Pengganggu
Alicia bersorak kegirangan, ia seperti burung yang terlepas dari kandang nya. Melihat sang kakak cek out meninggalkan dirinya.
Alice akan memanfaatkan kesempatan ini. Ia akan berkeliling kota. Tak ada Daddy yang selalu melarang nya. Dan tak ada mommy yang selalu cerewet.
"Ah akhirnya aku bebas juga.."
Bruk....
"Aw... Sialan."
Alicia meringis menahan nyeri di bokong nya. Ia mendongak melihat siapa yang baru saja ia tabrak.
"Ish... Dasar tembok, ga liat apa ada cewek imut jatuh, ga di tolongin... Ah sial sakit kan." Gumamnya.
"Om... Jalannya pakai mata Ok."
Nada cempreng khas Alicia membuat mata semua orang mengalihkan pandangannya. Wanita yang bersama dengan pria yang menabraknya melirik sinis. Bocah ini berteriak sesuka hati, tidak tau siapa yang di teriakinya.
"Apa, aunty akan membela suaminya begitu. Jelas jelas dia yang salah. Ih...... Sakit bokong aku nih cium lantai."
Radika melotot tak percaya dirinya di panggil aunty. Tapi tak lama kemudian ia tersenyum tipis. Bocah kecil itu mengira dia istrinya.
" Dia bukan istri ku..."
Hah...
Alicia terlonjak kaget, pria itu seperti hantu saja. Suaranya sangat seram...
" Oh ya ampun Alicia, suaranya tak seperti orang nya."
Alicia menggeleng, hampir saja ia mengira jika pria ini buta. Mata dan wajahnya sama sekali tak menunjukkan jika pria ini melihat.
Radika tersenyum kecut, baru saja ia bangga di kira istrinya, dan senyum itu sirna seketika lantaran nada penolakan dari pria di sampingnya.
Alicia menyipitkan matanya, ia lalu berbalik dan pergi begitu saja. Tak perduli dengan orang orang aneh menurutnya.
"Ish..... Sakit bokong aku nih ah, awas saja gue laporin sama Daddy di hajar tuh dah si Om."
Sepanjang jalan Alicia menggerutu bibirnya. Bukannya ia senang bisa bebas, justru malah bertemu dengan orang aneh.
"Waow.... Keren abis,"
Alicia buru buru mengambil ponselnya dan crek crek. Ia berselfi ria tak perduli pandangan orang yang menatapnya aneh.
Sementara dari jauh seorang pria dewasa sedang mengamati gadis tersebut. Entah kenapa ia ingin melihat gadis itu. Ia menggelengkan kepalanya.
"Jalan..."
Assisten nya menekan pedal gasnya lagi, meninggalkan bandara dan sekitarnya.
Alicia masuk ke dalam kafe dan dia mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong.
Ia duduk sambil memainkan ponselnya berbalas pesan dengan teman temannya di sekolah.
"(Hi beautiful, may I sit here)"
Alicia mendongak melihat siapa yang mengganggunya.
" Sorry just looking for another one"
Byurr....
" Sorry.."
Pelayan itu ketakutan, melihat dirinya tanpa sengaja tersandung kaki. Otomatis minuman yang ia bawa tumpah.
Pria itu marah, wajahnya merah padam. Dan Alicia, ia cekikikan dengan ulahnya. Ia sengaja menjegal langkah pelayan yang lewat di sampingnya. Kakinya dengan gesit menjegalnya, alhasil nampan yang berisi minuman tumpah ke wajah pria yang bersamanya.
Dari sebrang meja seorang pria tersenyum tipis, ia melihat bagaimana gadis itu menjegal seorang pelayan.
"Unik...."
"Ya tuan..."
Cello menatap datar wajah cantik sekertaris nya itu. Ia tak menggubris ucapan Radika.
Ya pria yang di tabrak Alicia adalah Cello. Andhara Marcello putra Mario dan Rubi Felisa.
Pria misterius, sekaligus pria terpopuler dengan Bisnisnya. Tak ada yang tau Cello pemimpin Red blue. Yang semua orang tau jika Red Blue hilang bersama dengan Sean William yang membubarkannya.
Itu sebabnya musuh dari Red Blue, ingin menguasai daerah kekuasaan Red Blue. Tapi ternyata usaha mereka tak ada yang membuahkan hasil.
Cello makan sambil sesekali matanya melirik ke arah gadis berkuncir kuda.
" Hay kawan, sebaiknya bersihkan dulu wajahmu." (Anggap saja bahasa Inggris ye Mak🤣)
Alicia menunjuk wajah kacau pria di depannya ini. Dan pria itu beranjak pergi mencari toilet. Ia mengumpat pelayan yang ceroboh.
Alicia bertepuk tangan ringan, makanan yang di pesan nya sudah tersaji di meja. Dan pria brandal itu ingin membuat nya tak berselera.
Alicia makan dengan lahap, ia bahkan tak menghiraukan tatapan mata lainnya. Hari ini memang ia harus makan banyak. Agar jalan jalannya tidak terganggu dengan perut yang keroncongan.
Brakk..
Alicia terlonjak kaget, saat tiga remaja menghampirinya. Saat itu juga selera makannya hilang. Padahal belum ada separuh nya Alicia makan. Tapi sudah ada yang mengganggunya.
Mungkin ini yang Abang nya takutkan, jika ia sendiri di Negri orang. Cih... Alicia tak kenal takut. Jika mati ya mati saja, kan sudah ajal.
"Nona kau mencari sesuatu?"
" Ada hubungan apa kau dengan Alvir"
Alicia mengangkat sebelah alisnya, ia lalu tersenyum miring. Mungkin saja wanita ini kekasihnya.
"Tanyakan saja pada kekasihmu, dia lebih dulu yang menggoda ku. Dan dia juga bilang dia sudah bosan denganmu."
"Kau.."
Wanita itu hendak melayangkan piring yang masih terisi dengan pizza jumbo pesanan nya.
Prang...
Sebelum piring itu menyentuh dirinya seorang pria lebih dulu menangkisnya. Alicia yang melihat itu, menipiskan bibir mengejek wanita itu.
"Honey..."
"Kau tak apa apa?"
Alicia memasang wajah sedihnya. Wanita itu melotot kan matanya tajam. Ia mengepalkan tangan melihat gadis berkuncir kuda sedang berakting di hadapan kekasihnya.
"Kau.."
"Stop Grisella, kau kekanak-kanakan ....." Ia lalu meninggalkan mereka semua. Dan berjalan menuju parkiran motor nya.
Kepergian Alvir, Grisella menatap wajah sok lugu milik Alicia. Sementara Alicia, tak memperdulikan tatapan penuh kebencian dari wanita itu.
Tiba tiba....
Bruk...
"Oh ****...Sialan.."
Bokong yang baru saja sembuh dari linu sekarang di tambah lagi. Grisella dengan gesit mendorong tubuh kecil Alicia. Alicia yang tak siap pun terdorong dan jatuh.
Sementara pria di sebrang meja mengepalkan tangannya geram. Ia bangkit hendak melangkah maju menolong Alicia. Tapi tak lama kemudian...
Brakk....
"Aw... Brengsek.."
Alicia tersenyum penuh kemenangan, wanita itu terjengkang kebelakang. Saat Alicia melemparkan kursi tempat duduknya ke arah nya. Alicia bangkit dan teman dari wanita itu mencoba menyerangnya.
Brakk... Prang....
Buk... Buk....
"Aw..."
Alicia menendang meja dan dengan gesit kakinya menendang wanita yang hendak mengeroyoknya.
Cello tersenyum miring, ia tak menyangka, jika gadis yang kelihatannya seperti bocah itu jago berkelahi.
Cello masih diam di tempatnya duduk. sementara Asisten nya Alex melirik ke arah tuannya. Dan Radika, wanita itu tak percaya jika gadis cilik berkuncir itu jago berkelahi.
Alicia mengusap bokongnya yang nyeri. Ia mengumpat, sungguh hari ini adalah hari teraial untuk nya.
Ia lalu meraih tas dan hpnya lalu meninggalkan kafe.
"Uh nyebelin, baru aja bisa merasakan udara bebas. Sudah banyak yang recokin Alice."
Cello mengulurkan kartu tanpa batas untuk membayar kerugian, yang gadis itu timbulkan. Ia lalu pergi di ikuti dengan asisten dan sekertaris nya. Kebetulan hari ini mereka baru saja sampai.
Updated 165 Episodes
Comments
Tjitjik Juni Supriyati
Haaaahhh keturunan inka (Alice) kyk nya penuh masalah lagi dech kyk inka waktu muda.
2022-06-15
3
@lies
Bagas g ad dlm cerita lg
2022-06-15
3
Rika Baril
apa Alice akan jadi pasangan nya cello ya
2022-06-20
1