Pertemuan tak terduga
Naura segera mengemas bajunya,ia akan meninggalkan kota ini,sebelum mereka menemukannya.
Naura mengumpat Bella,kenapa harus wanita itu menggagalkan rencananya. Bukankah ia berambisi menyingkirkan perempuan kampung itu. Lalu apa yang mendasari dia berbalik arah.
Naura berjalan sambil sesekali menoleh kebelakang, saat ini yang harus dia lakukan adalah secepatnya pergi.
Cit....
Mobil hitam keluaran terbaru menghadangnya. Naura terbelalak ia berbalik dan berlari,
Dor....
Bruk...
"Bawa dia,dan buang ke kandang.."
"Wanita itu tak pantas mendapatkan William, hanya aku yang pantas." Di sisa kesadaran nya, Naura masih menjelekkan Nona mudanya.
Dor...
"Nico... Kau bermain curang, Masih saja kau lemah, kurang asik rasanya,"
Kenzo tersenyum tipis, mengejek Nico. Sedangkan Nico mendengus mendengarnya.
Selalu saja Kenzo mengejeknya, dari dulu memang ia tak tega melihat wanita cantik di siksa,lebih baik langsung bunuh saja. Begitu pikirnya...
Kenzo mengendarai mobil nya dengan kecepatan meninggalkan Nico dan anak buahnya.
Nico mengumpat Kenzo, setelah mengatainya, dia pergi begitu saja." Awas saja jika tuan marah aku tak akan membelamu."
*
Inka tidur di pelukan suaminya, Sean seharian ini menemani istrinya. Ia tak ingin Inka merasa bersalah atas kejadian ini. Sean menggeser tombol hijau di ponselnya.
"(........)"
Tut....
Apa tujuan Bella,? Sean bertanya tanya, apa motif Bella mengorbankan dirinya untuk istrinya.
Sean berulang kali mengecup kening Inka, mendekapnya. Ia tidak akan membiarkan merusak kebahagiaan yang selama ini ia impikan.
*
Sean memandang sengit pria yang baru saja masuk ke dalam Mension nya. Mau di bilang tamu,Sean tak mengundangnya.
"Ada perlu apa kau kemari, " Nada tak bersahabat dari pemilik Mension.
"Aku datang untuk meminta maaf, ..... Baik dari saya sendiri ataupun Bella." Sean tersenyum sendiri, rupanya tebakannya benar.
"Sebelum kau memulainya, alangkah baiknya jika kau menyelesaikan masa lalumu itu. Sangat di sayangkan jika memulai tapi masih menyimpan dendam."Brian tertunduk malu,Sean William sungguh bisa menebak pikirannya.
"Pergilah..."Brian mendongak menatap mata tajam Sean.
"Jika kau tidak ingin wanita mu itu berakhir di tangan ku, pergilah.."
"Terima kasih..." Berbalik dan pergi meninggalkan Mension mewah Sean William.
*
Sudah seminggu sejak kecelakaan yang melibatkan orang lain. Inka bertambah malas. Ia bahkan tak perduli dengan suaminya. sudah dua kali suaminya itu memuntahkan cairan bening di dalam perutnya. Sean sampai mengumpat, tak biasanya ia sakit,apalagi muntah.
"Baby ....Ayo bangun, kita akan ke pantai bukan."
Ya semenjak kejadian itu Sean menunda bulan madunya bersama sang istri. Inka tak mau pergi jika Bella belum siuman. Ia masih merasa bersalah atas kejadian itu.
"Sebentar lagi Hubby..."
CK...
Sean berdecak, akhir akhir ini istrinya banyak malasnya. Apalagi dia juga sakit,lengkap sudah...
"Hubby... Aku lupa, bukankah kita akan ke pantai.." Sean memutar bola matanya jengah, bukankah tadi dia juga sudah bilang.
"He he he " Inka nyengir kuda, tak merasa bersalah sedikitpun,lalu bangkit menuju kamar mandi.
*
"Clarisa..."Brian berseru pada wanita di hadapannya ini. Sungguh Brian tak menyangka akan di pertemukan lagi dengan perempuan yang mematahkan harapannya. Dan yang membuatnya tak percaya adalah Clarisa di gandeng dengan pria paruh baya. Brian tau siapa ayah Clarisa. Dan pria tua itu bukanlah ayah Clarisa.
Sedangkan Clarisa mematung melihat pria di depannya. Ia sungguh shock, Clarisa menundukkan wajahnya menghindari tatapan mata Brian.
"Sayang..Siapa dia.." Clarisa memejamkan matanya, sungguh ingin sekali dia berlari menghindari pertemuannya dengan Brian saat ini.
Brian tersenyum sinis pada Clarisa, sungguh wanita yang dulu pernah mengisi hari hari nya berubah drastis.
Menjadi simpanan pria tua...
Ya Clarisa memang nekat pergi dengan pria itu. Sejak pertengkaran nya dengan Bagas suaminya, yang berujung Bagas menalaknya. Clarisa frustasi, suaminya menceraikannya. Bahkan Bagas belum juga mendaftarkan pernikahan mereka tapi Bagas lebih dulu menalaknya.
"Ternyata kau tak berubah Clarisa, " Brian melirik pria paruh baya itu.
"Kau semakin menyedihkan Clarisa.. Semoga putrimu tak menyesal mempunyai ibu seperti mu."
Setelah mengucapkan itu, Brian berlalu pergi.
Robert melepaskan tangannya pada tangan Clarisa.
"Jelaskan padaku nanti..."
Clarisa meneguk ludahnya cekat, ia tak ingin Robert marah padanya. Clarisa mengikuti langkah Robert masuk ke dalam lift.
Dari jauh Brian tersenyum kecut, cinta pertama nya telah menjadi simpanan pria tua kaya. Sungguh Brian tak menyangka bahwa perempuan yang dulu di cintai nya, berubah.
*
"Hubby..."
Inka menjerit tertahan kala Sean benar benar membuatnya kaget dan geli secara bersamaan.
"Hubby...Aku.."
Sean berdiri dan mengangkat tubuh mungil Inka. Lalu menyatukan miliknya dengan milik istri nya.
Ah..
Desah mereka berdua, Sean perlahan menggerakkan tubuhnya. Ia tau posisi seperti ini sangat penuh untuk Inka. Itu sebabnya ia perlahan memaju mundurkan miliknya.
Sean lalu membawa Inka menuju meja, ia tau posisi seperti ini tak nyaman untuk istrinya.
Masih dalam keadaan tubuh yang menyatu, Sean berjalan sambil sesekali ******* bibir mungil Inka.
"Ah..." Inka mendesah saat Sean menyentak nya lagi.
Sean menyingkirkan semua yang ada di meja rias, ia lalu mendudukan Inka di sana.
Ia lalu menggerakkan tubuhnya perlahan, semakin kesini semakin cepat.
Ia juga terbakar gairah, mendengar ******* istri nya. Ia bergerak semakin liar mengejar kepuasan.
Bunyi gesekan kulit dan ******* mereka berdua, memenuhi kamar luas tersebut.
"Baby.... Uh..." Sean menggeram tertahan saat puncak nya datang. Sean menyentak lebih dalam lagi.
"Oh... Baby...."
Inka meringis merasakan kram di bagian bawa perutnya, tak biasa nya ia merasa kram di perut nya.
Cup...
Sean mengeluarkan miliknya dari milik istri nya. Ia mengambil tisu, membersihkan milik Inka. Sedangkan Inka bahkan tak berniat menghentikan suaminya, kram di perutnya sedikit nyeri. Ia lalu menggendong istrinya kembali ke kamar mandi.
Cup...
Sean menyelimuti wanitanya, gara gara istrinya meminta haknya mereka berdua batal pergi ke pantai.
Ya tak biasa nya, Inka meminta nya lebih dulu entah ada angin apa istrinya itu berani meminta lebih dulu.
Sean keluar kamar nya, meninggalkan istrinya yang tidur.
"Tuan nona Bella sudah siuman.."
"Kita ke rumah sakit..." Kenzo mengangguk.
Tak sampai satu jam lamanya, mobil yang di kendarai Kenzo sampai di rumah sakit.
Sean berjalan sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celananya.
Clek....
Bella mengalihkan pandangannya pada pintu masuk. Ia tersenyum tipis, rupanya Sean masih mau menjenguknya.
"Apa tujuanmu..."
Senyum di bibir Bella lenyap seketika, mendengar nada tanpa basa basi dari mulut pria yang di cintai nya.
"Tidak ada... Aku hanya ingin menjadi lebih baik. Sekeras apapun aku mengejar mu, bukankah kau tak berniat melirik sedikitpun ke arah ku. Jadi aku memutuskan untuk tidak mengganggumu lagi.. Maaf jika selama ini keberadaan ku mengusik kalian."
Sesalnya.
"Ada dan tidak ada kau sama sekali tak penting untuk ku.."
Sean tersenyum sinis melihat wanita itu dengan pedenya telah mengganggunya katanya.... Bahkan seribu Bella saja masih tak menyurutkan cintanya pada istrinya.
Brian datang dengan membawa dua kantong plastik di tangannya.
"Tu_"
"Aku akan membayar semua pengobatan nya. Aku tidak ingin berhutang budi pada kalian."
Brian mengepalkan kedua tangannya. Dalam hati ia mengumpat Sean William.
"Jangan mengumpat ku, jika kau ingin menghirup udara bebas." Setelah mengucapkan itu berlalu pergi.
Brian terbelalak, Sean tau dia mengumpatnya.
Semoga saja hari ini terakhir kalinya dia melihat pria arogan itu.
Updated 165 Episodes
Comments
Netty Roida
waahhhh sean benar benar cenayang ya , bisa membaca iisi kepala orang,. waahh bahaya nih 🤣
2022-06-14
8
princess purple
cenayang kali ah si sean..
tpi syukurlah, musuh audah berkurang
2022-06-15
7
Khasanah Mar Atun
sudahlah...cari kebahagiaan kalian masing2
2022-06-14
6