Duel
Jleb...
"Argh.."
Rubi menolehkan kepalanya pada orang yang melemparkan pisaunya. Inka sendiri membuka matanya perlahan, mendengar suara teriakan Rubi. Inka membekap mulutnya dengan kedua tangannya, ia lalu menoleh siapa yang menolongnya.
"Kau...Sheet.."
Inka gemetar ketakutan kala melihat orang yang sama, pria bertopeng itu yang melemparkan pisaunya pada Rubi.
" A_apa yang kau lakukan.. " Rubi bergetar hebat menahan sakit di telapak tangannya. Darah segar mengalir dari tangan nya, dan pisau tajam dan runcing itu masih menancap di tangan Rubi.
Sementara pria bertopeng itu, mengalihkan pandangannya pada Inka. Ia melihat darah yang keluar dari ************ wanita itu. Ia tersenyum misterius, Sean pasti akan menyerahkan Red Blue miliknya. Sean tak mungkin membiarkan istrinya, berakhir bukan..
" Tuan, kenapa..?"
" Jangan sekali kali kau menyentuh nya,?"
"Argh.."
Rubi merasakan panas di kepalanya, rambutnya di Jambak kuat oleh pria bertopeng itu.
*
Dari celah jendela, Mario melotot kan matanya melihat sosok yang bercumbu dengan pria asing. Ia mengepalkan tangannya, giginya gemerutuk menahan amarah yang siap meledak.
Dia juga melihat wanita yang tergeletak begitu saja di lantai dingin. Inka, wanita tak berdaya itu pucat pasi. Mario segera bersembunyi lagi kala melihat dua pria berpakaian hitam. Mungkin saja mereka adalah anak buahnya.
Mario mengedarkan pandangannya mencari celah masuk ke dalam sana. Tak mungkin ia akan berteriak memaki istrinya, yang ada dia akan berakhir dulu sebelum memberi pelajaran pada istrinya. Mario segera pergi ia mencari celah masuk ke dalam kamar. Matanya sesekali melirik ke arah kanan dan kiri. Ia tau tempat ini adalah sebuah jebakan.
" Lepaskan dia, atau aku akan menembak mu.."
Sean melepaskan pisaunya dari salah satu temannya.
Prok...Prok.. Prok..
"William, aku tau kau pasti akan datang menjemput istrimu.."
Sean membalikan badannya pada pria yang baru saja bicara. Sean tersenyum miring, melihat pria yang dulunya pernah menjadi kaki tangan ayahnya. Lincoln, pria itu tak lain adalah orang kepercayaan sang Daddy nya Albert.
Albert telah menjadikan Lincoln sebagai bawahan nya. Tapi entah mengapa semenjak Sean membentuk Red Blue, Lincoln menginginkan tahtanya. Ia memanipulasi semua orang bahkan keluarga nya hanya untuk menjadi ketua Red Blue.
Tentu saja Sean tak akan menyerahkan organisasi yang telah menjunjung namanya. Sehingga Lincoln memperdayai orang dalam.
"Apa kau hanya bisa bersembunyi di balik topeng mu saja.." Hina Sean.
Mendengar itu semua Lincoln mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan amarah. Sean telah menghinanya...
"Jangan senang dulu Sean, cepat tanda tangan di sini.."
Lincoln melemparkan berkas pada Sean, Sean hanya melirik nya saja tanpa mengambil atau menyentuh sedikitpun.
"Kau masih tidak ingin menanda tangani nya Sean.."
Lincoln tersenyum miring, ia lalu menyalakan televisi berukuran besar di sampingnya.
Tak...
Mata Sean memanas melihat wanita tergolek tak berdaya di lantai dingin. Ia mengepalkan tangannya melihat istrinya sesekali meringis memegang perut bagian bawahnya. Dan darah yang mengering di kaki Inka.
Dada Sean naik turun, nafasnya memburu menahan emosi yang memuncak.
"Lepaskan istri ku.." Nada lemah hampir utus asa di tunjukan Sean. Lincoln tertawa terbahak bahak mendengar permohonan Sean.
Ternyata wanita itu adalah kelemahan William..
"Apa imbalannya..."
"Red Blue..." Jawab Sean, ia tak kuasa melihat istrinya menderita, apapun akan Sean berikan termasuk harta, tahta asal istrinya baik baik saja.
Inilah yang Sean takutkan mereka akan mengincar istrinya, meskipun Red Blue miliknya tapi Sean berat harus melepaskan Red Blue pada orang lain. Banyak yang bergantung pada nya.
Sean masih melihat istrinya di layar televisi, seketika semangatnya berkobar. Sean terkekeh kecil mencoba untuk mengalihkan Lincoln dan anak buahnya. Sean tau istrinya baik baik saja...
"Kau yakin bisa mengambil Red Blue dari ku Lincoln.. Aku rasa, kau tak pantas menjadi pemimpin mereka. Apa lagi Red Blue sudah terbiasa dengan ku, apa kau yakin bisa menggantikan posisi ku..." Nada menghina di tunjukan Sean...
"Brengsek kau Sean.."
Dor....Dor.... Dor..
Lincoln terhenyak di tempatnya, ia tak menyangka Sean akan segesit ini. Ia mundur perlahan, dan
Buk...Prang...
Lincoln terpental dan membentur meja kaca. Lincoln bangun menyeka sudut bibirnya yang pecah. Ia menatap sengit Sean William, ..
"Ku pikir kau sudah menyatu dengan tanah lima tahun lalu, rupanya aku sendiri yang harus menyingkirkan mu."
"Brengsek..."
Perkelahian antar keduanya pun terjadi, Sean membabi buta memukul menendang Lincoln. Ia sangat murka melihat istrinya tak berdaya dengan keadaan perut buncitnya. Mengingat itu lagi, Sean tanpa ampun menghajar Lincoln.
*
Mario menyelinap masuk ke dalam kamar di mana Inka berada. Ia terkesiap melihat Kenzo dan Alves sedang berduel dengan bawahan pria bertopeng itu.
Rubi meringis merasakan nyeri di tangannya, ia menatap benci pada Inka. Pria itu tak memberinya kesempatan menghabisinya. Dia bilang Inka adalah pion untuk nya. Rubi sendiri tak tahu kenapa Inka di biarkan hidup. Rubi tak tau jika Lincoln memanfaatkan Inka untuk mengelabuhi Sean, agar mau menandatangani berkas penyerahan Red Blue padanya.
Jika Inka lebih dulu meregang nyawa, tentu saja Sean tak mau menyerahkan Red Blue padanya. Dan tak jauh beda, ternyata usaha Lincoln sia sia. Sean William tak akan mudah menyerahkan miliknya pada orang lain. Meskipun tadi dirinya sempat merasakan sakit yang luar biasa melihat keadaan istrinya. Tapi Sean bukanlah orang yang bodoh.
Sean lebih dulu menekan cincin yang tersambung pada bawahannya dan Kenzo. Sean juga telah menumpas semua antek antek Lincoln terlebih dahulu. Sebelum mencabut akarnya, bukankah harus menebang ranting nya terlebih dahulu.
Rubi tersenyum miring, ia melihat ke arah pria yang sedang berduel dengan bawahan Lincoln. Rubi mencabut pisau yang masih tertanam di tangannya. Rubi harus menekan rasa nyeri tak ada kesempatan lagi. Dirinya harus menyingkirkan perempuan kampung itu. Jika dia harus berakhir maka Inka juga harus berakhir bersamanya.
"Em..." Rubi menekan sakit yang luar biasa, tekatnya sudah bulat.
Inka terkesiap melihat Rubi berjalan ke arahnya, tangan kirinya memegang pisau dan tangan kanannya mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.
Inka beringsut mundur, tangan nya membekap perutnya melindungi dua jagoannya. Matanya waspada melihat kiri kanan mencari sesuatu. Ia harus melawan Rubi tak ada yang akan membantunya.
Tangannya meraih dengan cepat kursi di samping nya dan mengayunkan pada Rubi.
Brak...
Rubi terhuyung ke samping kala kursi menghantam kakinya.
"Brengsek.."
Tring...
Pisau yang di lemparkan Rubi ke arah Inka terpanting jatuh ke lantai. Rubi menolehkan wajahnya begitu juga dengan Inka melihat siapa yang menolongnya.
"Kau.."
Hai jangan lupa tinggalin jejak 😘
like dan komen nya serta beri VOTE 😁
Updated 165 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
mario.sadarlah rubi hanya menfaatkanmu..hancurkan rubi selamatkan inka
2022-06-20
5
Dwi Apriyanti Ningsih
deg2an bacanya
2022-06-20
0
Fay
💪💪💪
2022-06-18
2