Pergi
,"Mas bilang, kau mencintaiku. Mas bilang aku adalah hidupmu. Kau bohong mas, kau bohong,"
Inka histeris mengungkapkan isi hatinya.
Bagas suaminya hendak memeluknya tapi Inka mendorong kuat tubuh Bagas.
"Jangan menyentuhku,!"
Melihat Bagas yang terdorong, Clarisa menambahkan sakit hati Inka.
"Ya aku istrinya. Kami menikah dua Minggu yang lalu. Ibunya mas Bagas menginginkan cucu. Dia yang meminta kami menikah siri,"
Inka memejamkan matanya sesak sekali rasanya.
"Clarisa...,"
Bagas membentak Clarisa yang menambah masalah.
"Sayang.. Inka semua itu hanyalah sementara. Aku akan menceraikannya jika sudah setahun"
"Dan melahirkan anak,"
Inka memotong perkataan suaminya.
Inka Ia tertawa miris, menertawakan dirinya sendiri.
"Ayo kita bercerai mas,"
Duar....
Seperti tersambar petir Bagas mendengar permintaan istrinya.
"Aku tak sudi di madu. Dan lagi aku bukan mandul mas, Kenapa kau sampai tega melakukan ini padaku,"
Inka berbalik menuju kamar. Bagas mencoba mengejar Inka. Dan...
Brak....
Suara pintu di tutup kasar dari dalam.
Bagas mengusap wajahnya kasar kenapa harus begini. Ia menoleh ke arah Clarisa semua ini gara gara Clarisa.
Bagas melangkah mendekati Clarisa. Menarik tangannya, menyeret nya untuk membawanya keluar rumahnya.
"Mas sakit, lepaskan tanganku?,"
Bagas tak perduli. Dia masih tetap menyeret Clarisa.
Bruk..Bagas mendorong kasar Clarisa.
"Mas.."
Clarisa hendak melayangkan protesnya. Tapi Bagas tak memberinya kesempatan, menutup pintu dengan kasar.
Brakk....
Clarisa berjengit kaget. Setelah itu ia tersenyum penuh kemenangan.
"Inka sayang, dengarkan mas dulu
Buka pintunya sayang,"
Sementara di dalam Inka menutup koper miliknya. Tak lupa semua berkas penting miliknya ia bawa. Dia akan pulang ke rumah peninggalan orang tua nya.
Mengingat kejadian barusan Inka lagi lagi menangis sesenggukan. Dia tak menyangka suaminya Bagas akan menghianati nya. Padahal Inka sangat tergantung pada Bagas. Pria yang dari dulu ada untuknya. Pria yang selalu mengutamakan nya. Tapi akhirnya semua itu hanyalah sebuah kenangan.
Mulai saat ini Bagas tak ada lagi untuk nya.
Dia juga sudah lelah harus selalu bertengkar dengan keluarga suaminya. Inka sudah lelah di salahkan karna mandul. Dia sedih kenapa keluarga besar suaminya, tak ada yang menerima nya dengan baik. Selain ayah mertuanya.
"Huff,"
Apa semudah ini ikatan pernikahan kandas. Lagi lagi air matanya tak lelah mengalir.
"Sayang... Buka pintunya,"
Terdengar lagi suaminya memanggilnya dari luar.
Clek..
Pintu di buka Bagas langsung menubruk kan badannya, memeluk istrinya.
"Sayang... Kau kemana saja. Mas mencari mu,...
Kau baik baik saja"
Pria itu meneliti tubuh istrinya. Dan memutar nya mencari jika ada luka di tubuh istrinya.
Bagas bernapas lega melihat istrinya baik baik saja.
Inka membalikan tubuhnya meraih koper nya..Bagas kaget dengan ulah istrinya yang menarik koper. Mau kemana istrinya itu?.
"Sayang.... Kamu mau kemana, jangan macam macam,"
Bagas menyambar koper Inka dan membantingnya. Dadanya naik turun menahan amarah.
"Cukup Inka.... Kau tak akan kemana pun. Kau tak bisa pergi dariku,"
"Mas.... Bisakah kau mengerti aku. Beri aku waktu, aku ingin menyendiri dulu."
Inka berkata sambil menahan tangis. Agar tak pecah di hadapan suaminya.
"Apa maksudmu Inka!"
"Biarkan aku mengalah mas. Mungkin benar kata ibu aku mandul,"
"Inka,"
Bagas membentak Inka.
Inka wanita itu berkaca kaca. Mendapat bentakan suaminya. Selama ini suaminya tak pernah sekalipun membentak nya. Bagas memejamkan matanya sadar telah membentak istrinya.
"Maaf...,"
Inka melihat wajah suaminya. Ada sesal di sana.
Inka mengambil tangan suaminya menggenggam nya.
"Aku tak sengaja melakukannya semalam. Semua di luar kendali,"
Giliran Inka yang memejamkan matanya. Sesak rasanya membayangkan suaminya bercinta dengan orang lain. Membuka matanya ia tak ingin menangis, meraung di hadapan suaminya. Bagaimana sakitnya dia yang terkurung di ruang penyimpanan sempit. Gelap dan bau jika lama saja dirinya di sana pasti saat ini tinggal jasadnya. Sementara dirinya membutuhkan suaminya memanggilnya sampai lelah. Sementara yang di panggil sedang memadu kasih dengan orang lain.
Meskipun itu sah sah saja. Tapi Inka tak mau berbagi. Pertama suaminya sudah membohonginya. Kedua suaminya menghianati nya.
"Mas... Biarkan aku sendiri dulu ,"
"Tidak sayang... Mas tidak bisa hidup tanpa mu,"
Bagas kekeh tak memperbolehkan Inka pergi.
"Sayang dengarkan mas. Mas akan menceraikan Clarisa. Percaya sama mas...,"
Inka menggeleng tak mengerti dengan suaminya. Bagaimana cara berpikirnya, Inka tak mengerti. Semudah itu Bagas akan menceraikan Clarisa. Bukankah suaminya menikah karna terpaksa. Hanya demi seorang anak. Lalu bagaimana saat membuat nya apa dia juga terpaksa. Inka rasa tidak. Bagaimana mungkin bercinta bisa di katakan terpaksa. Sementara saat menyatukan tubuh, pasti akan mengejar kepuasan. Bagaimana bisa di katakan terpaksa. Jika ada yang mengatakan berhubungan badan dengan orang yang tidak kita cintai karna terpaksa. Semuanya hanya omong kosong, nyatanya mereka sama sama enak.
"Maaf mas... Aku memaksa,"
Inka lalu mengambil kembali kopernya. Bagas menggeleng tak mengizinkan.
"Kumohon sayang... Jangan seperti ini. Ini semua bisa di bicarakan baik baik,"
Bagas memohon pada Inka agar mengurungkan niatnya.
Sementara di dalam taksi, Clarisa bersorak dalam hati. Akhirnya tak perlu banyak drama Inka tau semuanya. Dia merogoh ponsel nya
mendial no sang mertua.
"Hallo Risa ,"
"Ya Bu. Maaf Bu gara gara Risa, mas Bagas bertengkar dengan Inka,"
Nada suaranya sengaja di buat sesedih mungkin.
"Apa maksudmu Risa"
Monik tak mengerti apa maksudnya Risa bicara seperti itu.
"Istri pertama mas Bagas sudah tau Bu,"
"Ha... Benarkah, secepat itu. Apa Bagas yang memberitahukan nya,"
,"Tidak Bu... Sebenarnya semalam istri pertama mas Bagas tak pulang,"
Monik yang mendengar menantunya itu tidak pulang, langsung menghujatnya.
"Memangnya kemana perempuan itu pergi. ?Apa dia pergi dengan selingkuhannya. Kurang ajar sekali dia,"
"Risa tak tau Bu, yang Risa tau mas Bagas mencarinya seperti orang gila. Dan Risa datang ke rumah mereka untuk memasakkan mas Bagas. Dan mas Bagas marah, Risa datang ke sana. Kami bertengkar lalu istri mas Bagas tau semuanya.,"
Risa menambahkan sedikit. Agar dia dapat pembelaan dari ibu mertua nya itu.
"Risa takut Bu... Mas Bagas menyalahkan Risa,"
"Jangan takut ada ibu. Memangnya siapa Inka. Dia hanya perempuan mandul,"
"Ya sudah, jangan terlalu di pikirkan. Justru bagus jika perempuan mandul itu tau. Lebih cepat lebih baik. Nanti ibu yang bicara dengan Bagas. Jangan takut, yang penting kau fokus saja memberi ibu cucu. Ya sudah ibu tutup telponnya,"
Clarisa semakin di atas awan. Sepertinya keinginannya untuk memiliki Bagas sudah di depan mata.
Ia sungguh tak sabar menunggu setiap hari Bagas memanggilnya istri ku.
Updated 165 Episodes
Comments
Wirda Lubis
ibu Bagas terima kehancuran mu perusahaan di ambil inka kembali
2022-07-06
1
Wakhidah Dani
jangan terlalu senang dulu Risa,kau memulai nya dgn cara yg salah. jadi jangan harap ada akhir bahagia
2022-07-03
1
Embunembun
semangat inkaa
2022-07-01
0