...༻☆༺...
Zara terlihat tidak nyaman terhadap posisinya sekarang. Namun Gamal justru terus terkekeh bersama Danu dan Tirta.
Sementara Elsa menatap nanar Zara. Rasa peduli dan benci bercampur aduk dalam dirinya. Elsa tidak bisa memilih salah satunya.
Raffi menghela nafas panjang. Menurutnya apa yang dilakukan Gamal jelas adalah pelecehan. Dengan cepat dia berdiri, lalu meraih salah satu handuk yang menggantung dekat jendela. Raffi memakaikan handuk itu untuk menutupi bagian tubuh Zara yang terbuka.
Zara tersenyum melihat kepedulian Raffi. Dia merasa lega ketika bagian tubuhnya yang terbuka telah tertutup.
"Laaah! Apaan sih lo, Raf." Gamal sontak melakukan protes. Dia dan yang lain menatap heran kepada Raffi.
"Zara udah lepas tanktopnya kan? Lo juga nggak nyuruh dia buat nutupin badannya setelah melepas tanktop. Jadi menurut gue ini sah-sah aja. Bener kan?" Raffi kembali duduk dengan santainya.
"Bener juga sih..." Tirta mengiyakan pendapat Raffi. Satu tangannya menggaruk tengkuk tanpa alasan.
Gamal tidak bisa membantah kecerdikan Raffi. Dia harusnya memberikan tantangan yang lebih spesifik.
"Makasih ya, Raf..." ungkap Zara dengan tatapan yang berbinar-binar. Ia merasa terenyuh terhadap perlakuan Raffi. Saat itulah mata Elsa mendelik ke arahnya. Meskipun begitu, dia berusaha memahami alasan dibalik tindakan Raffi. Elsa tidak bisa menampik empati tinggi yang sudah dimiliki Raffi sejak kecil.
Permainan kembali di mulai. Sekarang orang yang bertugas memutar botol adalah Tirta. Dia tersenyum girang saat melihat botol telah berputar.
Kepala botol kaca berhenti tepat ke arah Raffi. Semua orang yang tidak kena, otomatis menatap Raffi. Kini lelaki itu harus memilih di antara jujur? atau tantangan?
"Kutukan gue... emmm..." Tirta berpikir sembari mengarahkan bola mata ke atas. Mencari sesuatu hal yang tidak akan membuat Raffi menolak.
"Lo bakalan jadi orang bodoh kalau nggak jawab jujur atau nerima tantangan gue!" ucap Tirta. Jari telunjuknya di arahkan ke wajah Raffi.
"Hebat kutukan lo, Ta!" Danu menepuk pundak Tirta.
"Pokoknya elo bakalan merasakan kebodohan yang bodoh dan sangat bodoh. Ingat itu ya." Tirta sengaja melebih-lebihkan. Dia ingin Raffi menciut. Akan tetapi Raffi terlihat santai. Bahkan terkesan biasa saja.
"Oke. Gue mau pilih jujur aja," balas Raffi. Dia enggan memilih tantangan, setelah menyaksikan apa yang terjadi kepada Zara tadi.
"Ada satu hal yang bikin gue penasaran selama temenan sama lo. Yaitu mengenai perasaan lo sama Elsa. Lo suka nggak sih sama dia?" Tirta melontarkan pertanyaan seraya menunjuk Elsa dengan dagu.
Raffi diharuskan menjawab jujur. Dia terdiam sejenak. Sedangkan Elsa yang duduk di sebelahnya, tidak berhenti menatap. Gadis itu tentu mengharapkan Raffi berkata jujur. Namun di sisi lain, dia tidak mau hubungan istimewanya dengan Raffi terbongkar.
Alasan utama Elsa menutupi hubungannya adalah, karena dia tidak enak dengan keluarga pamannya. Kebetulan ayahnya Vina tersebut melarang anak gadis yang tinggal di rumahnya untuk berpacaran. Elsa belum siap menghadapi semua itu. Lagi pula posisi dia di rumah Vina hanya sebatas numpang.
Gamal menyunggingkan mulut ke kanan. Dia tidak sabar menunggu jawaban Raffi. Gamal berharap Raffi jujur. Sebab dirinya selalu beranggapan Raffi tidak pernah menyukai Elsa. Dengan begitu, Elsa akan merasa sakit hati dan menjauh dari Raffi. Akan tetapi sayang, Gamal justru dibuat terkejut terhadap pengakuan Raffi.
"Gue suka sama Elsa," kata Raffi. Menyebabkan mata sebagian besar orang membulat bersamaan.
"Suka yang gue maksud di sini adalah mengenai perasaan spesial cowok ke cewek ya. Pokoknya cinta-lah!" tanggap Tirta. Dia ingin memastikan kesungguhan Raffi.
"Iya, gue ngerti kok. Dan gue suka sama Elsa!" ungkap Raffi. Dia tidak ragu sedikit pun.
Jujur saja, Elsa sangat bahagia mendengar perkataan Raffi. Cowok itu tidak hanya tampan dan pintar, tetapi juga gentle. Elsa sempat termangu. Dia perlahan menunduk, lalu tersenyum dalam diam.
Mendengar penuturan Raffi, Zara langsung memasang ekspresi sendu. Ia diserang oleh perasaan kecewa. Terasa ada yang menusuk di ulu hatinya, namun tak berdarah.
Gamal menatap Raffi dan Elsa secara bergantian. Dia sukses memergoki wajah merah Elsa. Belum lagi senyuman girang cewek itu. Gamal memilih bungkam, dan menenggak minuman kemasan dari botol.
"Waah... gimana, El? Raffi secara tidak langsung nembak lo tuh," ujar Danu.
"Kami udah pacaran kok!" Raffi mengungkapkan dengan gamblang. Membuat Elsa sontak mempelototi.
"Raf!" Elsa mencengkeram pergelangan tangan Raffi. Perasaannya lagi-lagi berkecamuk. Dia tidak tahu apakah harus senang atau gelisah?
"Nggak papa kan, El?" Raffi menoleh ke arah Elsa.
Elsa terdiam dalam sesaat. Kemudian memandangi teman-temannya satu per satu. Semua orang terlihat penasaran mengenai kebenaran atas pengakuan Raffi.
"Bener, El? Sejak kapan?" timpal Gamal. Kelopak matanya melebar.
Elsa mengangguk. "Sejak..." Dia enggan menjawab. Sebab hubungannya dan Raffi baru di mulai semenjak kemarin. Hal itu mengartikan bahwa mereka baru berpacaran selama satu hari. Disebut baru seumur jagung pun tidak sampai.
"Pantesan dari tadi marah-marah, ternyata emang ada hubungan spesial toh. Harusnya kalian bilang aja ke kami dari awal," cetus Zara sambil memegang erat handuk yang menutupi badannya. Dia menghembuskan nafas berat. Perasaan kecewanya semakin menggunduk.
"Sejak kapan sih?" Gamal kembali menuntut jawaban.
"Kalian nggak perlu tahu sejak kapan. Yang jelas gue udah punya pacar sekarang. Lagian kenapa kalian mendadak melakukan interogasi? bukannya lanjutin permainan. Gue kan juga mau ngasih kutukan. Terutama buat Gamal!" Raffi meraih botol kaca. Dia memang adalah orang yang kena giliran memutar botol selanjutnya.
"Idih! Katanya nggak mau pacaran. Mau fokus sekolah," sindir Gamal blak-blakkan. Sedikit memanyunkan mulut.
"Gue nggak mau nolak rezeki! Cinta yang terbalas kan bisa dibilang rezeki," pungkas Raffi.
"Apaan deh! Raffi lebayyy!" Gamal mendorong pelan pundak Raffi. Entah kenapa dia merasa agak panas mendengar ucapan Raffi.
Sementara itu Elsa, sedari tadi hanya sibuk tertawa bersama yang lain. Satu-satunya orang yang memasang mimik wajah datar hanyalah Zara.
"Eh, guys. Kalian harus rahasiakan hubungan gue sama Raffi. Kami belum siap go publik!" imbuh Elsa.
"Bener. Jangan bilang siapa-siapa!" Raffi ikut bersuara.
"Kalian tenang aja. Kami bukan tukang ember kok. Bahkan sampai sekarang kami nutupin rahasia Gamal dengan rapat. Dia--" Gamal lekas menyenggol Danu dengan sikunya. Dia terlihat berupaya menyembunyikan ekspresi gugup.
"Emang lo punya rahasia apaan, Mal?" tanya Raffi.
"Banyak rahasia gue!" Gamal membisu sebentar dan meneruskan, "oh iya, akhir-akhir ini sebenarnya gue punya rahasia baru. Sini!" Gamal menyuruh semua orang mendekat. Saling berpegangan dalam bentuk lingkaran.
Raffi lantas membuka telinga lebar-lebar. Ia tidak sabar mendengarkan rahasia Gamal.
"Rahasia gue adalah... rahasia..." kata Gamal dengan nada berbisik. Dia langsung kena pukulan serta sorakan amarah dari teman-temannya.
Gamal hanya tertawa lepas. Sebenarnya tadi dia memang bermaksud membeberkan rahasia pentingnya. Tetapi nampaknya Gamal mengurungkan niat karena merasa tidak yakin. Dirinya memutuskan tetap menjadikan rahasianya tersimpan dalam kotak pandora.
"Udah ah! Gue putar botolnya," seru Raffi. Lalu memutar botol kaca.
Kali ini botol kaca berhenti tepat ke arah Gamal. Raffi lantas berseringai. Dia bersiap memberikan pembalasan untuk Gamal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Nur Mutmainna Patta
bgus Elsa.. jambak aj trus
2023-05-11
0
Daylily
what a gentleman.. 👏🏼
2022-11-05
0
penahitam (HIATUS)
Aku kalau jadi elsa juga pasti cemburu, punya pacar ngasik perhatian gitu ke cewek lain.
Tapi, ntar kalau gak ditutupin matanya takut jelalatan juga.
hadeeehhhh. pusing jadi cewe 😅😂
2022-03-15
2