...༻☆༺...
Setelah makan malam, Raffi langsung kembali ke kamar. Mematikan ponsel, lalu merebahkan diri ke kasur. Perlahan matanya memejam rapat.
Tok...
Tok..
Tok...
Suara ketukan berhasil membangunkan Raffi dari tidur. Dia menengok ke jam dinding terlebih dahulu. Waktu menunjukkan jam 02.00 dini hari.
"Raf! Ini gue Elsa..." seru sosok di depan jendela.
Raffi bangkit dari kasur dan segera membukakan jendela. Terlihatlah Elsa yang masih menggunakan pakaian seperti saat sore tadi. Kaos biasa dan celana jeans pendek sepangkal paha.
"Ngapain malam-malam gini lo masuk lewat jendela?" timpal Raffi tak percaya.
"Gue kangen aja. Nggak boleh?" Elsa melangkah semakin dekat. Perlahan dia memojokkan Raffi hingga telentang ke kasur.
"Jangan gila, El! Lo mau ngapain?" Raffi membulatkan mata dalam keadaan membeku. Elsa tampak duduk di atas badannya yang telentang.
"Mau ngabulin apa yang lo mau. Lo tadi pengen kan pas selesai nonton video Gamal?" ujar Elsa sembari melepas kaos baju atasannya. Kini tampilannya hanya mengenakan bra dan celana jeans pendek sepangkal paha.
"Dari mana lo tau?" sedari tadi mata Raffi terus terbelalak. Jantungnya berdebar. Apalagi saat menyaksikan penampilan Elsa yang hampir telanjang.
Elsa justru tersenyum. Kemudian membuka kancing piama yang dikenakan Raffi. Selanjutnya gadis itu memagut bibir Raffi.
Naluri alami Raffi sebagai lelaki bangkit. Dia tentu terbuai dengan cumbuan Elsa. Darah disekujur badannya berdesir hebat. Raffi merespon segala sentuhan Elsa.
Tok!
Tok!
Tok!
"Raffi! Kamu belum bangun? Ini sudah hampir jam setengah delapan pagi!" suara ketukan serta panggilan Heni terdengar. Raffi sontak membuka mata lebar-lebar.
Raffi merubah posisi menjadi duduk. Ia melihat jam telah menunjukkan 07.10 pagi. Menandakan Raffi sudah terlambat untuk pergi ke sekolah.
"Sial!" rutuk Raffi seraya beringsut ke ujung kasur. Betapa terkejutnya dia, ketika melihat celana, selimut dan kasurnya basah.
"Arrrghhh! Kenapa harus sekarang sih!" keluh Raffi. Dia baru ingat kalau kedatangan Elsa ke kamarnya tadi malam hanyalah mimpi. Parahnya itu bukanlah mimpi biasa.
Raffi bergegas berlari masuk ke kamar mandi. Dia hanya ingin menyingkirkan korban hasratnya secepat mungkin. Tepat sebelum ibunya tahu.
"Raffi? Kamu udah bangun atau enggak? sepuluh menit lagi jam setengah delapan!" Heni kembali memperingatkan. Saat itulah Raffi tergesak-gesak turun dari tangga. Dia terlihat membawa selimut dan sprei kasur.
"Kenapa kamu bawa selimut?" Heni mengernyitkan dahi. Hal sama juga dilakukan oleh Irwan, yang kebetulan sibuk membaca berita melalui ponsel.
"Mau nyuci." Raffi menjawab sambil melingus melewati meja makan. Ia ingin cepat-cepat pergi ke belakang untuk mencuci.
"Tumben. Biasanya kamu nyuruh Mbok Asri yang nyuciin," tanggap Heni sambil menggelengkan kepala. Namun tidak untuk Irwan. Dia malah cekikikan menyaksikan tingkah putra semata wayangnya.
"Kenapa Mas tertawa? Nggak ada yang lucu kok," tegur Heni. Kemudian menggigit roti isi selai kacang.
"Nggak terasa anak kita udah gede ya." Balasan Irwan sama sekali tidak menyambung teguran Heni. Dia sebenarnya tahu kalau Raffi mengalami mimpi basah. Sebagai seorang lelaki yang pernah muda, Irwan tentu mengerti.
"Emang kamu mau Raffi terus jadi bayi?" tukas Heni dengan raut wajah sinisnya. Irwan lantas hanya bisa menggeleng pelan.
Di seberang rumah Raffi, ada Elsa yang menunggu. Dia sudah rapi dengan seragam sekolah. Spesial untuk hari ini, Elsa menjepit rambutnya di sisi kanan. Ia bahkan memakai lipstik yang agak merah dari biasanya. Meskipun begitu, warnanya tidak terlalu mencolok.
Elsa menanti Raffi sambil sesekali menengok ke jam yang melingkar di pergelangan tangan. Dia tidak berhenti menggerak-gerakkan kaki.
"Tumben Raffi lama. Jangan-jangan tuh anak dandan dulu," gerutu Elsa sambil mengamati jendela kamar Raffi yang dapat dilihat dari depan rumah. Dari belakangnya ada Vina yang baru keluar dari rumah.
Sejak kemarin Vina bersekolah menggunakan sepeda. Katanya dia mau sekalian berolahraga demi menurunkan berat badan.
"Kak Elsa, aku duluan ya. Kakak kalau mau bareng, di gudang ada satu sepeda lagi tuh." Vina berucap sambil menunjuk ke arah garasi.
Elsa lekas menggeleng. "Nggak, gue mau ikut Raffi aja," sahutnya. Vina otomatis berangkat lebih dahulu.
Akibat terlalu lama menunggu, Elsa akhirnya melangkah menuju rumah Raffi. Dia berhenti tepat di depan pintu, lalu menggerakkan tangan untuk menekan bel. Belum sempat Elsa melakukannya, Irwan mendadak membuka pintu.
"Eh, Elsa. Kamu cari Raffi?" tebak Irwan yang tampak mengenakan setelan jas rapi.
"Iya, Om. Raffi-nya udah siap kan?" jawab Elsa sembari melirik ke dalam rumah.
"Raffi! Ini Elsa cari kamu! Cepetan, kamu udah telat!" pekik Irwan. Kemudian segera pergi dengan mobil.
Raffi gelagapan ketika mendengar nama Elsa. Dia langsung meninggalkan mesin cuci yang sibuk berputar. Raffi menggigit roti buatan Heni. Dilanjutkan dengan meminum beberapa teguk susu. Selanjutnya, dia segera berpamitan untuk berangkat sekolah.
"Pelan-pelan, Raf! Ya ampun. Nggak biasanya kamu begini." Heni menyempatkan diri memukul salah satu bahu putranya. Raffi hanya bisa mengaduh sambil berlari ke pintu depan. Di sana dia bertemu Elsa.
Mata Raffi membulat sempurna. Tingkahnya seakan seperti melihat sesosok makhluk halus. Elsa benar-benar orang yang harus dihindarinya sekarang. Saat melihat Elsa, gambaran dalam mimpinya tadi malam langsung terlintas.
"Lo kenapa sih?" timpal Elsa. Dia merasa gusar terhadap sikap Raffi.
"Lo duduk di kursi belakang ya!" saran Raffi seraya mengenakan sepatu hitam.
"Hah? Nggak salah lo?" Elsa terperangah. Apa Raffi mencoba menghindarinya? Setahu Elsa, kemarin sahabatnya itu jelas juga bilang menyukainya.
'Mungkinkah Raffi berubah pikiran?' batin Elsa. Tangannya dengan cepat melepas penjepit berbentuk bunga dari rambutnya. Dia benar-benar kesal dengan sikap Raffi. 'Atau Raffi sengaja ngerjain gue?' Elsa kembali menduga dari hati.
"Ayo!" Raffi melangkah lebih dahulu masuk ke mobil. Di ikuti oleh Elsa seterusnya.
Elsa kukuh duduk di depan bersama Raffi. Dia beranggapan ucapan Raffi tadi hanyalah bahan candaan.
"Loh, kok duduk di sini? Kan tadi gue bilang lo duduk di belakang aja," cetus Raffi. Berusaha menjaga jarak dari posisi Elsa.
"Lo kenapa sih? Lo ngerasa jijik sama gue, setelah apa yang kita lakukan kemarin?!" Elsa menatap tak percaya. Dari semburat wajahnya, dia terlihat marah.
"Bukan gitu, El. Gue..." Raffi bingung bagaimana harus menjelaskan. Jika dia menjawab yang sejujurnya, maka Elsa mungkin akan jijik kepadanya. Tetapi andai tidak memberi alasan, Elsa pasti semakin marah. Parahnya Raffi sekarang tidak mempersiapkan alasan apapun. Baru kali ini Raffi merasa seperti orang bodoh.
"Kenapa?! Lo kalau nggak suka sama gue, nggak usah bohong." Elsa melipat kedua tangan di depan dada.
"Gue jelasin pas udah sampai sekolah ya. Sebentar lagi bel masuk bunyi nih!" ujar Raffi seraya mencoba menjalankan mobil. Namun Elsa dengan sigap mencegah.
"Jelasin sekarang!" tuntut Elsa. Dia menggenggam erat pergelangan tangan Raffi. Saat itulah terlihat sesuatu yang mencuat dari celana Raffi. Bagian anggota tubuh cowok itu sepertinya berinsiatif memberi penjelasan kepada Elsa.
Elsa membelalakkan mata sejenak. Setelahnya dia tertawa geli mengetahui alasan kuat Raffi menghindar. Menurutnya Raffi sedang mengalami masa subur.
Raffi yang merasa malu, melepas paksa genggaman Elsa. Dia memejamkan rapat matanya karena merasa sangat malu. Raffi langsung menutupi juniornya dengan tas ransel. Rasanya dia ingin mengubur wajahnya ke dalam tanah.
"Ya ampun, Raf. Jangan bilang lo tadi malam mimpiin gue? Bwahahaha!" gelak tawa Elsa masih belum berhenti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Peach 🍑
Ah jadi kan. Sedih rasanya thorr 🤣🤣🤣
2022-03-21
4
penahitam (HIATUS)
astaga... raffi masih kebawak gitu ya rasanya, 😂
2022-03-11
2
zelindra
bhahaaahaaaa😅😅😅😅...... mimpi basah .. up up ... kurang klok cm satu oiiii.....🤗🤗
2022-03-10
2