Alicia Deandra
Dor.....
Argh...
"Jangan berani membohongiku pak tua, dimana kau sembunyikan bajingan itu."
"Sumpah saya tak melihat nya tuan, "
"Benarkah, kau tak melihatnya. Lalu bagaimana dengan putri mu yang cantik pak tua."
Mata pria tua itu melotot tak percaya, pria di depannya tau jika dia juga punya seorang putri.
"Jangan bawa bawa putri saya tuan, dia sama sekali tidak tau apa apa...... Ranvir pergi ke dermaga dia akan menukarnya dengan tuan Jung."
Pria itu melirik kan matanya pada anak buahnya. Dan mereka tau, segara pergi ke dermaga seperti yang pria itu katakan.
Rupanya Ranvir mencuri salah satu aset berharga milik kelompok nya dan akan menukarnya dengan uang. Ia tau siapa tuan Jung. Mungkin saja Ranvir tergiur dengan iming-iming yang di berikan Jung kepada Ranvir.
Ya Ranvir adalah salah satu anggotanya dan dia telah berhianat, dengan mencuri dokumen pembuatan senjata milik nya. Baginya penghianat tak boleh di pelihara di muka bumi ini.
Pelabuhan A
Ranvir berlari dan bersembunyi di balik kapal nelayan. Ia mengumpat Jung yang katanya akan bertemu di sini dan mengambil kertas yang ia bawa. Tapi nyatanya sudah satu jam lamanya ia menunggu pria tua dan sipit itu belum menampakan hidung nya.
Justru saat ini ia sedang bersembunyi, karna ia yakin pemimpinya saat ini tau jika dia berhianat.
Click
"Mau bersembunyi di lubang semut sekalipun, aku tetap akan menemukanmu." Suara Bas dan dingin menyapa gendang telinganya.
Ranvir menelan ludahnya cekat, mendengar bunyi senjata yang siap mengeluarkan timah panasnya. Begitu juga dengan suara yang sangat di kenalnya.
Dor...
Bruk...
Anggota yang melihatnya bergidik ngeri. Sama sekali pimpinannya tak mendengar bagaimana Ranvir mau mencuri.
Ia lalu mengambil kertas tersebut dan menendang tubuh tak bernyawa itu ke laut.
Byurr...
"Jung usahamu hanya akan mengantarkan mu pada kematian." Gumamnya meremas kertas di tangannya.
Tak lama kemudian ia pergi meninggalkan dermaga, diikuti lima anak buahnya.
Sepuluh tahun yang lalu ia membangun markas besar miliknya. Dan dia juga sudah meminta izin pada pimpinan terdahulu jika ingin membangun markas di Las Vegas. Dan beliau tak keberatan, baginya itu sudah menjadi tanggung jawab nya. Dari situ ia juga mulai merintis usaha. Semua itu tak luput dari dukungan seseorang yang sangat berarti bagi nya.
Tap tap tap
Tak ada yang berani mengangkat kepalanya, baik pria maupun wanita. Sudah lebih sepuluh tahun lamanya, mereka semua seolah di buat senam jantung, jika CEO perusahaan besar di kota Las Vegas datang menggantikan CEO yang dulu.
"Apa agendaku hari ini..."
"Jam sepuluh nanti ada meeting bulanan tuan. Dan jam dua siang nanti investor asing akan datang menemui anda di taman kota tuan,"
Sekertaris CEO bernama Radika berjalan menyamai langkah lebar CEO. Kakinya yang jenjang masih tak bisa menyamai langkah lebar pria yang di sebut nya Bos.
Amber Radika wanita cantik bertubuh proposional yang bekerja sebagai sekertaris, hampir lima tahun lamanya. Ia juga sudah lama menaruh hati pada pria dingin dan kaku itu. Sama sekali perhatian dan perjuangannya selama ini tak diliriknya sekalipun.
Tapi Radika tak berkecil hati, ia yakin suatu saat pria itu akan meliriknya.
*
"Bang...." Lengkingan suara nyaring dan cempreng seorang gadis membuatnya menjadi bahan tontonan.
"Ais.... Kenapa aku punya adik kaya kamu sih. Tidak usah berteriak juga aku tau kamu, dasar"
Pria yang beranjak dewasa itu menonyor kepala adiknya. Sore kemarin sang Daddy menelponnya, agar menjemput sang adik di bandara.
Cup...
"Kangen..."
"Ish.."
Jika orang yang melihat mereka berdua, pasti berpikir mereka adalah sepasang kekasih. Padahal mereka sedarah.
Hap...
"Aku capek bang sumpah, kaki aku kesemutan"
Sang kakak hanya menggeleng, dia sudah tau tabiat adiknya. Manjanya luar biasa. Itu karna sang Daddy yang memperlakukannya seperti putri.
Ia menggendong sang adik menuju mobil yang sudah sejak tadi menunggu nya.
"Bang Xanders udah punya cewek. Apaan sih sakit tau."
Ya kakak beradik itu adalah kedua anak dari pasangan Sean William dan Inka Riana. Gadis itu terkena jitakan oleh sang kakak.
"Besok Alice mau pergi ke Taman kota. Abang juga kan, di sini juga cuma sebentar."
"Gak... Kamu gak boleh kemana mana selain dengan Abang. Awas saja kalau kabur. Lagi pula Abang sebentar lagi mau balik ke Jerman, jadi jangan macam macam di sini."
"Ish... Gak seru Abang," Bibir Alice mencebik, ia sebal dengan kakak nya yang gak mau di ajak kompromi. Lagi pula Daddy nya gak ada di sini. Jadi dia bebas jalan jalan. Tidak seperti di mension, ini tak boleh itu tak boleh dan akhirnya Alice suka kabur demi keingin tahuannya.
Hari libur sekolah rupanya di manfaatkan oleh gadis berambut hitam itu. Ia menyusul sang kakak ke mari. Alasannya karna rindu dengan kakak nya. Yang sebenarnya adalah Alice mau menonton drama musikal yang dua hari lagi tampil di Las Vegas.
Sebagai anak remaja jika di sekolah, temannya suka bercerita ini dan itu
Yang membuatnya semakin penasaran.
"Abang tinggal di apartemen sendiri bang..."
"Gak dengan kamu.."
Alice mencebik, kakak nya ini sama seperti Daddy nya kaku.
Walau usia mereka terpaut hampir dua tahun. Tapi perbedaan keduanya mencolok.
Xanders yang tinggi seperti William dan Alice yang mungil seperti mommynya lebih mungil malah. Dan satu lagi, jika mommynya lemah lembut.Tapi tidak dengan Alice yang pecicilan.
Gadis kecil itu suka sekali bikin onar, baik di mension maupun di sekolah. Tubuhnya yang kecil memang suka menipu lawan.
"Wah bang kamarnya sama kayak punya Alice di mension."
Tentu saja sebelum Alice datang, sang Daddy lebih dulu merubah salah satu kamar di apartemen, persis seperti yang ada di Mension.
"Ah nyamannya..."
Tak lama terdengar dengkuran halus. Xanders menggeleng kan kepalanya. Adiknya ini memang feminim tapi terlewat feminim. Dia bilang ini gaya kekinian. Jika sang mommy akan protes, lain dengan sang Daddy. Apapun yang di lakukan Alice, Daddy nya tak keberatan yang penting bisa menjaga diri.
Xanders mengambil selimut dan menyelimuti adiknya. Ia sangat sayang dengan adik semata wayangnya. Biarpun suka bikin ulah dan menjengkelkan, tapi tak mengurangi rasa sayang nya.
Baru dua hari ia datang kemari, Daddy nya menghubungi lagi jika Alice menyusulnya. Padahal ia datang ke Las Vegas hanya seminggu.
Waktu berlalu begitu cepat, Alice merengek masih ingin di sini. Ia ingin melihat dunia luar.
"Dad Alice masih ingin di sini.."
"......"
"Ya baiklah..."
Huh.... Mau tak mau ia meninggalkan sang adik di sini. Sudah lima hari lamanya ia harus segera kembali lagi ke Jerman, dan berkuliah tentunya. Xanders memang berkuliah di Jerman, dia tinggal di Mension mewah peninggalan kakeknya Albert.
Updated 165 Episodes
Comments
epifania rendo
jodohnya cello
2022-07-26
0
Venny Nora
Jangan2 jodoh Alice si Cello
2022-06-23
4
Joey Joey
🤣 🤣 🤣 🤣 🤣 🤣 🤣 Ini xender ma adik nya
2022-06-23
2