Keesokan harinya Bagas menyiapkan baju dalam koper di bantu oleh istri nya. Berulang kali Inka memberikan nasihat untuk suaminya.
"Ingat mas jangan ngebut bawa mobil nya terus makan juga jangan sampai terlambat. Tidak usah tidur terlalu malam kalau kamu dah sampai langsung kabarin aku,"
Inka tidak ada sedikitpun menasehati suaminya dari yang kecil sampai hal yang besar.
Bagas hanya mendengarkan ocehan istri nya dengan rasa bersalah nya. Bagaimana mungkin dia begitu kejamnya membohongi Inka, Sementara istrinya yang sibuk mempersiapkan untuk nya pergi.Apa mungkin dia akan seperti ini jika tau kalau dia akan menikah tentu saja tidak akan mau.
"Ok siap,"
Lamunan Bagas buyar dengan pekikan istri nya.
"Hem, makasih ya sayang,"
"Kan itu sudah menjadi tugas istri mas,"
"Ya udh sebelum berangkat mas harus makan dulu aku dah bikin nasi goreng,"
"Iya sayang,"
Sambil menggeret koper Bagas menggandeng tangan istrinya meninggal kan kamar mereka.
"Mas jangan lupa kalau dah sampai langsung kabarin aku,"
Selesai makan Inka mengantar kan suaminya sampai depan rumahnya.
Bagas hanya mengangguk mengerti apa yang diminta oleh sang istri nya. Sambil melajukan mobilnya keluar pagar. Sesekali dia menengok ke arah kaca spion, melihat wanita cantik yang di bohongi tersebut. Entah apa yang terjadi pada pernikahannya jika Inka tau dia mendua.
Semoga sampai dia memiliki keturunan. Bagas akan langsung menceraikan Risa. Lalu membawa anaknya pada istrinya yang sangat di cintai. Dia akan bilang bahwa anak itu adalah dari panti asuhan. Ya Bagas akan bicara begitu nanti.
****
Sampai di kediaman sang orang tua nya. Bagas sudah di tunggu oleh keluarga besar nya. Bagas menghela nafas panjang nya.
"Mas Bagas kenapa lama sekali. Ini sudah mau mulai acara nya,"
Putri sang adik langsung mencercanya.
"Ga papa kita langsung berangkat aja sekarang. Jangan biarkan mereka menunggu kita terlalu lama,"
Monik sang ibu melerai keduanya. Jangan sampai Bagas membatalkan pernikahan nya. Monik tidak mau itu terjadi sudah tidak apa apa. Bagas terlambat yang penting dia mau menikah dengan Clarisa.
Bagi Monik terlambat tidak masalah, mungkin Bagas tadi bingung mencari alasan buat istrinya. Monik tau bagaimana kompak nya mereka berdua dalam segala hal. Mereka pasti tidak akan pernah pergi tanpa adanya salah satunya.
Sesampainya mereka di kediaman keluarga Rajasa. Mereka di sambut dengan antusias. Seto dan jeslin nampaknya sangat bahagia dengan kehadiran mereka. Mempersilahkan masuk sambil sesekali bercerita. Ditengah ruang keluarga tampak nya sudah ada penghulu dan yang lainnya. Sepertinya mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
"Sah..."
"Sah..."
Terdengar kata sah yang sangat jelas di telinga nya, mampu membuat Bagas menitikkan air matanya. Ya Bagas menangis bukan karena bahagia. Tapi dia menangis karena telah mengkhianati istri nya istri cantik nya. Istri manjanya, istri cerewetnya, istri yang sangat di cintai nya. Bagas menangis tersedu. Dia ingin berteriak kepada semua orang bahwa dia tidak menginginkan semua ini.
Tapi lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ibunya akan mengancam dengan bunuh diri. Andai Inka hamil mungkin dia tidak akan sangat bahagia. Walaupun tanpa adanya anak Bagas bahagia, tapi keluarga nya menuntut anak darinya.
"Saudara Bagas silahkan pasang kan cincin kawin nya pada istrinya."
Bagas sebenarnya malas dengan semua ini dia sama sekali tidak mencintai Clarisa. Ah sekarang ini wanita yang ada di depan nya sudah menjadi istrinya. Walaupun hanya pernikahan siri tetap saja dia istrinya.
****
Sementara di rumah Bagas, Inka sesekali melamun memikirkan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Lamunannya buyar karena hpnya berbunyi di lirik nya Siska.
"Halo.."
"Eh Lu gimana sih lu bilang ingin di jemput di depan pintu, gimana mau masuk bukain pintu gerbang dulu kek,"
"Oh astaga lupa gue haha,"
Sambil menutup handphone nya Inka sedikit berlari menuju gerbang rumahnya. Inka dan Bagas memang tidak mau adanya pembantu rumah tangga. Tapi memang sesekali cuman ada satpam saja yang berjaga. Itupun kalau seperti ini kadang ada keperluan mendadak. Sehingga satpam nya cuti sudah hampir 2 Minggu.
Bagas tidak pernah mempermasalahkan nya. Toh sesekali rumah mereka kosong kadang mereka berdua menginap di Apartemen.
Karena memang rumah mereka jauh dari tempat dimana kantor Bagas. Jadi mereka berdua memang sepakat, untuk saling berbagi tugas maklum saja karena mereka berdua belum ada anak. Inka juga baru lulus kuliah jadi wajar saja kalau Bagas dan Inka tidak mau ribet.
"Oh ya ampun Inka, Lo bilang tadi mau mandi sementara gue di jalan. Lah ini boro boro lu mandi cuci wajah aja kayaknya belum.,Aiss.. gue punya temen jorok amat sih,"
"Yang penting kan gue cantik ,"
Sambil nyengir nyengir Inka membela diri nya.
"Cantik juga ga ada yang mau selain Bagas. Bagas aja yang dibutakan sama cinta,"
"Hehehe ya udh gak usah ngomel gitu yuk masuk,"
"Bikinin gue minum dong ka..,"
Siska duduk bersandar sambil memegang lehernya.
"Haus tau gak dari tadi teriak teriak. Lagian kenapa sih kayak di miskin aja satpam aja ga ada., Heran deh, pelit amat lu berdua ga mau kasih sedekah buat orang lain,
Heran deh,"
Inka menjitak kan tangannya ke kening Siska.
"Sembarang aja ga ya kita ga pelit malas aja. Kan rumah suka di tinggal. Tau sendiri kita lebih banyak di apartemen. Kalau bang Joko sih lagi cuti dia. Istrinya melahirkan."
"Ya udh sana bikinin gue minum haus tau gak, teriak teriak dari tadi,"
"Ambil sendiri kan bisa aku mandi dulu"
Inka justru pergi ke kamar nya untuk bersiap pergi.
"Huf..dasar ga sopan",
Dikamar Inka melirik hpnya berharap sang suami nya menghubungi nya. Apa mas Bagas belum sampai jam segini harus nya sudah sampai kan. Ah mungkin dia capek lupa kabarin.
Inka bermonolog sendiri sambil melangkah kan kakinya ke kamar mandi.
LIKE DULU BARU KOMEN😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Wirda Lubis
anak satu satu nya di biarin istri ke dua ortu apain
2022-07-06
0
Luh Nanik
ngebayangin aja udah bikin nyesek😭😭😭😭
2022-06-30
0
Su Tami
biar dikata sah,kalau pelakor tetep aja pelakor,heheee
2022-06-27
2