Kesempatan Alicia
Alicia mengerjapkan matanya, ia tersenyum tipis mendapati Cello memeluknya erat.
Cup.....
Cello yang mendapatkan ciuman dari Alicia membuka matanya. Perlahan tapi pasti, Cello juga membalasnya.
Ah....
******* Alicia terdengar, saat bibir Cello turun ke leher dan menyesapnya. Cello semakin bersemangat mendengar suara Alicia yang mengalun merdu di telinga nya.
Cello memberikan banyak tanda merah pada leher Alicia. Tangannya bergerilya masuk kedalam gaun tipis yang di pakainya. Dengan cekatan Cello meloloskan kain tipis itu dan membuangnya asal.
Dua gunung kembar yang mulai tumbuh milik Alicia terpampang nyata di depan matanya. Cello mendaratkan bibirnya pada salah satu gunung yang menantang nya.
"Om....Ah...."
Cello mengulum dan menyesap puncak kecoklatan Alicia bergantian. Tangannya juga sesekali akan meremas salah satu dari mereka. Wajah Alicia mendongak, merasakan panas yang menjalar di seluruh sarafnya.
Tangan Alicia meremas dan menekan kepala Cello berharap Cello memperdalam bibir nya.
"Om...."
Nafas Alicia naik turun, begitupun dengan Cello yang berkabut. Mata keduanya saling mengunci dan berkabut. Cello mencium bibir Alicia lagi. Tangan kirinya, turun kebawah dan meloloskan kain berenda segi tiga milik Alicia.
Dengan gemetar, tangan Cello membelai bukit yang tersembunyi. Tangan nya merasakan jika bukit tersembunyi milik Alicia sudah basah dan lembab.
Ah.....
Cello semakin terbakar gairah, mendengar suara merdu yang keluar dari bibir mungil Alicia. Tangannya melebarkan kedua paha Alicia. Cello semakin tak tahan melihat lipatan kulit yang merah dan basah.
Ia lalu mendaratkan ciumannya pada paha putih dan mulus Alicia. Dan berhenti di bawah bukit tersembunyi.
Ah....
Alicia melengkungkan tubuhnya, saat merasakan bibir panas Cello menyesap lipatan tersembunyi di bawah sana. Cello semakin tak bisa menahan gejolak gairah yang membuncah mendengar Alicia mendesah. Ia memperdalam lidahnya di bawah sana dan kedua tangan nya menahan paha Alicia.
Alicia gelisah, kedua tangannya meraih seprei dan meremas nya. Alicia merasakan sesuatu yang akan meledak di bawah sana. Sedangkan Cello masih dengan aktivitas nya. Ia juga merasa jika tubuh mungil Alicia bergetar. Tak lama kemudian sesuatu mengalir berbarengan dengan suara jeritan.
Ah....
Cello mengangkat wajahnya melihat wajah merah Alicia yang di banjiri oleh keringat. Ia merangkak naik lagi dan
Cup....
"Maafkan Om.."
Alicia membuka matanya perlahan, masih dengan nafas yang tersengal-sengal menatap Cello.
Cello merasa sangat bersalah atas kejadian barusan. Tak seharusnya ia membuat Alicia seperti ini. Alicia masih sekolah, dan dia sudah meracuni otak polos gadis belia ini.
Cello bangun dari tempat nya. Ia mengangkat tubuh mungil Alicia dan membawanya ke kamar mandi.
*
"Om... Kita mau kemana om?"
Wajah polos Alicia bingung. Saat ini mereka berdua sedang dalam pesawat terbang. Pagi tadi usai aktivitas panas mereka. Cello dengan cepat memandikannya dan dengan terburu-buru mereka datang ke bandara.
Cello tersenyum tipis, ia lalu menyambar bibir Alicia. Ia tak boleh merusak gadis yang sangat ia cintai. Cello akan melakukan apa saja demi mendapatkan Alicia.
Alicia tak tau saat ini mereka berdua akan kemana. Ia tertidur di dalam pesawat dan Cello menggendongnya.
Sean menatap tajam pada pria di depannya ini. Ia merasa jika Cello melakukan sesuatu pada putrinya.
Sedangkan Cello menunduk, ia tau ini mendadak. Tapi Cello tak ingin menjadi pria pengecut.
"Maafkan saya tuan, saya akan menikahi putri anda."
Bug....
Sebuah bogem mentah mendarat sempurna di pipi Cello. Tapi Cello tak bergeming dari tempatnya.
"Brengsek..."
Bug....Bug....
Inka menjerit melihat suaminya memukul Cello membabi buta. Ia segera melerai keduanya. Jangan sampai suaminya lepas kendali dan membunuh Cello.
Alicia mengerjapkan matanya dan menguap lebar. Matanya terbelalak melihat di sekitarnya. Ia lalu duduk dan mengamati di sekitar.
Benar ini kamar nya. Lalu di mana Om Cello.?
Alicia bangkit dan keluar mencari keberadaan Daddy dan mommynya. Ia ingin bertanya. Kenapa ia sudah ada di kamarnya.? Dan di mana Cello?.
Alicia shock melihat Daddy nya menghajar Cello. Dan yang lebih shock lagi, kenapa pria itu diam saja tak melawan.
"Daddy..."
Lengkingan khas Alicia menyadarkan Sean, yang menghajar Cello. Pria itu masih berdiri kokoh di tempat nya. Meskipun wajahnya sudah babar belur. Cello masih bergeming di tempat nya.
"Daddy kenapa pukul Om Cello?"
Mata Alicia memancarkan kemarahan pada Sean. Ia tak terima Cello mendapatkan perlakuan seperti ini dari Daddy nya.
Sean melengos kan wajahnya. Tak lupa ia mendengus karna putrinya itu membela bajingan seperti Cello. Sebagai pria ia tau, pasti Cello telah melakukan kesalahan.
"Kau, mulai hari ini tak boleh menemui putriku lagi ! "
Mereka semua kaget, tak terkecuali Inka. wanita paruh baya itu diam saja. Lagi pula, ia justru senang putrinya akan kembali di Mension ini. Tapi tidak dengan dua anak manusia yang saling berpandangan.
" Alice, apa yang Cello lakukan padamu?"
Sean geram dengan putrinya. Gadis itu entah polos atau memang benar benar bodoh. Bagaimana mungkin ia membiarkan pria lain menjamah tubuhnya. Ah Sean ingin sekali mengulang kembali saat Alicia masih kecil. Tentu saja ia akan mengajarkan jika selain dirinya tak boleh ada pria lain yang memandikannya. Dan akhirnya akan seperti ini.
Alicia memikirkan sesuatu, tangannya bergerak memegang dagunya, seolah ia lupa. Tak lama ia tersenyum lebar.
"Ingat Dad, Alice ingat.... "
Mata bulatnya melirik ke arah Cello dan berbinar.
"Kata Om, kita harus membuat bayi,"
Mata Sean terbelalak mendengar Alicia berkata membuat bayi. Jelas saja Cello seorang pria dewasa. Dan putrinya masih di bawah umur. Dan Cello meracuni otak polos putrinya.
Cello menghembuskan nafas nya kasar. Kenapa juga Alicia harus mengatakan nya. Gadis itu memang benar-benar ingin membunuhnya.
"Kau..."
"Stop Dad..."
Alicia merentangkan tangannya menghalangi Daddy nya.
"Daddy bagaiman kalau Om Cello meninggal. Daddy mau cucu Daddy tak punya Daddy."
Cello shock mendengar bibir mungil Alicia bicara tanpa saring.
"Kurang ajar.."
Sean murka mendengar putrinya sudah tak perawan lagi. Inka melongo di tempatnya berdiri. Benarkah putri nya pintar membuat bayi. Inka meneliti wajah Alicia dan melihat senyum di sudut bibirnya, ia menggelengkan kepalanya. Alicia memang gadis pecicilan dan suka bikin onar.
Alicia tersenyum penuh kemenangan. Ia bersorak dalam hati. Berhasil ia pasti akan di nikahkan dengan Om nya. Alicia membayangkan bagaimana nikmatnya bercinta. Dan bagaimana rasanya melepas keperawanan. Apakah akan lebih enak, dengan yang kemarin ia lakukan dengan Om nya.
Bukk...
Lamunan Alicia buyar mendengar jeritan mommynya. Ia terkesiap melihat Cello terkapar dengan Daddy nya di atas tubuhnya.
Updated 165 Episodes
Comments
Ririn Danayanti
Thor kok kesanx Alice sangatlah murahan,Bru juga ketemu langsung clomot sana sini
2022-07-11
0
Henny Prastiyo
ambyar....
2022-07-08
0
Henny Prastiyo
ambyar....
2022-07-07
0