Siapa Alicia
Radika tersenyum lebar, ia seperti mendapatkan angin segar. Ternyata Alicia memiliki kekasih. Dan Cello bukan kekasih Alicia. Jelas saja bukan, karna Alicia mengatakan jika kekasihnya adalah
temannya, seniornya.
Ya Alicia menyukai kakak senior nya. Sudah satu tahun lamanya mereka berdua dekat.
Dan pria itu sangat baik dan tampan tentunya. Dia idola di sekolah nya. Begitu yang ia dengar...
Dan sudah enam bulan ini Alicia dan kekasihnya jarang bertemu. Di karenakan kekasihnya sudah memasuki kuliah.
Senyum Radika luntur seketika, melihat Cello yang berjalan cepat sambil mengumpat seseorang. Radika mencoba menyapanya, tapi Cello sama sekali tak menyahut. Apalagi melirik dirinya saat berpapasan dengan nya.
Radika berbalik dan mencoba mengejar Cello. Tapi ia berhenti kala melihat Alex juga datang dari arah berlawanan.
"Alex, tuan Cello mau kemana?"
"Saya tidak tau nona..."
Alex menjawab seadanya. Ia malas bertemu dengan Radika. Apalagi harus mengobrol seperti ini. Ia pergi meninggalkan Radika. Ia harus memeriksa berkas di ruang CEO. Ia yakin tuannya tak akan fokus pada lembar kertas di mejanya. Yang tuannya fokus kan kali ini adalah gadis belia itu tentunya.
Radika mengepalkan tangannya. Mungkin saja Cello ingin menyusul gadis sialan itu.
Alicia tersenyum lebar, ia sama sekali tak menaruh curiga sedikitpun, pada pria tua yang dari tadi menemaninya.
Mario masih tak percaya, Alicia sungguh gadis yang polos. Dia sama sekali tak merasa takut ataupun curiga. Bagaimana jika ia orang jahat ? Mungkin saja Alicia tak akan pernah tau niat seseorang.
"Alicia, sering pergi dengan orang asing seperti sekarang?."
Alicia menggeleng kan kepalanya. Ia memang sama sekali tak pernah pergi dengan orang asing. Tidak seperti sekarang, ia berjalan jalan dengan pria tua yang Alicia tak tau, jahat atau tidak.
Selama ini Alicia keluar mension pasti tak tertinggal pengawalnya. Alicia juga tak pandai mengingat jalan pulang. Itu sebabnya ia tak pernah keluar mension.
Hanya sekolah, Alicia bisa keluar masuk sesukanya. Bersama teman temannya, mereka akan mengajari cara memiliki kekasih. Dan cara berciuman yang handal.
Tentu saja Alicia sangat lah antusias. Mereka semua telah merecoki Alicia dengan pikiran mesum mereka.
"Gak Opa...!"
" Siapa nama Daddy dan mommy Alice.."
"Dad_"
Alicia mengatupkan bibirnya melihat Cello datang menyusul mereka.
" Alice..."
Cello datang dengan wajah yang tersenyum manis pada Alicia. Melihat wajah imut Alicia, seketika rasa marah karna cemburu buta hilang terbawa angin.
Alicia mencebikkan bibirnya, ia sebal pada Cello. Saat siang tadi Alicia mengajaknya, tapi tak di hiraukan. Sekarang Cello datang menyusul nya, pasti bersama nenek sihir Radika. Awas aja....
Alicia membuang mukanya dan menggandeng lengan Mario.
"Ayo Opa...."
Mario tersenyum penuh kemenangan, melihat wajah masam Cello.
Cello mengikuti Daddy dan Alicia, gadis itu bibirnya tak berhenti berceloteh. Ia akan menanyakan ini dan itu. Tangannya juga sesekali akan memperagakannya.
Mario juga lupa, baru tadi ia menanyakan siapa orang tuanya.
"Alice... Alice sama Om ya...Opa sakit pinggang nya. Dia tidak boleh terlalu lama berjalan jauh, hmm..."
Alicia berhenti dan mengalihkan pandangannya pada Mario. Benar kata Cello, Mario mungkin capek kesana kemari.
" Opa maaf..."
" Tak apa sayang..."
Mario mengusap kepala Alicia. Ia melirik ke arah Cello, dan menipiskan bibirnya. Cello yang tau itu, ia membuang muka. Malu rasanya, baru kali ini ia bertingkah seperti remaja. Ia yakin Daddy nya sedang menertawainya.
"Kalau begitu Opa pulang, hmm...Kau bilang ingin ke rumah Opa."
Dengan antusias Alicia menjawab iya. Lima hari lagi, libur semester akan berakhir. Itu artinya, ia harus pulang tiga hari lagi.
"Iya Opa..."
Cello menggeleng kan kepalanya. Ia tak habis pikir, kejadian kemarin sore. Alicia benar benar sudah melupakan nya.
" Apa yang kau pikirkan Cello..?" Sebelum pergi Mario menanyakan sesuatu yang ada di pikirannya. Apakah Cello juga merasa dia bukan gadis biasa?.
"Entah lah Dad, Alicia gadis yang misterius. Seperti nya ada yang mencurigakan. Dia jago berkelahi Dad...... Apa mungkin dia putri seseorang yang kita kenal. Tidak mungkin rasanya gadis remaja seperti nya bisa mengenal pergerakan musuh. "
"Ya.... Daddy juga merasa dia bukan gadis sembarangan. Tatapan matanya yang polos, menyembunyikan jati dirinya. Dia bukan gadis biasa Cel..."
"Aku tau Dad..."
Cello masih mengawasi Alicia yang kesana-kemari seperti setrikaan. Gadis itu memang benar-benar aktif.
Alicia mengerutkan keningnya. Dari jauh ia mendengar adanya bahaya. Matanya melirik ke sana kemari. Ia lalu mengambil konde yang berjajar rapi di depannya. Ya saat ini mereka sedang ke ada di tempat wisata berbelanja barang unik.
Mario dan Cello tersenyum lebar saat Alicia berbalik. Kedua pria dewasa ini hanya fokus pada gadis belia, yang menjadi topik pembicaraan mereka. Pikiran mereka berdua sedang menerka nerka siapa Alicia sebenarnya.
Cello mengerutkan keningnya saat melihat pergerakan tangan Alicia.
Jleb....
Klunting
Arkh....
Kedua pria itu menoleh mendengar suara teriakan di belakangnya. Pria itu segera bangkit dan berlari sekencang mungkin.
Cello membalikkan lagi wajahnya ke arah Alicia. Gadis itu sudah tak ada di tempatnya tadi.
"****..."
Cello berlari mengejar Alicia. Gadis itu ternyata mengejar pria tadi. Sementara Mario, pria tua itu seperti mengingat sesuatu.
"Tidak mungkin.... Bukankah William hanya memiliki satu anak. Itu pun laki laki...."
Bukk.....
"Gadis sialan kau tak bisa bersembunyi dari kami nona...."
Cih.... Pria itu berdecih, melihat gadis belia yang menjadi incaran Bosnya.
Ya musuh bebuyutan William. Pria itu ingin memancing apakah gadis itu benar putri William.
Prok... Prok...Prok..
"Rupanya William mempunyai gadis yang sangat cantik. Boleh juga...."
Sekarang giliran Alicia yang berdecih. Ia jijik melihat pria bandot tua menjulurkan lidah pada bibir nya.
Pria itu melangkah lebih dekat lagi pada Alicia. Tangannya terulur ingin menyentuh pipi mulus Alicia.
Argh....
"Jauhkan tangan kotormu pada kekasihku..."
"Kau..."
Buk...
Uhuk Uhukkk
Pria tua itu seketika memuntahkan cairan kental dari mulutnya. Alicia hanya diam di tempatnya berdiri. Ia teringat nasihat Daddy nya. Jika ia harus berhati-hati di luar. Banyak sekali musuh Daddy, entah itu dari bisnis atau dari klan nya.
"Sayang, Daddy tidak bisa membiarkan mu pergi."
"No Dad... Bukankah Daddy sudah berjanji mengijinkan Alice liburan kesana. Alice bisa jaga diri Dad. Putri Daddy kan pintar dan lebih cerdik tentunya Ok... Ayolah Dad Alice ingin pergi liburan. Daddy gak sayang Alice... "
Akhirnya William mengijinkan putrinya keluar mension untuk pertama kalinya. Melihat mata bulatnya yang berkaca-kaca, William tak tega. Apalagi Alicia ingin tau, bagaimana rasanya berjauhan dari Daddy dan mommynya.
Updated 165 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
habis Alice gaya dadynya banget
2022-06-16
5
Jade Meamoure
wah dah mulai ketahuan dia putri daddy William
2022-06-13
4
Pia Palinrungi
lanjut thor..
2022-06-21
1