks. Bentakan Reza pada Tara memang sudah sangat keterlaluan apalagi saat ini Tara sedang terbaring di uks. Setelah  merasa badannya sudah sedikit enakan dengan segera Tara meninggalkan uks dia tidak mau tertinggal satu  materi pelajaran pun.

Sesampainya di kelas.

"Hehh, cupu cepet sini" Dian memanggil Tara dengan sedikit kencang, tanpa berkata apapun Tara menuju tempat duduk Dian.

"Ada apa, Dian?"

"Heh, cupu gak usah banyak tanya ya! ngapain lu pingsan segala tadi? waktu dihukum cari perhatian senior aja dasar cewek cupu gatel!" maki Dian.

"Gak kayak gitu Dian, tadi saya emang beneran udah gak kuat lagi bukan mau cari perhatian"

"Alesan aja lu" Dian bangung sambil menjambak rambut Tara

"Wow, Dian sepertinya ini akan menjadi tontonan gratis" ucap Sri.

Sedangkan murid-murid lainnya juga ikut menonton Tara yang sedang dibully oleh Dian, tidak ada niatan dari mereka untuk membantu atau menghentikan perbuatan Dian.

"Ya, begitulah Sri"

"Dengerin gue ya cupu, mulai sekarang lu jadi babu gue, terus misalnya kalau lu gak nurut gue bakal bikin lu lebih melarat dari ini paham!!" Dian berkata dengan penuh penekanan, dia juga masih menarik rambut Tara dengan kuat.

Dian melepaskan rambut Tara yang sedari tadi dia pegang dengan erat, lalu dengan sengaja Dian mencium tangannya yang  habis memegang rambut Tara barusan.

"Week, lu gak keramas berapa hari sih cupu?"

"Maaf, Dian"

"Udah sana pergi beliin gue minuman"

"Tapi"

"Lu mau bantah gue ya?"

"Gak kok"

"Ya udah sana pergi beliin gue minum sialan!"

Dengan segera Tara pergi dari kelas untuk membelikan Dian minuman. Untung saja ini hari pertama mereka masuk sekolah jadi belum ada pelajaran yang akan di mulai.

"Seneng banget gue punya mainan baru"

"Iya Dian, si cupu itu harus sering-sering kita kasih pelajaran biar dia tau rasa"

Tara harus menaik turuni anak tangga agar bisa sampai di kantin, karena letak kanti dan kelasnya berada di lantai yang berbeda kantin berada di lantai dua sedangkan kelas Tara berada di lantai satu. Sesampainya di kanti Tara segera membeli minuman yang dipesan Dian, sesudah mendapatkan apa yang ia butuhkan Tara segera kembali ke kelasnya sedangkan beberapa orang yang berada di kanti menatap Tara dengan tatapan yang sangat aneh.

"Dian, ini minumannya"

"Lama banget sih lu, cuman beli ginian doang" sambil menarik kasar minuman yang ada di tangan Tara.

"Maaf Dian"

"Maaf, maaf gue kagak butuh maaf lu ya, udah sana pergi lama-lama gue kalau deket-deket sama orang cupu kayak lu bisa ketularan cupu dih amit-amit deh" Dian bergidik ngeri sendiri dengan ucapannya barusan.

Para siswa yang ada di kelas itu hanya menertawakan Tara, mereka juga terus mengejek Tara tanpa henti, mereka memperlakukan Tara seperti mainan. Sedangkan Tara sendiri sudah biasa dengan ini semua toh dari smp dia selalu di kucilkan Tara juga tidak pernah marah tau mengadu pada ibunya semuanya dia pendam sendiri.

"Ya Allah, kuatkan lah Tara dengan semua ini Tara udah banyak melalui hal-hal seperti ini dari smp bahkan dari kecil. Tara berharap anak laki-laki yang dulu pernah nolongin Tara bisa kembali jadi pahlawan buat nolongin Tara lagi "

Tara berdoa dalam hatinya sambil menulis sesuatu di buku miliknya. Tara hanya duduk sendiri karena tidak ada yang mau duduk sebangku dengan Tara.

***

Sepulang sekolah....

Tara pulang dengan mengayuh sepedah tua peninggalan almarhum  ayahnya. Sepedah ini lah yang selalu menemani Tara kemanapun dia pergi Tara selalu merawat sepedah tua peninggalan ayahnya  dengan sangat baik.

"Assalamualaikum, Ibu Tara pulang" dia mengucapkan salam sambil meletakan sepedanya dengan benar.

"Waalaikumsalam, cepat makan abis itu bantuin ibu panen kol"

"Iya ibu"

Dengan segera Tara masuk ke dalam rumah dan mengganti seragam sekolahnya dengan baju kebun.  Setiap pulang sekolah Tara selalu membantu ibunya untuk mengurus kebun.  Hanya kebun itu lah satu-satunya sumber ekonomi keluarga Tara. Dulu keluarga Tara termasuk keluarga yang terpandang di kampungnya tapi semenjak ayah Tara meninggal semuanya berubah drastis, kini ibu Tara menjadi tulang punggung keluarga semenjak hari itu juga Tara selalu membantu ibunya untuk mengurus kebun.

"Tara, udah belum makannya ayok cepet bantu Ibu," Ibu Siti berteriak sedikit kencang dari kebun yang terletak tepat di belakang rumah mereka.

"Iya, Bu bentar Tara udah mau selesai ini"

Dengan segera Tara menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit lagi.  Setelah itu dia menyusul ibunya yang sudah berada di kebun.

Kebun.....

"Kamu panen disebelah kiri ibu di sebelah kanan"

"Iya Bu" dengan semangat empat lima,  Tata segera memanen Kol...

Walaupun kebun milik keluarga Tara tidak besar, tapi mereka sudah sangat sudah sangat bersyukur memiliki kebun tersebut.

"Tara gimana sekolah kamu?" Ibu Siti bertanya sambil terus fokus memanen kol.

"Alhamdulillah seru bu, banyak banget temen-temen yang baik sama Tara" dusta Tara.

Begitulah Tara dia akan selalu tersenyum bahagia, walaupun yang dialami sangat menyedihkan, dia tidak pernah bercerita apa-apa pada ibunya tentang pembullyan yang selama ini Tara dapatkan.

"Syukurlah kalau gitu Tar, jangan lupa belajar yang giat"

"Iya, Ibu pasti hehe"

"Maafin Tara Bu selalu boong sama Ibu, tapi Tara juga gak mau nambah beban Ibu cuman gara-gara Tara"  batin Tara dalam  hati.

"Taraaa!!" Ibu Siti memanggil dengan sedikit kencang.

"Astagfirullah, Ibu ngagetin Tara aja" sambil mengelus dadanya, karena benar-benar kaget.

"Untung Tara gak jantungan Bu"

"Lagian kamu dari tadi ngelamun aja ngapain? Ibu panggil-panggil gak dengar, liat itu kolnya udah hampir rusak gara-gara kamu"

"Hehe, maafin Tara Bu, Tara lagi gak ngelamunin apa-apa kok"

Tara melanjutkan memanen kol yang sudah hampir selesai.

"Ya udah, lanjut yang bener abis itu kita ke pasar buat jual kolnya"

"Iya bu"

Tara dan ibu Siti melanjutkan memanen kol dengan tenang. Walaupun mereka hidup sederhana tapi Tara dan ibunya selalu bersyukur dengan apa yang mereka punya saat ini.

"Ibu Tara masukin kolnya ke karung dulu ya"

"Iya, sambil pilihin yang busuk jangan dimasukin"

"Iya ibu"

Dengan sangat cekat Tara memasukan semua kol ke dalam karung sambil memeriksa jika ada yang sudah tidak layak dipakai.

"Tara kamu anter dulu yang setengah entar balik lagi ngambil yang ini ya" ucap ibu Siti setelah dia selesai memanen semua kol.

"Iya Ibu, Tara berangkat dulu, assalamualaikum" setelah mengucapkan salam Tara segera berangkat menuju pasar menggunakan sepedanya.

Tara mengayuh sepedanya dengan hati-hati, karena dia membawa beban yang lumayan berat untuk ukuran sepedah tua.

"Dian, coba lihat itu si cupu bukan sih? yang lagi bawa sepedah ngapain dia?" ucap Sri sambil menajamkan penglihatannya dari dalam mobil.

"Mana Sri?" tanya Dian dengan penasaran.

"Itu lagi naik sepedah samperin yuk, kita kerjain mumpung disitu ada genangan air" ucap Sri lagi.

Dia menunjuk ke arah Tara yang sedang berhenti untuk istirahat karena  jarak pasar dari rumah Tara lumayan jauh.

Perlahan Dian membuka jendela mobilnya untuk memastikan orang yang Sri tunjuk tadi Tara atau bukan. Benar saja orang itu adalah Tara dengan segera Dian mengemudikan mobilnya mendekat kearah Tara.

"Upss, maaf cupu gue nggak tau kalau disitu ada lu, juga gue nggak tau kalau ngelewatin genangan air" ucap Dian dari depan kursi kemudi.

Dian tertawa puas setelah berhasil msngerjai Tara, sambil terus menjalankan mobilnya begitu juga dengan Sri yang duduk di sebelah Dina.

"By, cupu kita duluan"

Tara hanya tersenyum kecil kepada kedua orang yang sudah membuat bajunya kotor seperti habis  berenang di lumpur.

"Lihat lah, Dian si cupu tersenyum seperti orang bodoh"

"Sudah biarkan saja dia"

Walaupun bajunya sudah kotor Tara tetap melanjutkan perjalanannya, untuk pergi ke pasar  karena dia harus segera mengantar kol-kol itu pada pelanggan yang sudah memesannya.

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

kok critanya, mengingatkan diriku waktu sma dulu ya?

2022-09-23

1

Ryoka2

Ryoka2

Hai kak, saya mampir 👍

2022-04-22

1

Ijo Tomat

Ijo Tomat

Mampir thor

2022-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!