Terjebak
Alicia termenung di sofa kamar nya. Pikiran nya tak enak ada yang mengganjal di hatinya.
"Grisa"
Nama itu yang ada di dalam pikirannya semala satu bulan ini. Wanita itu belum juga menampakan batang hidungnya.
Alicia tidak bodoh, wanita itu masih hidup. Grisam telah meledakkan Mension mewah nya bersama dengan dirinya di dalamnya. Tak lupa banyaknya juga pelayan dan penjaga ikut terpanggang di dalam. Beserta petugas kepolisian ikut hancur lebur bersama dengan mension Grisam.
Pria tua itu ingin mengecoh petugas, agar mereka tak memburu putri nya. Alicia tau itu, rupanya pria tua itu juga sangat pintar. Ia yakin Grisa sembunyi di suatu tempat. Dia akan datang membalas dendam padanya.
"Tidak usah terlalu lama bersembunyi Grisa. Lama dan tidaknya aku siap menunggu mu!"
"Kau sudah tau?"
Alicia menoleh mendengar Cello menyahutnya.
"Wanita yang putus asa, akan lebih menakutkan dari srigala berbulu domba."
Cup...
"Kau memang benar benar putri William"
Alicia memutar bola matanya jengah. Cello memujinya anak Daddy. Selama ini pria itu tak pernah memujinya, ia hanya akan mengomel agar jangan pecicilan. Sudah dari sananya juga....
"Sayang om ingin makan udang"
Hah...
Alicia memicingkan matanya mendengar permintaan sang suami. Sejak kapan Cello doyan makan udang. Pria itu bahkan akan mual menghirup aroma nya. Dan sekarang dia ingin memakannya.
"Aku mencurigai mu om,"
Pletak...
Aw...
Alicia meringis memegang dahinya yang di sentil oleh suaminya. Tangan Cello benar benar seperti besi.
"Ayolah sayang, kita makan di luar cari seafood. Tadi om makan milik Alex, dan om sembuh gak lemas lagi. Itu sebabnya om ingin makan yang banyak biar tak sakit kalau pagi. Ayolah sayang, om tersiksa harus muntah sepanjang hari."
"Om ga ada alergi kan,"
"Gak sayang.."
"Ish.. Iya iya, awas"
"Galak lagi."
Alicia melotot kan matanya pada Cello yang mengatainya. Ia gerah dengan suaminya yang menempel terus dan bergelayut di tubuhnya. Dia pikir kecil apa tubuhnya?...
Alicia dan Cello duduk tenang di kursi. Alicia bingung melihat suaminya yang makan udang tanpa jeda. Pria itu seperti tidak makan seminggu. Apa suaminya itu berubah jadi Hulk. Kenapa makannya banyak sekali.?
Ia hanya menggelengkan kepalanya, bingung dengan sikap suaminya.
Satu jam lamanya berada di restoran, kini keduanya di dalam mobil menuju pulang ke apartemen. Cello menginjak rem mobilnya, melihat sebuah kayu besar melintang di jalan.
Ia melirik ke arah Alicia, istrinya tertidur pulas saat baru saja masuk ke dalam mobil.
Dalam hati ia mengumpati orang yang berani dengan nya. Ia tau ini hanya sebuah jebakan.
Cello turun dari mobil nya, matanya waspada melirik ke kanan dan kiri.
Bukk...
Ting... Bukk... Bukk..
Cello terkesiap dan menangkis tangan mereka yang membawa sebuah pedang. Mata Cello melirik ke arah datangnya lagi segerombolan pria.
Perkelahian pun tak terelakkan, Cello melawan para pria berpakaian hitam hanya dengan tangan kosong. Tak lama ia berhasil merebut salah satu pedang mereka. Dalam hati ia juga mengumpat kenapa tak membawa senjatanya saat pergi tadi.
Sedangkan di dalam mobil Cello, wanita cantik tersenyum miring. Ia masih menunggu Cello menoleh kepadanya. Dan tak lama ia menyalakan mobil nya.
Mendengar mobilnya menyala Cello menolehkan kepalanya.
Jantung Cello hampir saja terlepas dari tempat nya. Melihat Grisa tersenyum miring di samping istrinya di kursi kemudi. Ia mengepalkan tangannya melihat wanita brengsek Grisa, yang mengedipkan sebelah matanya.
Dan dada Cello semakin berdetak melihat mobil yang berjalan mundur. Mungkinkah Alicia juga merasakannya dari tadi, itu sebabnya ia langsung tertidur.
"Grisa brengsek.."
Buk...Bak...Bukk..
Grisa tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Cello yang pucat pasi. Dia tau Cello menghawatirkan istrinya.
Pandangan Cello buram, ia menggelengkan kepalanya mengusir rasa pusing yang menyerangnya. Ia baru sadar jika mungkin saja Grisa mencampurkan sesuatu di dalam makanannya tadi. Alicia.... Hanya nama Alicia yang ia sebut. Cello semakin murka melihat mobil yang berjalan mundur terus yang membawa istrinya.
"Alicia.."
"Alicia.."
Bukk...
Sebelum sebuah kayu menghantam kepalanya, ia berteriak keras memanggil nama istrinya.
Cello terkapar dengan kepala penuh darah yang mengalir keluar. Bibirnya masih memanggil nama istrinya. Nafasnya memburu, mata tajamnya melihat Grisa turun dari mobil. Padahal mobil itu masih berjalan mundur.
Disisa sisa kesadaran nya, Cello terkesiap lalu berdiri. Mengingat jika mobil itu tanpa ada yang mengendalikan. Padahal di belakang tak jauh dari sana ada sebuah jurang. Jelas saja mobil tak akan berbelok dan akhirnya akan terjun ke dasar jurang.
"No Alicia..."
Bukk...
Cello terkapar lagi dengan hidung yang berdarah dan tersungkur kembali. Mata Cello tak berkedip menatap mobil yang membawa istrinya, masih berjalan mundur.
Sedangkan Grisa tertawa terbahak bahak melihat Cello yang pasrah menyaksikan kematian istrinya. Terjun bebas ke dasar jurang.
Crekkk... Brak... Tring...
Tring...Brakk...Brakk...Dom....Duar...
"Alicia.."
Mata Cello memanas melihat wanita paling berharga di hidupnya jatuh ke dasar jurang bersama mobilnya dan terbakar. Di sisa sisa kesadaran nya bibirnya tak berhenti menggumam kan nama istrinya. Hingga mata itu tertutup dan kesadarannya pun menghilang.
"Alicia..."
"Alicia.."
*
Alex gelisah di tempat tidurnya. Apakah terjadi sesuatu dengan tuan dan nonanya. Kenapa ia tak bisa tidur dan gelisah.
Tak lama Alex bangun, menyambar kunci mobilnya mendatangi apartemen Cello. Alex semakin yakin, dengan dugaannya. Ponsel tuannya yang tidak aktif. Begitu juga dengan ponsel nonanya. Alex melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Brakkk
Alex bahkan berlari agar sampai di apartemen milik tuannya.
Brakkk.... Alex menendang pintu apartemen Cello.
"Tuan, nona.."
Alex mencari keberadaan mereka di mana pun. Ia kembali lagi ke kamar tuannya. Dan membuka laci....
"****..."
Ia mengumpat saat menyadari jika tuannya tak membawa senjatanya. Ia merogoh saku celananya kembali. Melacak di mana tuannya,.
Alis Alex mengkerut mendapati lokasi di mana tuannya berada.
"Bukankah ini..... Jurang..?"
Tidak mungkin tuannya, masuk ke dalam jurang begitu saja. Alex kembali meninggalkan apartemen milik tuannya. Berlari mencari keberadaan tuannya. Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Alex meremas setir kemudinya, melihat mobil yang terbakar di dasar jurang. Ia merogoh saku celananya kembali, melacak ponsel nonanya. Ya hanya ponsel nonanya yang terpasang cip. Tangan nya bergetar, ya ponsel nonanya ada di bawah sana. Di mana ada kepulan asap yang membumbung tinggi. Alex turun tak mungkin jika tuannya tak keluar lebih dulu. Ia berlari ke sana kemari, memanggil keberadaan tuan dan nonanya.
Hingga dari jauh ia seperti melihat sebuah cahaya. Alex kembali lagi ke mobil melajukan mobilnya mendekati arah cahaya itu.
Alek menautkan alisnya melihat sebuah benda tajam tergeletak. Ya cahaya yang ia lihat adalah pantulan dari cahaya bulan pada benda yang berada di bawah sana. Alex mengambilnya dan seketika tangan nya terkepal erat.
Updated 165 Episodes
Comments
Tutik Rahayu
lagian uda tau jebakan malah turun... bodoh
2022-06-12
5
Nika Nugraha
kenapa ketua mafia ga di kawal sama bodyguard , kan kalo kmna" selalu di kawal mau pergi kmnapun ,kaya bodyguard bayangan gitu
2022-06-24
1
Tjitjik Juni Supriyati
Uuuhhh..... Tegang sekali dan sangat seram.
2022-06-18
3