Gadis misterius
Alicia terkesiap, ia mengingat kata Daddy nya. Mungkin saja orang itu adalah musuh Daddy nya.
"Jangan berani menyentuhnya.!"
Ngek....
Uhukkk....
"Om..."
Cello menoleh ke arah Alicia. Gadis itu bukannya takut, ia justru tersenyum, menjulurkan lidahnya pada pria tua yang ia injak.
Alicia asik bermain dengan anjing kecil kesayangan Mario. Gadis itu memang cepat sekali berubah. Cello mengamati Alicia dari jauh.
"Kenapa sulit sekali menembus siapa dia?.. Siapa sebenarnya kau Alicia ?.."
Cello merogoh saku celananya. Ia menghubungi orang kepercayaan nya. Ia belum puas dengan informasi yang Alex dapatkan.
Saat ini Alicia berada di mension milik Cello. Mario membawa Alicia kemari. Memang benar, kata Daddy nya. Wajah polos Alicia menyembunyikan identitas nya. Gadis itu memang seperti gadis pada umumnya. Tapi tidak dengan insting dan kecepatan tangannya.
"Siapa pun dirimu, aku akan mendapatkan mu Alicia."
Cello Bergumam sendiri. Ia sudah memantapkan hatinya, jika dia tak bisa kehilangan gadis kecil itu.
" Jika dia benar putri William, apa kau yakin dia akan memberikannya pada mu.?"
Mario menyahut ucapan Cello, ia melihat putranya dari atas lalu kebawah. Dan dia tersenyum mengejek.
" Berapa usiamu Cel... ?"
Cello mendengus, dan meninggalkan Daddy nya. Mario tertawa terbahak melihat wajah masam Cello.
" Perjuangan mu akan sulit mendapatkan restu nya Cel.." Mario menatap mereka berdua. Dua puluh dua tahun lalu ia pergi membawa Cello. Putranya itu berubah sejak kematian ibunya.
Cello tak pernah ingin mengenal yang namanya wanita. Rubi membuat mental Cello terkurung dalam kebencian, terhadap wanita. Tiga puluh satu tahun, baru kali ini Cello dekat dengan wanita. Itu juga masih belia. Mario menghembuskan nafasnya perlahan. Jika benar dia putri William. Mario berdoa, semoga William membiarkan putri nya untuk putranya.
"Alice mau tidur di sini... "
"Emang boleh Opa..?"
Mario mengangguk, Alicia tersenyum lebar. Gadis belia itu benar benar memanfaatkan waktu liburannya.
" Om Alice mau ambil baju Alice di apartemen. "
"Kita akan membelinya.."
"Baju Alice juga banyak Om, di apartemen."
"Jauh..."
Alicia mencebikkan bibirnya. Cello memang pria yang kaku.
Disinilah Cello dan Alicia berada. Butik pakaian...
Alicia melangkah kesana kemari memilih baju yang terbilang ekstrim. Cello melotot kan matanya tajam pada Alicia. Ia di buat geram sekaligus panas dingin oleh gadis pecicilan itu. Alicia menunjukkan kain segitiga berenda berwarna merah menyala padanya.
Dia bilang harus membelinya. Setidaknya jangan juga di tunjukan padanya.
Cello menyesal sekarang, kenapa tadi tidak mengiyakan saja, saat Alicia mau mengambilnya di apartemen.
Alicia membeli baju untuk besok sekalian. Ia tau, sebagai wanita Alicia sangat jago memilih pakaian.Yang pasti itu semua membuat penampilan nya sangat seksi....
Brakk...
Alicia menutup kamarnya setelah ia pulang dari berbelanja. Ia segera masuk kamar yang di tunjukan Mario sebagai kamar nya. Alicia buru buru ke kamar mandi. Ia ingin mencoba baju yang ia beli tadi saat di butik.
Cello tak tau Alicia membeli baju apa? Ia hanya membayar saja tak mau tau isi dalamnya. Yang jelas ia tau, Alicia membeli pakaian dalam yang di tunjukan padanya.
Alicia memutar badannya, ia tersenyum lebar. Baju ini sangat pas di tubuhnya yang ramping.
Ia keluar kamar seperti biasanya. Bibirnya akan bersenandung menyanyikan lagu favorit khas anak remaja.
Pengawal yang baru datang dari luar, tak percaya. Matanya hampir saja keluar melihat bidadari seksi turun dari tangga.
Cello mengerutkan keningnya, mendapati pengawal Daddy nya di bawah tangga terbengong.
Cello mengikuti arah pandang pengawalnya. Ia melotot kan matanya, melihat penampilan Alicia. Dadanya bergemuruh, ia ingin sekali menghajar pria yang berani melihat tubuh seksi Alicia.
"Alicia..."
Wajah Cello merah padam, melihat penampilan Alicia.
"Hallo Om..."
Dengan riangnya, ia menyapa pengawal yang berdiri mematung di depannya.
Alicia mencari cari keberadaan Mario.
"Opa..."
Suara cempreng khas Alicia membuat Mario mengalihkan pandangannya. Sama begitupun dengan Mario, melotot melihat penampilan gadis itu.
Alicia berjengit kaget, ia menoleh siapa yang membungkus tubuhnya dengan kain.
Cello geram ia segera menarik gorden yang tergantung di jendela.
Dengan wajah garang nya ia melototi pengawalnya. Dan segera membungkus tubuh Alicia.
"Om, turun kan Alice.."
Alicia berteriak sambil tangannya memukul punggung Cello. Cello membawa gadis nakal itu kembali lagi ke kamarnya. Cello menurunkan tubuh Alicia ke kasur.
Matanya menyalak tajam pada Alicia. Ia benar benar di buat geram dengan gadis ini.
"Ish... Om kenapa sih,"
"Ganti bajunya..."
Alicia memutar bola matanya malas. Ia justru bangun dan membuka kain yang menutupi tubuh seksinya.
Cello yang melihat tingkah Alicia membuka mulutnya tak percaya.
"Alice tuh mau tanya sama Opa, baju Alice bagus gak Om."
Alicia memutar tubuhnya di depan Cello. Seolah ia ingin Cello melihat penampilan nya. Cello mematung di tempatnya berdiri. Tubuhnya bereaksi. Nafas nya memburu melihat dua belahan dada Alicia yang hampir tampah dari wadahnya.
Meski ia pernah menyentuhnya, tapi kemarin ia belum tau jika ia mencintai gadis ini. Ia baru menyadari jika perasaan nya adalah cinta.
" Om.."
Alicia mengibaskan tangannya pada wajah Cello. Alicia memonyongkan bibirnya, sebal.
Cup...
Tak tahan, Cello menyambar bibir mungil Alicia. Ia sudah tidak bisa menahan dirinya melihat bibir merah merona milik Alicia yang sedari tadi menggodanya.
Mendapat serangan mendadak dari Cello, Alicia terbelalak. Ia mendorong tubuh tinggi Cello.
"Ish, Om nyebelin.."
Alicia mengerucutkan bibirnya. Ia lalu mengambil bantal dan tidur. Cello yang melihat Alicia marah segera mengikuti berbaring.
Cup...
"Maaf kan Om.."
Cello memeluk tubuh mungil Alicia. Mendapat pelukan dari Cello.
Alicia berbalik melihat mata Cello. Ia lalu tersenyum lebar dan
Cup....
Alicia memang gadis yang sulit di tebak. Ia di buat shock sekaligus tak percaya dengan tingkahnya. Alicia mencium bibir nya bahkan ia menyesapnya.
Cello tak tinggal diam, sebelum Alicia menyudahi ia memperdalam ciuman nya. Tangannya menekan leher Alicia. Seperti yang di ajarkan Alicia kepada nya. Cello mengobrak abrik rongga mulut Alicia.
Alicia memukul dada bidang Cello. Cello sungguh tak memberikan jeda padanya.
Mendapat pukulan dadanya, Cello melepaskan tautan bibirnya. Ia menempelkan keningnya pada kening Alicia. Nafas keduanya memburu. Alicia yang sibuk mengisi paru paru nya. Sementara nafas Cello yang memburu akibat menahan gejolak gairah nya.
"Ish... Om bilang tidak boleh berciuman. Ko Om cium Alice..?"
Cello tersenyum tipis. Ia lalu mengecup wajah Alicia berkali kali dan menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya. Berharap Alicia mendengar detak jantung nya dan peka. Jika Cello sangat mencintai nya.
Updated 165 Episodes
Comments
Jade Meamoure
wah om cello pol in lop
2022-06-13
4
Pia Palinrungi
lanjut..
2022-06-21
1
Zaitun
ha
2022-06-15
3