...༻☆༺...
Gamal mendongakkan kepala. Lalu memejamkan mata. Ia mencoba menenangkan diri sebelum mendengar kutukan dari Raffi.
"Mal, lo bakalan melarat kalau nggak jawab jujur atau nolak tantangan gue." Raffi berucap sambil mengarahkan jari telunjuk ke wajah Gamal.
"Tau aja lo kelemahan Gamal," cetus Tirta sambil cekikikan bersama Danu.
"Fine. Gue pilih tantangan!" ucap Gamal. Kedua tangannya terlipat di depan dada.
Raffi mendengus kecewa. Padahal dia berharap Gamal akan memilih opsi kejujuran. Namun sayangnya tidak. Alhasil Raffi berpikir dahulu sebelum memberikan tantangan yang tepat.
"Raf, suruh Gamal telanjang aja. Pffft..." bisik Danu sembari menahan tawa. Gamal yang dapat mendengar, langsung menggeplak kepalanya.
"Bacot lo, Dan. Biarin Raffi milih tantangan buatan dia sendiri!" geram Gamal.
"Raffi, cepet sebutin tantangannya!" desak Tirta yang sudah tak sabar.
Raffi memegangi jidatnya karena masih berpikir. Setelah menimbang-nimbang cukup lama. Dia akhirnya menemukan ide.
"Gue udah nemu!" seru Raffi yang reflek menegakkan badan. "Gamal! Gue tantang lo cium Danu!" imbuhnya.
"Oke, gampang!" sahut Gamal. Dia langsung menoleh ke arah Danu. Tatapan bertekad membinar dimatanya.
"Astaga, kenapa gue?!" protes Danu yang bergegas berdiri. Kemudian berlari untuk menjauhi Gamal.
Bukannya Gamal yang merasa tertekan. Melainkan Danu. Sebab Gamal terlihat bersemangat mengejar Danu. Keduanya berlari mengelilingi area halaman belakang.
"Kenapa lo pilih tantangan itu, Raf. Kayak nggak kenal Gamal aja. Dia mana takut sama begituan. Harusnya lo suruh dia jadi eksibis aja di depan umum. Pasti dia ketakutan," pungkas Zara. Menurutnya Raffi terlalu naif.
"Eksibis? Gila banget suruh dia kayak gitu. Gue masih punya hati nurani," balas Raffi dengan dahi berkerut.
"Gimana sama Gamal? Dia nyuruh gue buka tanktop. Lo pikir itu namanya hati nurani?" Zara masih belum berhenti mempertahankan pendapat.
"Udahlah! Hal kayak begitu aja sewot. Kalau lo mau Gamal nerima tantangan lo, mendingan tunggu giliran main aja. Apa susahnya sih," ketus Elsa.
"Eh, lihat! Gamal berhasil bawa Danu ke sini," ujar Tirta. Tanpa sengaja dia menghentikan perdebatan yang terjadi.
"Raf, lo bakal liat yang elo mau!" tukas Gamal. Lalu segera menempelkan bibirnya ke pipi Tirta. Meskipun dia melakukannya di pipi, tetap saja semua orang merasa geli.
Sebenarnya orang yang merasa jijik sejijik jijiknya adalah Danu. Segalanya bisa terlihat dari raut wajahnya yang meringis. Baginya ciuman dari seorang cowok memiliki sensasi aneh. Terasa seperti di cium cacing alaska.
"Kenapa di pipi coba!" seru Tirta. Dia mengira Gamal akan mencium di bibir.
"Gue niru apa yang dilakuin Raffi tadi. Dia kan cuman nyuruh gue buat cium Danu, nggak ada penjelasan mau nyium dimana. Jadi terserah gue dong. Mau dicium di pantat juga boleh!" sahut Gamal seraya menepuk keras pantat Danu.
"Aduh! Kampret lo, Mal!" keluh Danu yang tak terima pantatnya dipukul. Sementara teman-temannya asyik mentertawakan. Termasuk Raffi sendiri.
"Gimana, Raf? Sah-kan?" tanya Gamal seraya duduk kembali ke lantai.
"Oke, penjelasan lo tadi emang bener. Gue nggak spesifik ngasih tantangannya. Jadi sah aja sih," jawab Raffi.
Selang beberapa menit, ponsel Raffi mendadak berdering. Kebetulan volume suaranya sengaja ditinggikan oleh Raffi. Sehingga dapat didengar dari kejauhan.
"Eh, ponsel gue bunyi." Raffi bergegas berlari memasuki villa. Mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Dia melihat ada panggilan tak terjawab dari ibunya. Mata Raffi sontak membulat sempurna.
'Njir! Gue lupa hari ini ada les,' batin Raffi seraya menggigit bibir bawahnya. Bukannya kembali bergabung bersama Gamal dan yang lain, dia justru masuk ke kamar mandi. Bahkan tanpa memberitahu Elsa.
Di dekat kolam renang, Elsa segera berdiri. Kepalanya celingak-celingukan melihat ke dalam villa. Namun Raffi tidak kunjung muncul.
"Kok Raffi lama banget? Gue nggak sabar pengen main nih!" kata Danu. Ia merupakan orang selanjutnya yang akan memutar botol kaca.
"Biar gue cari dia." Elsa melenggang masuk ke dalam villa. Gamal yang juga merasa penasaran, lantas mengikuti dari belakang. Keduanya berjalan beriringan sambil berupaya mencari keberadaan Raffi.
Perlahan terdengar suara percikan air dari kamar mandi. Elsa yakin itu adalah ulah Raffi.
"Kayaknya Raffi lagi mandi." Gamal berjalan ke dekat Elsa. Mereka berhenti di depan kamar mandi dimana Raffi berada.
"Raf, lo kenapa mandi nggak bilang-bilang?!" pekik Gamal.
"Gue mau pulang, Mal!" jawab Raffi balas memekik.
"Emang siapa tadi yang nelpon?" tanya Elsa sambil menempelkan telinga ke pintu.
"Nyokap gue. Tapi gue nggak sempat jawab. Gue baru ingat kalau sore ini ada jadwal les."
"Oh, pantesan. Ya udah, kalau gitu gue mau siap-siap pulang juga deh. Mal, ada kamar mandi lain kan?" Elsa menoleh ke arah Gamal.
"Ada satu di kamar utama." Gamal menyahut dengan nada datar. Entah kenapa dia merasa kesal dengan keputusan Raffi.
"Oke, gue mau mandi dulu." Elsa beranjak ke kamar utama.
Gamal mengeratkan rahang sebal. Kemudian memberitahukan teman-temannya mengenai niat kepulangan Raffi. Semua orang tentu merasa kecewa sekaligus kesal seperti Gamal.
"Elaaah! Nggak sempat main gue. Padahal gue mau ngasih tantangan ke Tirta buat guling-guling di aspal!" Danu mendengus kasar. Lalu merebahkan diri ke kursi yang ada di pinggiran kolam.
"Gue juga nggak sempat kena giliran. Padahal gue pengen liat Gamal jadi eksibis di stasiun kereta," ungkap Zara. Dia tampak masih mengenakan handuk, dan belum sama sekali mengenakan pakaian kembali.
"Apa lo bilang?!" Gamal menghampiri Zara. Lalu memegang kuat dagu Zara. Tirta dan Danu terdiam seketika. Hal yang paling mengerikan dari seorang Gamal adalah ketika dia marah. Sebab kekesalannya tadi memang sudah memuncak semenjak mengetahui Raffi akan pulang. Namun Zara malah menyulut api kemarahan itu dengan bensin.
"Gu-gue kan juga pengen main kayak kalian..." lirih Zara tergagap. Dia kesulitan bicara karena tangan Gamal masih mencengkeram dagunya.
"Lo mending fokus aja buat jadi mainan gue. Denger?!" Gamal melepaskan dagu Zara dengan kasar. Sehingga kepala Zara reflek tersentak ke kanan.
"Lo nggak bakal gabung ke sini kalau gue nggak ngajak lo ikut. Udah murah, miskin lagi!" maki Gamal.
Zara menundukkan kepala. Matanya langsung berkaca-kaca. Ucapan Gamal menusuk hingga ke lubuk hati yang terdalam. Sakit!
Tanpa terasa, air mata berjatuhan di pipi Zara. Dia mematung di tempat. Tirta dan Danu yang melihat, otomatis cemas.
"Mal, Zara nangis tuh! Harusnya lo nggak perlu ngomong sekasar tadi dong," ucap Tirta. Menyebabkan Gamal kembali menatap ke arah Zara.
"Astaga... Zara nangis ya. Ya udah maafin gue kalau gitu." Gamal melangkah mendekati Zara. Berbicara dengan nada lembut. Kemudian membelai puncak kepala gadis itu. Satu tangan Gamal lainnya menjelajah masuk ke dalam handuk yang menutupi buah dada Zara.
Zara masih saja menunduk. Dia justru tambah sakit hati. Apalagi ketika merasakan tangan Gamal bermain dengan area pribadinya.
...____...
Catatan kaki :
Eksibis/Eksibisionis: Gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengekspos organ seksualnya - atau alat kelamin - kepada orang lain, biasanya orang yang belum pernah mereka temui dan tidak mengharapkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Daylily
Gamal kena batu nya ga ya?
2022-11-05
0
penahitam (HIATUS)
ckckck... gamal hayoloh
anak orang itu.. kenapa dibuat nangis.
2022-03-16
3
zelindra
up lgi dong
2022-03-15
2