Pasrah
Ha ha ha Rubi tertawa terbahak bahak mendengar permohonan Inka.
Duk...
Inka meringis merasakan betapa panas dan sakitnya perutnya di tendang oleh Rubi.
Sementara pria bertopeng yang sedari tadi melihatnya, tak memberikan respon sedikit pun. Ia lalu berbalik pergi meninggalkan Rubi dan Inka di kamar bernuansa hitam.
Mata Inka berkaca kaca, sudah sekian tahun dirinya menantikan kehadiran buah hati. Dan sekarang dia sedang dalam bahaya.
" Tuhan tolonglah mereka..." Doa Inka dalam hati kecilnya.
Inka melihat Rubi memegang pisau tajam, ia membolak balikan pisau itu. Apakah aku akan berakhir dengan kedua anakku disini.?
"Kumohon jangan lakukan itu.... kasihanilah mereka." Disisa sisa kekuatannya Inka membekap perutnya melindungi bayi nya.
"Sean tidak boleh memiliki keturunan dari perempuan lain selain aku tentunya.."
Inka menggelengkan kepalanya, tidak mungkin Rubi akan melenyapkan anaknya.
Inka memejamkan matanya kala Rubi mengayunkan pisaunya pada perut nya.
Jleb...
"Argg..."
*
Mario mengikuti mobil hitam yang di yakini milik Rubi. Ya beberapa hari yang lalu ia membelikan Rubi mobil. Dan ia sangat yakin itu mobilnya.
Mario menakutkan kedua alisnya, " untuk apa Rubi datang kemari,"
Lama Mario bersembunyi di dalam mobil, ia harus mencari tempat untuk menyimpan mobilnya. Tak mungkin dia akan mengikuti istrinya masuk ke dalam sana menggunakan mobil.
Gedung tua dan Mario yakin gedung itu sudah tak berpenghuni.
Mario bersembunyi kala mendengar suara kaki, ia mengintip dari persembunyiannya. Banyak pria memakai baju yang sama, siapa mereka dan ada hubungan apa Rubi dengan mereka.?
Mario melihat di sekitar lokasi seperti nya akan sulit masuk ke sana.
Mario berjinjit memasuki gedung itu, sesekali ia menoleh ke kiri dan kanan.
Mario menautkan alisnya, di dalam sini sangat bersih. Dan sepertinya gedung ini sengaja di buat demikian, dari luar terlihat kotor dan seram. Saat masuk ke dalam gedung ini layak di katakan rumah yang bersih.
Ia mencoba berjalan lagi menyusuri lorong, di mana istrinya berada. Ia yakin Rubi ada di dalam sini.
Sementara di sudut lain nya, Sean sedang melumpuhkan lawannya. Sean menyerang mereka membabi buta. Sean tak memakai pistol nya, ia menebas kepala mereka dengan pisau tajam miliknya.
Sean tak akan memberi ampun pada siapa saja yang mencoba menyentuh miliknya.
Satu persatu ia melumpuhkan lawannya..
Sret...
"Arg..." Darah segar memuncrat ke wajahnya, Sean mendorong tubuh itu dan matanya melirik cctv. Sean mengeratkan giginya rupanya tempat ini sudah di siapkan oleh mereka.
*
Bagas datang menjenguk Clarisa, Seto ayah Clarisa menghubunginya. Dia bilang Clarisa yang memintanya, entah apa yang Seto rencanakan.
Sebenarnya Bagas malas dia muak dengan sandiwara Clarisa, entah benar atau tidak Clarisa menjadi gila atau hanya sekedar untuk mencari alasan agar ia kasihan padanya.
"Ada perlu apa anda dengan ku paman." Bagas menampilkan wajah datarnya.
"Kami akan membawa Clarisa pulang ke rumah."
"Lalu.." Bagas menyela ucapan Seto.
"Bisakah kau membantu kami membujuknya pulang. Dia hanya ingin pulang dengan mu saja. Kumohon bujuk Clarisa pulang ke rumah"
Seto menghiba agar Bagas mengabulkan permintaan nya. Sungguh mereka iba melihat Clarisa yang di ikat saat mengamuk. Tangan dan kaki Clarisa sudah melepuh dan lecet.
"Saya sudah tidak ada hubungannya dengan putri anda paman. Mengertilah saya tidak mau berurusan lagi dengan Clarisa. Hubungan kami sudah berakhir jauh jauh hari. Dan aku sama sekali tak berniat memperbaiki semua nya. Karna saya tidak mencintai Clarisa sedikitpun."
Bagas tak mengerti mengapa mereka selalu saja mengusiknya.
"Arg... Robert... Ha.. ha...ha"
Bagas memejamkan matanya, sebenarnya dia tidak tega dengan Clarisa. Tapi sakit hati yang selama ini di pikulnya berawal dari Clarisa yang telah membohonginya.
"Mas.. Bagas..."Bagas terkesiap melihat wanita yang dulunya sangat cantik dan bertubuh molek itu ada di hadapannya. Tubuh yang indah milik Clarisa hilang berganti dengan kulit yang kusam dan tulang yang saling menonjol.
Bagas tak percaya Clarisa berubah drastis, seperti mayat hidup tinggal tulang.
Kaki dan tangan nya berdarah, karna dia sering mengamuk dan berontak.
Mata Clarisa sendiri berkaca-kaca melihat sosok pria yang asa di hadapannya. Bagas pria yang sangat ia cintai ada di hadapannya.
Clarisa meraba raba wajah Bagas, Clarisa menggeleng kan kepalanya. Merasakan kasarnya wajah Bagas yang di tumbuhi kumis dan brewoknya. Itu artinya suaminya tak mengurus dirinya sendiri.
"Mas Bagas maafkan aku, mereka tak membiarkan aku pergi... Jahat mereka semua mengikatku, harusnya aku yang mengurus mu. Ayo bawa aku pulang dari sini, aku janji akan menuruti semua keinginan mu. "
Clarisa bergelayut memohon pada Bagas, berharap suaminya membawanya pergi.
Bagas memejamkan matanya, cobaan apalagi ini. Tak mungkin dia setega itu,...
" Suster bawa pasien kembali lagi ke kamar nya."
Clarisa menggeleng kan kepalanya tak mau, Ia melihat ke arah Bagas. Sementara kedua orang tua Clarisa hanya pasrah dengan keadaan fisik Clarisa. Mereka berdua juga sudah berulang kali menenangkan putri nya. Tapi Clarisa masih sama dengan keadaannya yang akan berubah jika berpikiran tentang pria itu.
"Maaf permisi... "
Semua mata beralih mengalihkan pandangannya pada dua orang berseragam polisi.
Seto menegang di tempatnya berdiri, apakah dia akan di tangkap polisi sudah melenyapkan Robert dan perempuan itu.
"Maafkan kami, apa anda yang bernama tuan Seto Rajasa,.."
Seto menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah istri nya yang penuh tanda tanya.
"Anda kami tangkap telah mencampurkan obat obatan terlarang pada minuman milik saudara Robert dan temannya."
Jeslin shock mendengar pengakuan pria berseragam polisi itu. Ia mengalihkan pandangannya pada suaminya, berharap tuduhan itu tak benar.
"Maaf..." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Seto.
Bagas sendiri tak menyangka, mantan mertuanya itu berbuat nekat. Bagas tau jika Robert dan teman perempuan nya meregang nyawa di apartemen milik Robert.
"Jagalah putriku..Aku tau kau tak mencintai nya, setidaknya biarkan dia sembuh dulu baru kau boleh meninggalkan nya."
Setelah itu Seto menyerahkan dirinya pada polisi yang siap membawanya pada jeruji besi. Kali ini ia sadar, cepat atau lambat ia harus menebus kesalahannya. Tapi dia tak menyesal telah menghabisi Robert. Pria bajingan yang sudah menghancurkan anaknya.
Bagas mematung di tempatnya, linglung dengan apa yang terjadi. Raganya seolah ditarik paksa menghadapi ujian ini. Apa ini yang di namakan karma telah menyia-nyiakan wanita sebaik Inka.
Bagas menoleh ke arah Clarisa, matanya berkaca-kaca. Sepertinya Clarisa ingin mengucapkan sesuatu. Bagas melihat bibir Clarisa yang bergumam lirih menyebut kata maaf berulang kali.
Jeslin sendiri terduduk dan meraung keras memanggil suaminya. Bagas menghembuskan nafasnya perlahan, inilah yang akan menjadi pelajaran hidupnya. Telah menyia-nyiakan wanita sebaik Inka dan menyakitinya.
Updated 165 Episodes
Comments
v33nus
itulah kalau mama mu suruh kau kawin jangan kau ikut saja suka mu. liat dulu istri mu rela ka ga. iya memang benar suami bisa kawin 4 bagi yang islam tapi dosanya nya menzalimi istri tu lho. menikah tanpa pengetahuan istri tu perbuatan menzalimi istri.
2022-06-23
1
Tjitjik Juni Supriyati
Daaahhh semua menuai apa yg mereka tanam. Parah.... Parah...... N parah.
2022-06-14
5
iin
kakak author, ini ceritanya kok jd muter2 ya campur2 kebanyakan tokoh. Harusnya diselesein satu2 masalahnya biar gak ribet ... soalnya ceritanya bagus kalo to the point aja 😊
2022-06-30
0