Tekad
" Sayang bangun makan dulu, hm.."
Alicia tak bergerak sedikitpun, Cello gemas dengan bibir yang sedikit terbuka. Gadis nya ini selain pecicilan dan nakal dia lebih pandai menggoda seorang pria. Hah... Dada Cello bergemuruh mengingat bibir mungil Alicia mencium bibir seksi milik pria yang sore kemarin ia hajar.
"Beraninya..."
Cello tak berhenti mengumpat pria itu. Ia sudah menyiapkan peluru spesial untuk pria itu.
"Lihat saja, akan ku pastikan peluruku menembus kepalamu"
Alicia menyipitkan matanya melihat Cello yang tak berhenti mengumpat seseorang. Bibirnya akan berdecih dan mengumpati seseorang.
Alicia mengangkat sudut bibirnya, ia tau siapa yang Cello umpat.
"Uh..."
Alicia menggeliat dalam tidurnya, matanya mengerjap. Ia bergerak seolah olah baru saja bangun. Padahal sedari tadi ia melihat Cello yang mengumpat dan menggerutu.
"Sayang sudah bangun?"
Cello dengan cekatan membantu Alicia duduk. Tak lupa kecupan bibirnya mendarat bertubi-tubi di wajah cantik yang baru saja bangun.
"Sayang kita harus makan?"
"Aku tidak lapar"
"Alicia"
"Apa, minggir"
Huh... Cello menghembuskan nafasnya perlahan. Kemana istrinya yang penurut dan patuh. Kemana istrinya yang selalu menampilkan senyum ceria untuk nya. Yang ada hanya wajah ketus dan galak.
"Baiklah, mau makan sendiri atau aku yang akan menyuapimu dengan bibir ku"
Alicia memutar bola matanya jengah. Selain egois pria ini rupanya sangat pemaksa. Alicia mengambil piring di tangan Cello. Ia makan dengan lahap. Tak perduli dengan Cello yang mengejeknya. Nyatanya perutnya benar benar sangat lapar.
Alicia baru sadar saat melihat keseliling nya. Di mana dia sekarang?
"Kau membawaku kemana?"
Nada dingin di tunjukan Alicia, matanya menyala menatap wajah Cello. Bukannya takut dan marah, Cello justru menyambar bibir Alicia. Ia tak menjawab tapi tangannya mengangkat bubuh mungil Alicia. Membawanya keluar dari kamar menuju taman.
Alicia menjerit kaget, reflek tangannya mengalungkan pada leher suaminya. Matanya melirik ke sana kemari. Ia lalu mendongak melihat wajah suaminya.
"Turunkan aku"
Cello berdecak, istrinya itu masih saja sewot padahal ia sudah menghajarnya habis habisan belum luluh juga.
"Kau pikir aku akan luluh dengan perlakuan mu padaku sekarang. Kau tau aku membencimu? Aku juga tak ingin melihatmu sebenarnya. Dan kau menculikku. Dimana ini?"
Rasanya Cello ingin tertawa terbahak bahak mendengar Alicia nyerocos seperti anak kecil. Ia marah tapi tak bisa menolak perlakuannya.
Cello mendudukkan tubuhnya di tepi pantai di belakang vila. Ya mereka berdua saat ini ada di vila. Tak banyak yang tinggal di sana. Hanya pengurus vila, sepasang suami istri yang di percayakan Cello merawat villanya. Serta koki yang ia datangkan langsung dari kota kemari. Cello tak ingin Alicia kelaparan. Ia tau Alicia sama seperti mommynya yang tidak bisa memasak. Itu sebabnya ia membawa satu koki untuk mereka selama berada di villa.
Alicia menatap jauh ke depan. Ia masih gelisah dengan pesan Daddy nya. Jika ia harus kembali ke Indonesia. Lalu bagaimana dengan Cello...
"Daddy menyuruhku pulang!"
Deg....
Dada Cello seperti di hantam batu besar. Bibirnya terkatup rapat. Tentu ini yang akan terjadi jika ia telah menyakiti hati putrinya. Ya ia sadar telah membuat kesalahan besar dan fatal.
Alicia terkekeh getir, ia sudah menutupi serapat mungkin tentang Cello yang mencoba membunuhnya. Dan tentang ia yang koma serta tentang pertunangan Cello dengan wanita lain. Ia yakin Cello juga sudah menutup rapat pertunangan nya dengan Grisa. Alicia yakin Cello hanya ingin memancingnya keluar dengan sendirinya.
Andhara Marcello memang pria yang sangat egois. Dia yang ingin membunuh istrinya, dia juga yang ingin memancing istrinya keluar.
Ia yakin Cello tak pernah benar benar ingin membunuhnya. Pria itu terpancing amarah dan rasa kecewa terhadap ibunya. Hingga ia melampiaskan padanya. Lagi pula dirinya yang suka sekali memancing amarahnya.
"Aku tak akan membiarkan mu pergi dariku"
Alicia tersenyum sinis, kakinya sesekali akan berayun menyentuh air.
"Aku yakin tak lama lagi Daddy datang kemari. Mungkin saja ia akan menikahkan ku dengan Melvin."
Cello terbelalak mendengar kalimat terakhir istrinya. Enak saja, tidak ada yang bisa mengambil Alicia darinya termasuk William sekalipun. Apalagi Duda kembang itu, mimpi saja...
" Alicia"
Cello mengeratkan giginya emosi, memang istrinya itu senang sekali membuatnya naik darah.
*
"Cello sialan"
"Daddy hentikan niat Daddy, percuma saja Daddy membawa Alicia menjauh darinya. Daddy sudah pernah melakukannya dulu. Dan apa hasilnya, Alice sendiri yang mencari pria itu. Lagi pula Alicia memang sudah di takdirkan dengan nya."
Sean mengusap wajahnya kasar. Saat Alicia masih baru dua tahun putrinya sempat hilang dan tiba tiba saja ada bersama Cello. Dan sembilan tahun yang lalu, Alicia sendiri yang bertekad akan menjerat Cello.
"Dad, bagaimana jika Alice menikah dengan om Cello"
" kau ingin menikah dengannya,?"
Alicia kecil mengangguk cepat.
" Kau harus bisa mengalahkan dirinya, baru bisa menjeratnya."
Xanders yang sudah bisa menangkap apa maksud Daddy nya menautkan kedua alisnya. Lain dengan Alicia.
"Bagaimana bisa Dad, Dan apa maksud Daddy?"
Xanders bingung tak mengerti maksud Daddy nya.
"Ya Cello adalah korban dari keserakahan seorang wanita. Dia sangat membenci wanita. Dia juga tak akan membiarkan lawan dan kawan yang menghianati nya. Jiwa pembunuhnya sangat besar. Tapi hati dan pikirannya masih di liputi kekecewaan yang ibunya berikan. Ia akan bertindak sesuai dengan apa yang ia percaya, bukan dengan naluri yang lain. Rasa kecewa masih menumpuk di hati Cello. Daddy yakin Cello akan takluk dengan Alice Adikmu."
"Dad..."
Xanders membuyarkan lamunannya, ponselnya berdering menampilkan wajah manis putrinya yang tersenyum lebar. Buru buru ia menggeser ikon hijaunya.
"Daddy..."
Suara cempreng khas Alicia membuat kekalutannya hilang seketika. Ia pikir Alicia benar benar akan meninggalkan mereka semua. Semua itu gara gara Cello sialan. Jika Inka tau pasti istrinya akan langsung menjemput putrinya. Semua juga sebenarnya bukan salah Cello.
Dirinya juga ikut andil, anak itu adalah korban dari keegoisan ibunya. Cello memang mempunyai karakter yang ia inginkan. Tapi putrinya yang ingin masuk kedalam lingkup hidup Cello. Padahal ia sendiri tau pria itu mempunyai temperamen lemah terhadap wanita. Hanya Alicia yang bisa menaklukannya. Tapi putrinya harus melalui banyak rintangan mengubah cara pandang Cello.
"Daddy baik,"
"Ya Daddy sangat baik, kakak mu juga pulang"
Sean mengarahkan ponsel nya pada Xanders yang duduk di depannya.
"Love you bang..."
Xanders memutar bola matanya jengah, adiknya itu suka sekali memanggil Abang. Di seberang telpon Alicia terkikik geli melihat wajah masam kakaknya.
"Dad, aku tetap akan bersama dengan Om Cello, Alice tak akan pulang? Jangan berani berani datang kemari dan memisahkan kami Dad."
"Tapi..."
"Plis Dad, Alice bisa menaklukan Cello. Alice juga tak apa apa? Bukankah Daddy sendiri yang bilang. Alice adalah wanita yang kuat. Tidak akan tumbang hanya dengan peluru Cello.
"Baiklah, bay sayang?
"Bay Dad"
.
.
Updated 165 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
anaknya aja kaya bukan remaja, gimana bisa di taklukin
2022-06-17
3
Pia Palinrungi
lanjut thor..
2022-06-21
1
Zaitun
😊
2022-06-15
2