Mual
Alex memarkirkan mobilnya di pelataran rumah sakit. Begitu mobil terparkir, ia turun berjalan tenang masuk ke dalam. Tapi seorang satpam mencegahnya.
"Tuan ada yang perlu saya bantu?"
"Tidak ada, saya mau menjenguk keluarga saya yang sakit."
Cello menyelinap masuk lewat belakang. Ia akan mencari kamar mayat. Yang sebelumnya sudah ada anak buahnya, yang ada di dalam.
Tak lama ia sampai di depan kamar mayat. Cello mengawasi di setiap sudut. Grisa bilang di kamar mayat belakang.
"Tuan tidak ada yang mencurigakan sama sekali disini. Kami sudah berkeliling dari tadi, tapi tak menemukan keberadaan barang itu.?"
Anak buahnya yang sudah lebih dulu Cello tugaskan di rumah sakit, ini mengatakan tak ada barang itu di simpan di sini. Tapi Cello tak mendengarkan, mata tajamnya mencari cari keberadaan barang haram itu.
"Kau pintar menyembunyikan barang mu di kamar mayat ini Grisam."
Cello melangkahkan kakinya, berjalan dengan tenang. Tak lama ia tersenyum tipis. Ia jongkok dan berbaring di lantai. Lalu menekan tombol kecil.
Cas....
Salah satu ranjang mayat terbuka. Alex dan anak buahnya berjengit kaget. Tiba-tiba saja peti kayu mati terbuka begitu saja. Dan kain putih tersingkap yang menutupi seluruh tubuh kaku seseorang. Mereka mundur melihat wajah hancur mayat tersebut. Sangat menyeramkan.
Cello mendekat dan menarik sesuatu di tubuh mayat itu. Alex membelalakkan matanya. Pantas saja dari sekian banyak peti mati hanya itu yang berbeda.
"Tuan bagaimana cara membukanya."
Ya sebuah peti mati tempat penyimpanan mayat. Tersimpan berbagai angka. Cello melihat mayat itu dan meneliti.
"Albi Grisam, kau sangat cerdik menyimpan barang mu."
Tak lama Cello mengambil pisau lipat dan menancapkan pada mayat yang tergeletak.
Alex dan yang lainnya di buat shock, melihat aksi tuannya. Apa yang tuannya lakukan dengan memutilasi mayat.?
Cruss...
Srekk...
Alex terkesiap melihat isi dalam mayat tersebut. Ternyata hanya sebuah boneka yang persis seperti manusia. Albi Grisam menyembunyikan barangnya di dalam tubuh seorang mayat yang menyerupai manusia.
"Bereskan,"
Alex mengangguk dan memerintahkan anak buahnya mengambil barang itu memasukkan di dalam tas.
Cello masih mengawasi di sekitar. Ia yakin ada sesuatu selain itu di sini. Albi Grisam sangat rapi menyimpan barangnya. Ia berjalan menggeser satu lagi peti mayat.
Krekk...
Click...
Sebuah pintu rahasia, di belakang satu peti mayat. Cello masuk kedalam di ikuti oleh Alek.
"Tuan mungkin saja ini adalah pintu menuju keluar jalan tikus."
"Ya.."
"Beri tau mereka, lewat sini."
Alex mengangguk dan kembali memanggil anak buahnya untuk mengikuti nya. Cello mengumpat Grisam yang telah membuang salah satu organ manusia yang sudah menjadi kerangka ke mari. Apa lagi banyak sekali organ organ lainnya di sini.
"Grisam sialan."
Perut Cello mual, seperti di aduk aduk. Melihat organ berserakan di tempat itu. Tak bau karna Grisam telah menyiramnya dengan bahan pengawet tentu nya. Tapi Cello yang melihat nya perutnya seperti di aduk aduk.
Alex yang berjalan di belakang mengeryit kan alisnya. Kenapa tuannya?
Alex ikut berlari mengejar Cello yang lari terlebih dahulu.
Huek.. Huek...
Cello terkapar tak berdaya, isi dalam perutnya ia keluarkan semua. Alex bingung tak biasa nya tuannya yang melihat seperti itu akan muntah. Bukankah biasanya di juga kadang justru mengambilnya sendiri. Lagi pula itu juga tak bau. Lebih bau lagi jika Cello memutilasi penghianat atau musuh. Ada apa?.
Tak lama ia bicara lewat sambungan telepon pada anak buahnya yang lain. Mengingat tuannya seperti nya sakit.
"Tuan tunggu di sini saya akan menunggu mobil di depan."
Tak menjawab Cello terkapar di rerumputan hijau. Sambil tangannya memegang perutnya yang masih saja mual.
"Grisam sialan."
*
Cello membaringkan tubuhnya yang lemas. Sehabis menguras isi perutnya ia membaringkan tubuhnya di sebelah istrinya. Sepanjang matanya menutup, bibirnya tak berhenti mengumpat Grisam.
Cup...
Cello menghirup aroma tubuh istrinya. Lalu mendekapnya erat. Tak lama kemudian matanya terpejam.
Alicia menyipitkan matanya melihat Cello memakai baju yang sama seperti kemarin sore.
"Ish... Jorok, ga mandi"
Alicia menggerutu bibirnya. Mengatai Cello yang tidur dengan baju yang sama.
Cello berlari menyerobot masuk kedalam kamar mandi. Memuntahkan cairan bening di wastafel. Sudah semalaman lebih ia muntah tanpa henti. Baru satu jam ia tidur perutnya tak bisa di ajak kompromi.
Alicia berteriak keras mengumpat suaminya. Padahal saat ini ia sedang pop. Dan Cello masuk begitu saja.
"Cello sialan, keluar."
Ia tak menggubris teriakan Alicia. Tubuhnya benar benar lemas. Ia berjalan lagi menuju ranjang, membaringkan tubuhnya lagi di sana.
Cello mengerjapkan matanya menghalau sinar matahari yang masuk ke dalam kamar nya. Ia menoleh kesana kemari mencari keberadaan istri nya. Tak ada...Kemana dia?.
"Grisam sialan,"
Ia mendudukkan tubuhnya memijit kepalanya yang terasa pusing.
Clek...
"Pagi Om.."
Alicia tersenyum cerah menghampiri nya, sambil membawa nampan berisi mangkuk dan susu hangat.
"Dia pikir aku anak bayi.." Cello bergumam dalam hati.
"Tidak usah protes, Alek bilang kau semalam muntah. Itu akibatnya jika berkencan dengan wanita gatal itu."
Sudah tak aneh istrinya mengetahui bahwa semalam ia pergi meninggalkan nya. Alicia memang sangat peka. Dia bisa menebak apa yang orang lain pikirkan dan lakukan.
"Aku menyesal telah pergi kesana. Jika tau akan seperti ini, lebih baik aku tidur saja. Ini benar-benar telah menyiksaku."
Cello mengeluh karena perutnya yang sakit. Bukan sakit tapi seperti di aduk hingga akhirnya mual.
"Apa yang kau lakukan dengan Grisa?"
Alicia memicingkan matanya melihat wajah Cello yang kusam.
"Kau pasti menyentuh wanita itu,kan"
"Jangan sembarangan, mana ada?"
"Ya baiklah kau benar, tubuhmu juga tidak ada yang mencurigakan."
Cello mendengus mendengar istrinya mencurigainya. Dia mati matian menahan mual dan muntah semalam, istrinya masih saja cerewet.
Tubuh Grisa menggeliat di ranjang hotel. Semalam suntuk ia di gilir tiga pria yang Cello sewa untuk memuaskan Grisa.
Grisa meringis menahan nyeri di area sensitifnya. Dan ujung payudara nya juga sangat sakit. Ia mendudukkan tubuh polosnya. Sambil mengingat kejadian semalam. Samar samar ia mengingat Cello datang menemuinya. Mengingat itu ia tersenyum lebar. Cello benar benar datang menemuinya. Ia pikir Cello sama sekali tak menghargai dirinya sebagai tunangan.
Tak lama ia meringis lagi, area sensitifnya benar benar sakit dan perih. Ia menunduk dan matanya terbelalak melihat tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun. Apalagi tubuh putih mulus nya banyak sekali meninggalkan jejak percintaan.
Nafas Grisa memburu setelah ia mengingat kejadian semalam. Cello memang datang menemuinya. Tapi tak lama pria itu pergi meninggalkan nya. Dan ada tiga pria masuk kedalam kamar, lalu....
"Apa yang sudah ku lakukan. Apa mereka yang sudah melakukannya, bukan Cello."
Grisa melangkah tertatih ke kamar mandi, mengguyur tubuh polos nya sambil mengingat kejadian semalam. Apa dia bertindak bodoh lagi...?
Updated 165 Episodes
Comments
Athallah Linggar
Makanya jd perempuan jgn kegatelan sm suami orang,😡😡
2022-07-08
0
Andini Sity Handayani Dyah Nurcahayani
wah kyakny Alice hamidun
2022-07-08
0
Embunembun
🤷🤷🤷🤷🤷
2022-07-06
0