Markas Sean
Inka menangis sudah seminggu lamanya Sean meninggalkan dirinya. Inka kecewa suaminya bahkan tak menghubungi nya, hanya sekali waktu itu dan tak ada suara sama sekali.
Inka.mengusap pipinya kasar, ia beranjak dengan perut buncitnya.
"Katakan kak Nico, dimana suami saya..?"
Inka menatap datar wajah Nico, ya Inka mencari keberadaan Nico. Berharap pria ini mengatakan di mana suaminya berada. Dan apa yang terjadi sebenarnya?.
"Tuan masih sibuk Nona... Tyan pasti akan pulang jika pekerjaan sudah se_"
"Bohong..."
Inka berteriak keras pada Nico, mereka semua telah menipunya. Inka yakin ada yang di sembunyikan selama ini.
"Jika besok suamiku belum juga pulang... Aku yang akan menyusulnya.."
Setelah mengatakan itu Inka meninggal kan Nico yang diam serba salah. Semoga saja tuannya segera kembali,?
Inka menatap nanar kamar yang di desain khusus untuk anak kembar mereka. Bulir bening jatuh kembali, Inka tak kuasa menahan air matanya.
"By.... Kenapa kau jahat sekali padaku. Aku tak akan membiarkan kau bertemu dengan mereka. Jika kau tak pulang, aku akan membawa mereka pergi bersamaku By...."
Inka menangis menumpahkan segala sesak yang menghimpitnya. Ia meremas kasur empuk di samping box bayi. Kamar yang bernuansa Abu dan biru itu adalah keinginan Inka untuk dua jagoan kembarnya.
*
Dor.....
"****...". Pria itu mengumpat kala bahunya terkena peluru panas milik William. Ia berlari menceburkan dirinya di sungai deras menghindari kejaran William.
Byur.....
Sean mengeratkan giginya emosi, sudah sekian lama dirinya menemukan keberadaan nya, lagi lagi pria itu hendak meloloskan dirinya.
Sean ikut menceburkan dirinya ke sungai itu, ia tak ingin membiarkan pria itu menang.
Byur...
"Tuan.." Kenzo tercengang melihat tuannya menceburkan dirinya mengejar pria itu.
Argh...
Kenzo menyipitkan matanya membidik pria yang saat ini sedang berduel dengan tuannya.
"Katakan siapa dirimu... Apa tujuan mereka mengadu domba kami brengsek..."
Pria itu tersenyum miring di sela sela nafas yang tersengal-sengal. Sean mencekiknya dan membenturkan kepalanya di batu.
"Kau tak akan pernah tau William, mereka ingin menggulingkan mu. Mereka menginginkan kepalamu tentunya. Ha ha ha... Mereka menginginkan Red Blue darimu.."
Bukk....
Sean mengayunkan tangannya pada kepalanya, dan saat itu juga pria itu merenggang nyawa. Ia melepaskan cengkeramannya pada pria yang sudah tak bernyawa itu, dan hanyut di bawa derasnya arus. Lalu ia berenang ke tepian sungai, di sana Kenzo dan anak buahnya menantinya.
Sepanjang jalan Sean merenungkan siapa sebenarnya yang menginginkan Red Blue miliknya. Kelompok yang ia dirikan jauh sebelum dirinya remaja.
Sean mendesah berat, ia pikir dirinya bisa menemukan pimpinan Blood black.
"Sial...."
"Kita ke Kasino sekarang juga.."
Kenzo mengangguk dan melajukan mobilnya menuju kasino tempat Sean menyimpan dan membuat senjata api.
Sean melangkahkan kakinya, .... Suara gesekan sepatu pantofel dan lantai terdengar nyaring.
Semua anak buahnya menundukkan kepalanya. ...
Sudah satu tahun lamanya pimpinan mereka datang, mengunjungi markas lebih tepatnya bukan Kasino. Kasino adalah bentuk luarnya saja, sedangkan di ruang tersembunyi terdapat ruang yang super canggih pembuatan senjata api. Inilah yang mereka incar dari Sean, ??
" Selamat malam Tuan...." Serempak mereka mengucapkan..
Sean hanya mengangguk, melangkah ke depan keruang yang selama ini yang menjadi sumber terbentuknya senjata api.
"Selamat malam Tuan William.."
Seorang senior berpakaian kaca mata bundar membungkuk dan rekan lainnya lagi.
"Bagaimana dengan pengirimannya, apa ada yang membocorkan nya."
Sean mengambil satu batang rokok dan Kenzo langsung menyalakan pemantik api.
Inilah sebenarnya Sean William, pria dingin arogan dan tentunya berkuasa di penjuru dunia.
Pria kejam yang tak segan menghabisi lawannya, sudah berulang kali Sean di ambang kematian. Tapi sepertinya memang pria ini tak mengenal maut.
Tapi sepertinya lain dengan yang sekarang ada Inka, istrinya. Sean takluk dengan wanita mungil yang ia sebut kurcaci.
Mereka semua sudah tau jika pimpinan mereka telah menikah dengan wanita Indonesia. Sean juga berniat menetap di sana, ia ingin meninggalkan dunia hitamnya, demi seseorang yang menunggunya.
Bukan Sean akan lepas tangan tentunya, ia akan memantaunya saja. Hidup nya sudah jauh berbeda tentunya. Ia tak akan meninggalkan istrinya lagi seperti ini.
"Nico yang akan memantau dan akan menggantikan ku..."
Mereka semua menunduk tak berani berkomentar. Inilah saatnya mereka akan berjauhan dengan pimpinan mereka. Sean sudah jauh-jauh hari mengumumkan niatnya ini.
"Kami mendukung anda tuan..."
Sean mengangguk, ia sangat bersyukur setidaknya sampai detik ini mereka masih setia padanya.
"Jangan pernah sekalipun anda melupakan kami tuan.... Kami siap kapanpun anda membutuhkan..." Salah satu dari pimpinan anak buahnya bersuara.
"Robin, aku percayakan semuanya padamu dan Nico akan menjadi pimpinan kalian setelah itu."
Sean menepuk pundak Robin, lalu pergi meninggalkan mereka semua. Sementara mereka menatap nanar punggung lebar pimpinan mereka. Mereka tak bisa berbuat banyak, inilah yang pimpinan mereka katakan sebelum ia menikah. Wanita yang membuatnya jungkir balik dari dunia hitamnya.
Mereka tau Sean William bukanlah orang yang akan lepas begitu saja dari tanggung jawabannya sebagai pimpinan. Tapi tetap saja mereka semua sangat kehilangan.
*
Sean tersenyum, sungguh seminggu lamanya ia meninggalkan istrinya. Sungguh Sean sangat merindukan istrinya.
Cup...cup...
Ada sesal yang mencokol dalam dada, melihat air mata istrinya. Ia mengecup kedua mata yang tampak bengkak. Istrinya ini pasti menangis setiap hari, mengingat ia sama sekali tak memberinya kabar.
Bukan apa, Sean hanya ingin fokus. Ia tak ingin justru dirinya sendiri yang berakhir. Ada Inka dan bayi mereka yang menunggunya. Itu sebabnya ia menahan diri dari rindunya hati.
Inka yang mendapat pelukan hangat tentunya, menelungsup kan wajahnya dada bidang suaminya. Sean hanya tersenyum tipis, ia bersyukur istrinya baik baik saja.
"Pagi Baby...." Senyum lebar Sean tunjukan kala melihat istri cantik nya membuka matanya.
Inka tersenyum tipis, sepertinya ia sudah sangat merindukan suaminya. Sehingga ia melihat suaminya tersenyum manis padanya.
Cup...
Sean mencium bibir merah merona alami Inka, dan ********** rakus. Inka mengalungkan tangannya pada leher Sean, ia masih mengira mimpi. Inka membelalakkan matanya begitu saja, kala dirinya kehabisan nafas. Itu artinya ini nyata.?
Inka mendorong tubuh besar Sean, dan duduk perlahan. Matanya berkaca-kaca melihat sosok pria yang sangat di rindukan nya.
" By..."
Sean memeluk tubuh wanita nya, Inka membalas tak kalah erat pelukannya. Seminggu ini Sean membuatnya tak tidur.
"Aku mencintaimu,... Jangan tinggalkan aku lagi."
Mendengar pengakuan dari bibir mungil istrinya, Sean justru mengeratkan pelukannya. Sungguh tak ada yang membuatnya bahagia, hanya Inka wanita yang sangat ia cintai sepenuh hati dan jiwanya.
Hai mom'... biasakan tinggalkan jejak
Biar otor semangat nulisnya iye....
Like komen dan VOTE ...
Hadiahnya juga...
Banyak amat mintanya🤣🤣
Iyalah jari sampai keriting nulis...
jangan pelit yah biar di sayang Ama Maseee🤣🤣
Updated 165 Episodes
Comments
Safnidewi Dewi
cerita nya seru
tpi kok musuh utamanya blm ketemu sudah menyerah kan kepemimpinan kepada orang kepercayaan nya..
2022-06-13
9
T A🔥
jangan2 musuh nya, orang terdekat sean
2022-06-20
1
Ais Aj
kebanyakn pemain...
2022-06-30
0