Pergi
Bagas menjambak rambutnya pusing.
Setelah pertengkarannya dengan Inka, Bagas ke suatu tempat. Saat ini ia ada di pemakaman umum. Di mana kedua orang tuanya Inka beristirahat.
Di atas pusara Bagas menangis tersedu, Ia tak bisa menjalankan wasiat terakhir orang tua Inka untuk menjaga dan mencintai nya.Bagas kalah dengan nafsu. Bagas kalah dengan egonya.
Inka memandang rumah berlantai dua dengan tatapan nanar. Di rumah inilah dirinya di manja, Di rumah inilah banyak sekali kenangan manis bersama Bagas suaminya. Dan sekarang ia akan meninggalkan rumah sekaligus Bagas.
Inka menyeka air matanya sebelum Bagas datang ia harus secepatnya pergi dari sini.
Clarisa tersenyum penuh kemenangan. Melihat Inka pergi dari rumah. Ya inilah yang di inginkan oleh nya. Tak ada lagi yang bisa menghalangi dirinya menjadi Ratu di rumah suaminya sekaligus Ratu di hati suaminya.
"Mbok Darmi, buang semua foto foto Inka dari rumah ini,"
"Aku tak mau tau, pokoknya siang nanti harus kau buang semuanya"
Clarisa berbalik dan berjalan menuju kamar nya . Ia akan pergi ke rumah Mommy nya,Ia akan memberikan kabar baik ini.
Ah ya Ibu mertua nya harus tau kabar baik ini.
"Ya Clarisa,"
"Bu ..Mas Bagas akan bercerai dengan Inka. Aku sendiri juga bingung. Inka tak mau menerima janin yang ada di kandung ku. Dia marah karna aku hamil Bu dan dia menggugat cerai mas Bagas."
Clarisa segukan dengan senyum puasnya.
"Clarisa kau hamil Sayang,"
"Ya Bu.."
"Oh senang nya sayang akhirnya penantian ibu terkabul. Jangan biarkan perempuan mandul itu menyakiti mu Risa. Bagus jika ia sadar diri pergi dari Bagas.
Ya sudah baik baik sayang jaga kandungan mu dengan baik."
"Ya Bu.."
Tut ..Tut ..
Clarisa bersorak gembira tak hanya Bagas keluarganya pun mendukungnya, Terutama Ibunya.
Bagas melangkah gontai keluar dari pemakaman. Hari sudah sore banyak orang yang membicarakan dirinya. Bahas tak perduli dengan penampilannya saat ini. Baju yang kotor rambut yang tak rapi dan mata yang merah. Itu semua tak ia hiraukan biarkan saja orang menganggap dirinya orang gila. Nyatanya ia sudah gila membayangkan bahwa istrinya meminta cerai darinya. Bagaiman dengan hari hari nya nanti tanpa Inka.
Brakk..
Bagas mencengkeram erat kemudi mobil nya.Ia menangis meluapkan segala sesak yang menghimpitnya.
"Argg... ****. "
Ya Bagas baru saja menyadari bahwa dirinya sangat egois. Ia tak memikirkan Inka, Bagaimana sakitnya dia kala tau ada wanita lain di dalam rumah tangga nya.
Apalagi wanita yang disebut madunya seatap dengan nya.
Ia sungguh egois menginginkan mereka berdua.
Apalagi Inka memergoki dirinya sedang bercumbu dengan Clarisa.
Pasti hati istri nya itu sangatlah hancur.
"Maaf sayang.. Maafkan mas yang egois. Mas janji akan menceraikan Clarisa jika bayi itu sudah lahir. Maafkan mas yang membuatmu cemburu dan menangis. Mas tak akan menyentuh lagi Clarisa."
Bagas bicara sendiri di dalam mobil. Seolah Inka ada di sampingnya.
Ia sangat menyesal menyakiti perasaan istrinya.
Setelah beberapa jam lamanya Bagas meluapkan rasa bersalah nya. Ia mengusap wajahnya, Ia tak bisa melepaskan Inka. Ia tak bisa jika Inka pergi dari nya.
Bagas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jangan sampai Inka benar benar pergi darinya.
Bagas turun dengan tergesa gesa, Ia harus memastikan bahwa wanita yang sangat di cintai nya tak benar benar pergi.
Bagas mencari Inka di kamar tamu, Kosong.
Ia naik ke atas di mana kamarnya berada.
Clek...
"Sayang...Sayang..Inka .."
Bagas membuka kamar mandi masih sama.Tak ada istrinya. Bagas gemetar iya melangkah menuju lemari pakaian Inka yang masih tersimpan rapi. Ya semenjak kedatangan Clarisa Bagas tak memindahkan barang milik Inka.
Hanya beberapa saja yang di bawa Inka ke kamar tamu.
Krek..
Bagas terduduk lemas air matanya mengalir deras.
Gak Inka gak mungkin meninggalkannya.
Ia bangun dan mencari sesuatu di dalam lemari pakaian Inka.
Bagas mengusap wajah nya. Benar istrinya benar benar pergi terbukti. Ijazahnya beserta surat lainnya peninggalan orang tuanya tak ada.
Argh..
Prang...
Mbok Darmi yang mendengar suara bising di lantai atas hanya bergumam.
"Nona Inka sudah lelah tuan. Mungkin inilah akhir dari kesabaran Nona Inka,"
Ya mbok Darmi tau bagaimana perjuangan Inka mempertahankan rumah tangga nya.
Ia sering di buli, parasit dan mandul itulah kata yang acap kali mereka berikan pada Inka.
Hanya saja perempuan itu tak pernah mengadukan pada Bagas. Nona mudanya adalah wanita yang kuat. Ia tak pernah menjelekkan mertua nya di hadapan suaminya. Padahal sudah jelas bahwa mertua dan keluarga lainnya sering kali mengejeknya. Memakinya membuli nya.
Mbok Darmi yakin tak ada wanita sebaik Nona Inka. Apalagi mbok Darmi sering memergoki istri muda tuannya berbicara dengan pria lain.
.
.
.
"Huh akhirnya selesai juga,"
Inka menyeka keringatnya sendiri. Ia baru saja membersihkan tempat kostnya yang baru.
Inka tak mau pergi ke rumah mendingan orang tua nya. Ia sengaja menghindari Bagas. Ia sudah paham dengan mantan suaminya itu. Jadi Inka berniat tak kembali ke rumah peninggalan orang tua nya.
Biarkan ia di sini dulu,sambil menunggu surat cerai nya keluar ia tak mau bertemu dengan mantan suaminya.
"Semangat Inka mulai hari ini jadi diri sendiri Ok. Awas aja Lo Sis gue gak mau berteman sama Lo. Menyebalkan hiks ..hiks..tega Lo Sis gue sumpahin Lo putus sama pacar Lo yang sekarang."
Inka mengumpat sahabat nya yang tak setia padanya. Dia sedang bersenang-senang. Sedangkan dirinya sengsara karna patah hati.
Malam harinya pria dewasa yang sedari tadi mendengarkan anak buahnya mengatakan jika saat ini wanita nya sudah pergi dari rumah suaminya.
"Kucing itu kenapa harus menyewa kosan yang kecil. Bukan kah di sini jauh lebih besar dan nyaman"
Sean menggerutu wanitanya tak mau tinggal di Mension mewah nya. Ah setidaknya ia sudah tak harus bersembunyi menunjukan cintanya. Sean tersenyum lebar. Kenzo dan para anak buahnya melirik satu sama lain.
Mereka bergidik ngeri melihat tuannya tersenyum seolah dunia terbalik.
Sean yang menyadari dirinya jadi perhatian Abah buahnya pun mengubah ekspresi wajah nya. Dia memasang wajah dingin nya kembali.
"Awasi saja jangan sampai dia terluka, Kalian semua tahu sampai tergores saja kulitnya. Akan ku pastikan kepala kalian yang ku penggal."
"Baik Tuan...."
Serempak mereka mengangguk.
Sean mengibaskan tangannya menyuruh mereka semua pergi.
"Tunggu aku Baby... Uh rasanya aku tak sabar mendengar suara jeritan mu"
Ia merogoh saku celananya mengambil ponsel.
Sean mengetik pesan singkat pada wanitanya.
"Selamat malam Baby..Mimpi indah"
Sean tersenyum sendiri membayangkan bagaimana wajah cantik Inka yang melihat pesan darinya.
Pasti wajah itu merah merona. Bukan karna tersipu melainkan marah.
Updated 165 Episodes
Comments
novita manik
Pantasan aja Inka gak hamil2, ternyata memang ibu mertua kejam dan tak punya hati 😬😬 Dan sekarang malah nyalahi Inka mandul. Memang nya waktu hamil bagas atau Program hamil, itu ibu gila gak pernah konsul apa ke dokter ?? Kayak gak pernah melalui itu aja sih
2022-06-21
1
dite đáng yêu
dibully dihina bertahun2 pasrah mah bukan sabar, tpi bego..
lha dia yg punya duit, kok mau aja di gtuin..
2022-06-12
9
Pia Palinrungi
inka kamu berhak bahagia yah, mdh2 author memgirimkan zean untukmu buktikam kemeeka kamu lebih bahagia setelah pergi dr bagas
2022-06-17
2