...༻☆༺...
Bel sekolah berbunyi. Seluruh murid saling berdahuluan untuk pulang. Kecuali Raffi dan Elsa. Keduanya sering menunggu sampai keadaan gerbang sekolah tidak dipenuhi banyak orang.
"Cie... yang mau jadi ketua osis," sapa Elsa sembari meletakkan tangan ke pundak Raffi.
"Ish! Nggak banget. Sekali lagi lo ngomong gitu, gue tinggal ya. Gue nggak mau bawa lo pulang!" Raffi menggeser tangan Elsa dari pundak. Lalu mengarahkan jari telunjuknya ke wajah sahabat perempuannya itu.
"Idih! Gitu aja marah. Padahal bagus loh, kalau punya riwayat jadi ketua osis. Nanti pas udah kuliah atau kerja, orang-orang nggak bakal ragu buat pilih lo jadi pemimpin. Apalagi kalau kinerjanya bagus kayak Kak Radit kemarin." Elsa menatap Raffi dengan sudut matanya. Dua tangannya bertautan dari balik punggung.
"Capek tau!" Raffi mengusap kasar puncak kepala Elsa. Dia merasa kesal sekaligus gemas.
"Ish! Jangan bikin rambut gue berantakan." Elsa berusaha keras menjauhkan tangan Raffi.
Selang beberapa saat, seorang siswi bernama Putri Annika datang. Dia merupakan satu-satunya siswi yang menjadi kandidat ketua osis. Putri cukup populer di sekolah. Ia memiliki paras cantik karena keturunan blesteran Jerman.
"Raf, gue mau ngomong sama lo. Boleh nggak?" Putri bertanya sambil melirik ke arah Elsa. Tindakannya tersebut seperti sebuah sindiran, agar Elsa bisa meninggalkannya berdua bersama Raffi.
"Mau ngomong apa?" tanya Raffi seraya mengangkat dua alisnya secara bersamaan.
"Gue ke toilet bentar ya!" Elsa yang mengerti segera beranjak. Kini hanya tinggal Raffi dan Putri berduaan duduk di bangku panjang.
"Gue bingung mau nyiapin apa buat acara pemilihan ketua osis nanti. Kalau lo, udah nyiapin pidato sama ide-ide lo nggak?" balas Putri.
"Berminat aja enggak. Apalagi mikirin hal kayak begituan. Gue nggak mau terlalu ambisius. Karena minat gue cuman mau jadi anggota aja. Lo tenang aja, saingan lo berkurang satu." Raffi mengacungkan jari telunjuk ke depan wajah. Demi membentuk angka satu dengan anggota tubuhnya.
Raffi dan Putri mengobrol cukup lama. Sampai Elsa kembali lagi untuk bergabung. Dia menghentikan langkahnya saat menyaksikan Raffi tertawa bersama Putri. Rasa cemburu tentu saja dirasakan Elsa.
"Gue boleh minta nomor lo nggak? Elo kan cowok pinter, kali aja nanti gue boleh nanya-nanya lo tentang banyak hal." Putri menyodorkan smartphone-nya kepada Raffi. Seakan hanya memberi Raffi pilihan untuk mengiyakan.
"Oke..." Raffi mengetik nomor handphone-nya ke ponsel Putri. Elsa yang melihat, segera menghampiri.
"Raf, kita pulang sekarang yuk!" ajak Elsa dengan ekspresi wajah masamnya.
Sebelum menjawab, Raffi mengembalikan ponsel Putri terlebih dahulu. Kemudian bangkit dari tempat duduk.
"Sabar, sabar. Muka lo kenapa kayak curut gitu coba?" sahut Raffi yang sempat memergoki muka masam Elsa.
"Gue laper." Elsa menjawab asal. Lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Kalian pacaran ya?" timpal Putri yang penasaran.
"Nggak. Kami--"
"Emangnya kenapa kalau pacaran?" Elsa sengaja menyambar lebih dahulu omongan Raffi.
"Gue nanya aja. Kok lo yang sewot." Putri sedikit tercengang akan sikap Elsa.
"Gue nggak sewot kok. Cuman penasaran. Kali aja lo tertarik sama temen cowok gue ini." Elsa membawa Raffi masuk ke dalam rangkulan.
"Apaan sih, El." Raffi tidak suka ketika Elsa tiba-tiba bersikap menyebalkan.
"Ya udah. Gue mending pulang juga. Makasih ya, Raf. Nanti gue kirim chat sama lo," ujar Putri. Dia sepertinya tidak menanggapi ucapan Elsa.
"Lah... sok banget. Lo kalau suka sama Raffi bilang aja ke gue. Nanti gue yang--" Raffi lekas-lekas membekap mulut Elsa.
"Lo kenapa gitu terus sama cewek yang ngobrol sama gue?" timpal Raffi sambil berjalan lebih dulu ke parkiran.
"Gue cewek, Raf. Gue tahu cewek baik dan buruk itu kayak apa." Elsa menjelaskan asal. Akan tetapi Raffi sama sekali tidak peduli. Untuk sekarang dia tidak berminat berpacaran.
Elsa memang sering bersikap ingin mencomblangkan. Apalagi jika dia berhasil memergoki Raffi didekati seorang cewek. Tetapi sebenarnya itu hanya akal-akalan Elsa agar cewek yang mendekati Raffi merasa risih. Dia tahu betul, Raffi paling anti dijodoh-jodohkan dengan seseorang.
Padahal alasan Raffi tidak berniat memiliki pacar, karena akhir-akhir ini merasa tertarik kepada Elsa. Makanya dia marah bila Elsa bertingkah seperti mau mencomblangkannya dengan cewek lain. Raffi tidak tahu perasaanya cinta atau tidak. Yang jelas, dia merasa nyaman kala bersama Elsa.
"Raf, besok PR Matematika gue dikumpul sama Pak Darto. Lo mau bantuin gue belajar nggak sore atau malam ini?" tanya Elsa penuh harap.
"Bisa. Kebetulan gue lagi nggak ada jadwal les hari ini." Raffi mengangguk satu kali.
"Oke, gue tunggu di rumah." Elsa tersenyum girang.
...***...
Setibanya di rumah, Elsa langsung sibuk membuka internet. Sekali lagi, ajakan belajarnya kepada Raffi hanya alasan dibalik rencana tersembunyi. Elsa merasa panas terhadap hal yang terjadi tadi siang. Dia tidak rela Raffi dekat dengan cewek lain selain dirinya. Sebenarnya hal itu terlalu sering terjadi, dan Elsa sangat membencinya. Makanya gadis tersebut merasa harus segera melakukan sesuatu.
"Gue nggak mau kisah cinta gue kayak di film-film. Gue bukan tipe cewek yang mau kalah. Pokoknya Raffi harus jatuh cinta sama gue!" gumam Elsa. Jari-jemarinya sibuk mengetik di papan keyboard.
...'Bagaimana cara membuat cowok jatuh cinta.'...
Begitulah kalimat yang ditulis Elsa di papan pencarian internet. Hanya berselang beberapa detik, muncullah puluhan tips dan jawaban atas pertanyaannya.
Kebanyakan jawaban yang muncul hampir sama. Semuanya sudah pernah dilakukan Elsa kepada Raffi. Tidak ada satu hal yang baru. Hingga akhirnya dia berinisiatif mencari dengan kalimat berbahasa Inggris.
Keluarlah jawaban-jawaban yang berasal dari website luar negeri. Elsa memeriksa satu per satu. Hingga dirinya menemukan satu hal yang belum pernah dicobanya. Yaitu sentuhan intim.
Elsa menggigit bibir bawahnya. Mendadak dia membayangkan dirinya berciuman dengan Raffi. Jalan pemikirannya mulai ekstrim. Tetapi Elsa bertekad melakukan apapun agar Raffi tertarik kepadanya. Sebenarnya dia tidak perlu berusaha terlalu keras lagi, karena puluhan usahanya sudah membuat Raffi tertarik.
'Haruskah gue cium Raffi?' batin Elsa sembari memegangi bibir ranumnya yang masih suci.
"Elsa! Raffi datang nih!" suara pekikan dari Risna terdengar. Ia merupakan bibi kandung Elsa sekaligus ibunya Vina.
Elsa bergegas mematikan laptop. Dia segera mengganti pakaian dan merapikan diri. Elsa menghabiskan waktu yang lama untuk memilih pakaian.
Raffi yang tidak sabar menunggu, mendatangi Elsa ke kamar. Dia mengetuk pintu kamar Elsa beberapa kali.
"Lo lagi ngapain, El? Lama banget sih. Berak ya?" Raffi menempelkan telinga ke pintu. Dia hanya iseng melakukannya.
"Tunggu bentar!" sahut Elsa dari dalam kamar.
Ceklek!
Pintu dibuka oleh Elsa. Dia mengembangkan senyuman simpul. Elsa yang tadinya hendak memakai dress, berakhir memilih mengenakan celana jeans pendek sepangkal paha. Ia menggunakan kaos baju sehari-hari. Elsa memutuskan berpakaian biasa saja, agar niat utamanya tidak terlalu jelas.
'Gue harus ngungkapin perasaan hari ini. Gue nggak mau nunda-nunda lagi," batin Elsa bertekad.
"Kalian mau belajar bareng ya?" Vina mendadak bergabung. Ia bersemangat saat melihat kehadiran Raffi.
"Iya, lo mau ikut?" tawar Raffi. Menyebabkan mimik wajah Elsa seketika berubah menjadi datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Daylily
kacau ni Elsa
2022-11-05
0
penahitam (HIATUS)
Hayolohhh elsa.
Otakmu itu sudah kelebihan vitamin kayaknya 😂😂
2022-03-08
3
@de_@c!h
ikh...gemes dech m raffi yg g peka"...
2022-03-08
1