...༻☆༺...
"Gamal!" Raffi memanggil dari kejauhan. Menyebabkan Gamal otomatis menjauhkan diri dari Zara.
Zara bergegas menghapus air matanya. Lalu membalikkan badan untuk membelakangi Raffi.
"Kenapa, Raf?" tanya Gamal. Saat Raffi berjalan kian mendekat.
"Lo mau antar gue ke bengkel kan? Bentar aja kok." Raffi terlihat sudah mengenakan seragam. Dia benar-benar bersiap untuk pulang.
"Kenapa lo pulang sekarang sih? Ini masih siang loh. Paling enggak selesain permainan tadi dong. Soalnya banyak yang belum kena giliran," imbuh Tirta sembari memasang ekspresi kecewa.
"Lo mau pulang, Raf?" Zara yang baru tahu segera bertanya. Meskipun sudah tidak ada air mata, wajahnya tampak sembab.
Raffi mengangguk. Lalu berkata, "Gue harus pulang. Soalnya sudah satu kali gue bolos les. Kalau bolos lagi, kacau sudah. Nyokap gue nanti ngamuk."
Atensi Raffi tertuju kepada Zara. Dia bisa menyaksikan semburat bekas tangisan dari cewek itu. "Lo habis nangis, Ra?" tanya-nya. Membuat Gamal sontak menoleh ke arah Zara.
"Enggak kok, ini cuman kelilipan." Zara memberikan alasan seraya mengusap mata beberapa kali. Raffi lantas hanya bisa ber-oh sambil memanggut-manggutkan kepala.
"Ya udah, gue anterin deh kalau gitu. Kalian tunggu aja di sini. Kita masih bisa lanjutin permainan tadi kok kalau mau," ujar Gamal. Kemudian melenggang memasuki villa. Dia segera mengenakan pakaian. Berniat mengantarkan Raffi dan Elsa ke bengkel.
Elsa tampak berjalan menuju dimana Zara, Danu dan Tirta berada. Dia hendak berbicara serius kepada Zara. Danu dan Tirta yang mengerti, beranjak meninggalkan mereka.
"Kenapa, El? Lo mau ancam gue juga?" timpal Zara sinis.
"Nggak kok. Gue cuman pengen lo rahasiakan baik-baik hubungan gue sama Raffi!" pungkas Elsa.
Dahi Zara mengerut dalam. Ia tidak mengerti alasan utama Elsa. Padahal yang terbaik adalah menjalin hubungan secara terang-terangan. Toh berpacaran di sekolah tidak dilarang selama tidak berlebihan.
"Lo kenapa sih nutupin hubungan sama Raffi? Takut diserang penggemar Raffi ya?" Zara mengangkat dua alisnya bersamaan.
"Gue punya alasan. Seperti lo yang punya alasan bisa deket sama Gamal." Elsa menyilangkan tangan di dada. Ucapannya berhasil membuat Zara tertohok.
"Gue akan coba percaya sama lo. Plis, jangan kayak pas ulangan Matematika tempo hari. Lo dengan mudahnya kasih tahu guru kalau gue punya contekan di bawah meja." Elsa mendengus kasar. Dia sangat kesal ketika mengingat momen Zara mengadukannya kepada Pak Darto. Kebetulan Elsa dan Zara berada di satu kelas yang sama.
"Gue lakuin hal yang bener kok. Apa yang lo lakuin pas ulangan itu kan emang salah." Zara memutar bola mata jengah.
"Iya gue tahu. Tapi lo cuman ngaduin gue doang! Padahal lo juga tahu, banyak teman-teman lain yang punya contekan di bawah meja!" geram Elsa. Salah satu tangannya mengepalkan tinju. Ingin rasanya dia melayangkan tamparan ke wajah Zara.
"Iya, sorry deh kalau gitu." Zara berucap dengan nada datar. Dia meminta maaf dengan perasaan setengah hati.
"Kalau lo bocorin rahasia gue. Maka gue juga bakalan bocorin rahasia lo. Gue yakin, lo pasti punya alasan kan deket sama Gamal? Gue mudah kok buat nyari tahu." Elsa tidak ingin kalah sampai dirinya bisa mendengar Zara berjanji.
Zara terlihat gelegapan. Dia merasa seperti tertangkap basah. Alhasil dia tidak punya pilihan selain berjanji kepada Elsa.
"Ya udah, gue janji bakalan jaga rahasia lo. Kita sama-sama punya sesuatu buat dipegang," kata Zara dengan tatapan sebal.
Elsa lantas mengangguk dan beranjak. Dia, Raffi dan Gamal segera pergi meninggalkan villa.
...***...
Mobil Raffi sudah bisa digunakan kembali. Raffi langsung mengendarai mobil itu untuk pulang bersama Elsa.
Sementara Gamal memilih kembali ke villa. Dia berpisah dengan Raffi dan Elsa saat di bengkel. Gamal memasang raut wajah merengut kala melirik ke kaca spion. Ia sebenarnya merasa tidak rela terhadap hubungan khusus yang dijalin Raffi bersama Elsa.
"Ah, kenapa gue cemas. Lagian mereka cuman pacaran. Yang udah nikah aja bisa direbut, apalagi yang masih pacaran," gumam Gamal sembari menginjak pedal gasnya. Dia perlahan menghilang ditelan jarak.
Sementara Raffi dan Elsa, saling terdiam di dalam mobil. Raffi tampak sangat konsentrasi menyetir mobil. Cowok itu bahkan melajukan mobil dalam kecepatan lumayan tinggi.
"Raf, tenang sedikit kenapa coba." Elsa memperingatkan.
"Ini gue tenang kok!" jawab Raffi. Bola matanya terus mengarah ke depan.
"Ngebut gitu dibilang tenang. Idih!" Elsa sekali lagi mengkritik. Sebenarnya dia ingin bicara serius kepada Raffi. Makanya Elsa berupaya keras membuat Raffi mengemudikan mobil dengan pelan.
"Ya udah... nih!" Raffi memelankan mobil. Ia mengukir mimik wajah datar.
"Lagian jam lima sore masih lama kok. Lo nakutin apa? Nyokap?" tukas Elsa.
"Udah tahu masih nanya." Raffi mendengus kasar. Tetapi Elsa justru tergelak kecil. Cewek itu menutupi mulut dengan satu tangannya.
"Jangan marah gitu dong. Gue gemes jadinya." Elsa iseng mencubit bahu Raffi. Menyebabkan Raffi sontak meringis kesakitan.
"Gemes ya gemes! Nggak perlu nyiksa juga kali!" Raffi mencoba melakukan pembalasan. Dia menarik beberapa helai rambut Elsa.
"Aaaa! Sakit, Raf!" Elsa reflek mengerang kesakitan. Namun erangannya tersebut sukses membuat Raffi tergelak.
Elsa segera memperbaiki rambut yang berantakan akibat serangan Raffi. Manik hitamnya melirik Raffi dengan kesal. Meskipun begitu, Elsa senang bisa menyaksikan Raffi tertawa.
"Lo kalau marah lebih gemesin, El!" ungkap Raffi. Masih tersenyum, menampakkan deretan gigi-giginya yang rapi.
Elsa ikut mengembangkan senyuman. Lesung pipit yang ada di kedua pipinya terlihat. Dia membisu sejenak. Hingga terlintas dalam benaknya mengenai satu hal. Tiba-tiba dia mengingat tentang perhatian Raffi kepada Zara. Entah kenapa itu sangat mengganggunya.
"Raf, bisa nggak lo ngurangin perhatian sama cewek selain gue? Emang sih, gue tahu sejak kecil lo punya empati yang tinggi. Tapi kalau berlebihan kan nggak baik juga. Lo lihat muka Zara nggak sih, pas lo nutupin badannya sama handuk?" ucap Elsa panjang lebar. Akan tetapi Raffi malah menyunggingkan senyuman.
"Dih... malah ketawa lagi." Elsa mendorong Raffi dengan gusar.
"Lo cemburu ya?" timpal Raffi. Lalu terkekeh geli.
"Ya iyalah, tempe!" ketus Elsa seraya mengalihkan pandangan ke jendela mobil. Sebab dia kesal saat melihat ekspresi cengengesan dari Raffi.
"Jangan masukin ke hati, El. Apa yang gue lakuin sama Zara adalah keharusan. Emang lo terima, mata gue terus jelalatin belahan dada dia? Nggak kan? Lo sendiri juga diam aja pas Zara diperlakukan begitu." Raffi memberikan penjelasan.
"Oh, jadi lo nyalahin gue. Gitu?"
"Iyalah. Lo kan juga cewek. Harusnya lo paham apa yang dirasain Zara. Gue emang nggak lihat ekspresi dia pas nutupin handuk. Tapi, gue bisa jelas lihat rasa takut Zara pas kena tantangan buka tanktop dari Gamal." Raffi memberikan alasan kuat.
"Oke, oke. Gue emang salah! Tapi lo paham nggak sih inti topik yang pengen gue bicarain? Gue pengen lo berhenti terlalu perhatian sama cewek lain. Bisa nggak sih?!" geram Elsa. Keningnya mengernyit dalam. Tanpa terasa dia dan Raffi tiba di tempat tujuan.
Raffi menghentikan mobil dengan pelan. Kemudian memegang lengan Elsa. Hingga jarak wajahnya dan wajah Elsa menjadi sangat dekat.
Elsa terkesiap. Jantungnya langsung berdegub kencang bak gendang yang ditabuh. Bukan saja wajah tampan Raffi yang membuatnya gugup, tetapi juga ekspresi tegas cowok itu. Tatapan mata elang Raffi, berhasil menggetarkan hati Elsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Daylily
Sabar El.. cowok memang gitu.. ga peka
2022-11-05
0
Luffy
Kalo gamal ngerebut elsa si parah
2022-11-01
0
penahitam (HIATUS)
aku tutup mata sejenak.
Nanti kalau udah up, aku buka mata lagi.
mwehehehe😈😈😂
2022-03-16
1