Menjenguk Clarisa
Siska terduduk lemas, ini seperti mimpi baginya. Setengah jam yang lalu ia baru saja menikah. Di hotel tempat Alves menginap, satu jam yang lalu ia datang ke hotel ini.
Dan Siska di paksa berganti baju dengan kebaya. Siska tak tau untuk apa yang jelas, ia hanya menurut saja. Pikiran nya tentu Alves tak akan menjualnya pada pria hidung belangkan. Siska berpikir jika Alves akan menjualnya tentu saja pakaian yang harus ia pakai adalah pakaian minim, bukan kebaya.
Setelah keluar dari kamar Siska di buat shock mendapati empat pria. Yang di yakini penghulu, saksi dan Alves tentunya.
Alves mengundang penghulu dan dua saksi untuk menikah kan dirinya dan Alves.
Siska mendesah kasar, pernikahan yang sangat ironi. Sangat jauh dari kata layak menurutnya.
Clek...
Siska mengalihkan pandangannya pada pintu masuk. Dilihat nya pria sudah memakai baju yang lain.
"Maaf, gantilah pakaian mu. Kita akan terbang ke Jerman malam ini juga?"
Siska di buat shock untuk kedua kalinya, ia masih bergeming tak sedikitpun berniat mengganti pakaiannya.
" Siska mengerti lah, kita akan ketinggalan pesawat terbang jika kau menunda_."
"Kenapa aku harus menuruti kata kata mu, siapa kau bagiku. Pernikahan kita itu salah, dan tidak seharusnya terjadi. Aku tidak mengenalmu begitupun sebaliknya, kau tidak mengenalku. Kita berdua itu orang asing?
Kau melakukan satu kesalahan padaku. Dan aku tak menuntut mu. Lalu kenapa kau melakukan ini padaku,?"
Siska lebih dulu memotong perkataan Alves dengan perasaan menggebu.
"Aku tidak mungkin membiarkan anakku terlantar denganmu, kau pasti tau maksudku?...
Hidup mu sudah susah, bagaimana cara nya kau akan menjamin kehidupan anakku..?"
"Kau.. Kau memang pria brengsek yang pernah aku lihat."
"Ganti bajumu atau aku yang akan menggantikan bajumu.?"
Siska segera menyambar paperbag yang ada di tangan Alves. Ia segera berlari menuju kamar mandi.
Siska mengerutkan keningnya, saat mobil yang membawa berhenti di depan Mension mewah Sean William.
Ia menolehkan wajahnya menatap Alves, seolah bertanya.
"Kita akan berpamitan dengan mereka, aku dan Sean adalah saudara.?"
Alves menatap Siska yang masih tak bergeming sedikitpun.
"Setelah malam itu aku mencarimu, aku memang pria pengecut. Kupikir kau wanita yang akan menemani ku malam itu. Saat itu aku juga tau, itu yang pertama bagimu. Dan aku memang berniat mengejar mu malam itu. Tapi sayang nya aku kehilangan jejak mu.....
Dan Sean tau saat kau datang kemari untuk menemui istrinya. Saat itu juga ia mencari siapa yang merebut mahkota mu. Kau tau dia menghajarku saat tau akulah orang nya."
Alves mencoba memberikan pengertian nya pada Siska jika itu adalah benar adanya. Dia sungguh ingin bertanggung jawab. Meskipun ada dan tanpa bantuan William.
"Ayo turun kita akan terlambat..?"
Inka memeluk sahabatnya itu, sungguh ia juga geram mengetahui bahwa Alves lah orang nya.
"Maafkan aku Sis..."
Inka merasa bersalah atas kejadian tersebut. Ia tak bisa menghadiri pernikahan mereka. Siska pasti sangat terpukul dengan kejadian ini.
"Ka ternyata kita saudara..."
Siska mencoba mencairkan suasana hatinya sendiri. Ia tak mungkin menyalahkan orang lain.
" Terima kasih atas bantuannya, aku dan Siska akan terbang ke Jerman malam ini."
Inka melepaskan pelukannya pada Siska. Ia masih belum percaya jika Siska menikah dengan Alves. Dan sekarang mereka akan pergi meninggalkan Indonesia.
" Ya memang seharusnya kau tak disini."
Sean melirik ke arah Alves, yang di lirikpun balas melirik nya.
"Bisakah aku melihat Xanders terlebih dahulu Ka.."
Inka mengangguk, membawa Siska ke kamar putranya. Setidaknya Inka masih bersyukur, satu putranya selamat. Sudah lebih dari empat tahun lamanya ia menantikan kehadiran buah hatinya. Dan dengan kejadian penculikan itu tentu saja membuat ketakutan tersendiri.
Sampai sekarang saja Inka masih suka menangis, kenapa putranya yang lain harus pergi...
Inka tak ingin berlarut larut dalam kesedihan. Tuhan masih sayang padanya, masih memberikan kepercayaan nya dengan satu putra.
"Hallo sayang nya aunty..."
Baby Xanders masih terlelap dalam tidurnya, ia bahkan lebih nyenyak kala Siska mengelus puncak kepalanya.
"Ka.. Gue gak nyangka kalau kita akan berpisah jauh. Padahal gue pengin temenin Lo ke mantan mertua Lo...."
Siska terkekeh kecil..
"Lo harus tunjukan Ka, Lo tuh gak mandul. Hamil Lo tuh beneran. Biar kapok tuh nenek sihir..Dan lagi Lo harus tunjukan pada mantan suami Lo juga, kalau Lo bisa bahagia tanpanya...
Apa Lo udah tau jika Clarisa sakit dan dia depresi."
Ha...Inka kaget, ia pikir Clarisa hanya sakit biasa waktu itu karna keguguran. Inka menggelengkan kepalanya tidak tau. Siska menghembuskan nafasnya perlahan.
" Sudah berbulan bulan Clarisa di rumah sakit jiwa. Aku dengar ayahnya juga di penjara karna telah membunuh tuan Robert. Dia adalah selingkuhan Clarisa,.."
Inka melongo mendengar penjelasan Siska.
"Mungkin ini yang Bagas sesalkan Ka... Dia membuang berlian dan memungut batu waktu itu. Aku pikir dia hidup bahagia bersama Clarisa. Ternyata Clarisa melakukan kesalahan sejauh itu.?
"Kita harus segera pergi,"
Lamunan Inka buyar mendengar suara Alves. Ia melihat suaminya tak seperti biasanya, apa suaminya tau jika ia dan Siska baru saja membicarakan tentang Bagas.
*
"By.. Kau tau keadaan Clarisa.?"
Sean masih tak bergeming, memandang wajah cantik alami istrinya. Sean tau istrinya itu hanya ingin tau. Sean yakin bahwa istrinya itu mencintai nya dan membuang nama Bagas di dalam hatinya.
"By, bolehkah aku menjenguknya, hanya sekali saja."
"Clarisa ada di rumah Bagas,"
Inka menautkan kedua alisnya, bukankah tadi Siska bilang ada di rumah sakit.
"Bagas membawanya pulang ke rumahnya, dan berencana merawatnya di rumah...
Tidur lah Baby kita akan menjenguknya besok pagi, hmm..."
Inka mengangguk dan menarik selimut tebal nya. Begitu juga dengan Sean ikut masuk ke dalam selimut merengkuh tubuh mungil Inka.
Cup.. Cup..
"Malam Baby.."
*
Deg..
Bagas mematung di tempatnya berdiri, ia pikir siapa yang pagi pagi bertamu di rumah nya. Inka mantan istrinya datang kemari dengan suaminya.
"Kak Bagas, bolehkah aku bertemu dengan Clarisa. Maaf aku dengar Clarisa sakit.."
Bagas masih bergeming di tempat nya berdiri, tidak mempersilahkan mereka masuk.
Bagas menghembuskan nafasnya perlahan, masih saja sesak itu ada. Padahal ia mencoba untuk ikhlas dan tulus telah melepaskan Inka.
"Istri ku tidak akan pernah kembali lagi padamu. Dia datang ke mari hanya untuk menjenguk Clarisa."
Sean bersungut-sungut, ia masih saja tak rela jika Bagas memandang istrinya.
"By.."
Inka mengusap lengan suaminya, ia tak mau ada perdebatan lagi. Inka juga sangat merasa bersalah saat Sean menembak tangan Bagas, untung saja peluru itu meleset.
"Ya, dia ada di kamar tamu."
Bagas mundur dan memberi akses pada mereka berdua.
"Mas Bagas.."
Clarisa melotot tak percaya melihat wanita itu datang kemari.
"Wanita sialan, kau akan merebut mas Bagas dariku begitu. Pergi dari sini... Brengsek.?"
Clarisa berontak mengambil gelas di atas meja dan melemparkannya pada Inka.
Prang....
Updated 165 Episodes
Comments
Eli sa,adah Elsa
lanjuttt thorrr
2022-07-03
0
Nurul Hidayati
bloon ma naif beda tipis
2022-06-12
10
Umi Ningsih Mujung
😍😍😍😍
2022-05-28
6