...༻☆༺...
Hari senin telah tiba. Seperti biasa, ritual rutin sekolah selalu mengadakan upacara bendera. Hal serupa juga dilakukan oleh SMA Angkasa Jaya.
Upacara selesai, setelah memakan waktu kurang lebih setengah jam. Di akhir kegiatan upacara, pasti akan ada berupa pengumuman penting.
"Sebelum barisan dibubarkan. Bapak mau memberitahukan pengumuman penting hari ini. Pertama, yaitu memberikan penghargaan kepada salah satu siswa kita yang berprestasi. Kedua, Bapak akan memberitahukan kandidat ketua osis periode ini." Pak Darto memberikan pengumuman dengan menggunakan microphone. Tidak jauh dari posisi Pak Darto, terdapat dua piala berwarna keemasan yang berjejer di atas meja.
Mendengar info tentang siswa berprestasi, sebagian besar orang langsung menoleh ke arah Raffi. Sebab semua orang tahu, Raffi baru saja meraih kemenangan dalam kompetisi Sains tingkat nasional. Tidak disitu saja, dua minggu lalu Raffi juga berhasil mengantongi juara satu dalam ajang olimpiade Matematika.
"Penggemar lo pasti makin banyak." Tirta menyenggol Raffi dengan sikunya. Dia kebetulan berdiri di samping Raffi.
Raffi hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Sorot matanya tertuju ke arah Gamal. Lelaki berambut cepak itu tampak berada di barisan murid-murid yang datang terlambat.
Barisan di kelas XI 2 MIPA ada Elsa yang menjinjitkan kaki. Ia mencoba memperhatikan Raffi yang kebetulan ada di barisan paling depan. Akibat bertugas sebagai ketua kelas, Raffi memang selalu berdiri di barisan paling depan.
"Oke. Sekarang Bapak akan menyerahkan piala kepada murid yang sudah berhasil mengharumkan nama sekolah kita. Dia adalah... Raffi Hannes!" seru Pak Darto. Semua orang langsung memberikan tepuk tangan.
Raffi tidak hanya menerima sorak-sorai dari teman-temannya. Tetapi juga para guru. Terutama Bu Anita, selaku wali kelas XI MIPA 1.
"Ayo, Raffi. Dipersilahkan maju ke depan. Kita akan melakukan sesi penyerahan piala, serta berfoto bersama dewan guru." Pak Darto mendesak Raffi untuk maju ke tengah lapangan.
Raffi menghembuskan nafas dari mulut. Kemudian melangkah maju ke depan. Dia segera menerima dua penghargaan sekaligus. Pesonanya kian bertambah. Membuat para siswi semakin klepek-klepek memujanya.
"Selamat ya, Raf. Tetap rendah hati kamu." Bu Hana menyalami Raffi sambil memberi nasehat.
"Siap, Bu!" sahut Raffi dengan senyuman simpul. Dia menyalami semua guru yang berhadir. Selanjutnya, barulah Raffi melakukan sesi foto bersama para dewan guru.
"Raffi! Kamu jangan kembali ke barisan dulu. Ada pengumuman penting lagi habis ini," ujar Bu Salsa. Raffi lantas urung beranjak. Dia memilih berdiri di dekat Pak Darto. Meletakkan dua piala miliknya kembali ke meja.
Dari kejauhan, sedari tadi Gamal tidak berhenti mengamati. Dia sebenarnya merasa iri kepada Raffi. Meskipun begitu, Gamal sadar diri kalau kepintaran Raffi memang tidak terkalahkan.
'Otak lo terbuat dari apa sih, Raf?' batin Gamal seraya geleng-geleng kepala. Selain iri, dia juga merasa kagum.
"Terkait kandidat ketua osis, Bapak akan serahkan sepenuhnya kepada Pak Willy. Beliau selaku pembina osis, telah memilih kandidat yang cocok dengan banyak pertimbangan. Saya persilahkan kepada Pak Willy untuk bicara." Pak Darto menyerahkan microphone kepada Pak Willy.
"Baiklah. Bapak tidak mau basa-basi. Bapak umumkan saja kandidat yang sudah terpilih." Pak Willy berdehem sejenak. Lalu meneruskan, "pertama ada Agung Sanjaya kelas XI IPS 1. Kedua ada Raffi Hannes dari kelas XI MIPA 1."
Deg!
Mendengar namanya disebut, Raffi membulatkan mata. Seingatnya dia tidak pernah mendaftarkan diri sebagai calon ketua osis. Raffi segera melakukan protes kepada Pak Willy.
"Pak, kenapa namaku juga ada? Aku nggak mau!" Raffi menggeleng lemah.
"Tenang dulu, Raf. Biar Bapak jelaskan dahulu." Pak Willy mencoba memberikan penjelasan. Ia langsung menerangkan dengan menggunakan microphone.
Pak Willy memberitahukan seluruh siswa, bahwa kandidat ketua osis dipilih berdasarkan pilihan guru. Masalah voting, barulah seluruh murid yang akan ikut andil untuk memilih. Masalahnya adalah, yang telah terpilih sebagai kandidat tidak diperbolehkan menolak.
Raut wajah Raffi seketika berubah jadi masam. Walaupun begitu, dia berusaha keras menutupi dari balik topinya. Raffi tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Lagi pula namanya terlanjur diumumkan.
"Baiklah. Bapak akan lanjut memberitahukan dua kandidat selanjutnya. Yaitu Putri Annika kelas XI IPS 3, dan terakhir ada Gamal Laksana kelas XI MIPA 1. Nama-nama yang tadi disebutkan, harap maju ke depan!" Pak Willy menyelesaikan pemberitahuannya.
Banyak orang yang dibuat kaget saat mendengar nama Gamal juga menjadi kandidat ketua osis. Bagaimana bisa anak bandel sepertinya bisa terselip di antara murid teladan? Seluruh orang tentu merasa curiga. Apalagi ayahnya Gamal diketahui merupakan pemilik SMA Angkasa Jaya.
"Pak! Apa nggak salah?" Bu Salsa yang juga heran, segera meminta keterangan dari Pak Willy.
"Aku disuruh Pak Galih, Bu. Kalau yang di atas sudah memutuskan, kita nggak bisa apa-apa. Biarin aja deh. Toh voting dilakukan oleh semua murid di sekolah. Mereka nggak mungkin pilih Gamal jadi ketua osis." Pak Willy menjelaskan dengan nada berbisik. Bu Salsa lantas mengangguk saja. Guru biasa sepertinya memang tidak bisa berbuat apa-apa.
Empat kandidat ketua osis disuruh berbaris di depan. Pak Willy memperkenalkan wajah-wajah itu kepada semua orang. Dia juga mengatakan agar semua kandidat bersiap melakukan pidato lusa nanti.
"Gila lo, Mal. Jangan bilang elo yang daftarin nama gue buat jadi kandidat ketua osis?" timpal Raffi. Menatap tajam Gamal yang kebetulan berdiri di sampingnya.
"Enggaklah! Mana mungkin gue jadiin lo buat jadi saingan. Lo pikir gue nggak syok apa, liat lo juga terpilih?" balas Gamal. Dari ekspresi seriusnya, nampaknya Gamal memang tidak bercanda.
"Gila. Gue nggak peduli deh." Raffi berdecak kesal. Dia dan semua orang dipersilahkan untuk masuk kelas.
Setibanya di kelas, Gamal terus bercerita mengenai Zara. Katanya mereka menghabiskan waktu semalaman untuk bersenang-senang. Karena muak mendengar cerita Gamal, Raffi memutuskan duduk ke sebelah siswa yang bernama Rasya.
"Kenapa, Raf?" tanya Rasya. Ia merupakan siswa yang meraih ranking dua di kelas Raffi. Orangnya agak pendiam. Tetapi dia cukup akrab dengan Raffi. Mereka sering berdiskusi perihal pelajaran sekolah.
"Gue nggak fokus baca buku. Tuh lihat aja si Gamal. Dia nggak berhenti-berhenti ngomong," sahut Raffi sembari membuka buku yang dibawanya. Saat itulah Ratna mendadak datang.
"Cie... yang masuk kandidat ketua osis. Katanya nggak mau ikut." Ratna memanyunkan mulutnya kesal.
"Gue aja nggak tahu bisa tiba-tiba masuk kandidat. Gue kaget banget! Tadi gue sampai protes sama Pak Willy!" keluh Raffi.
"Gue nggak kaget lo bisa masuk kandidat. Yang bikin gue kaget itu... kok Gamal bisa masuk ya? Padahal dia murid bermasalah loh," ungkap Ratna seraya melirik ke arah Gamal.
"Gamal pasti pakai koneksi Bokapnya. Tapi tenang aja, gue yakin nggak ada orang yang mau pilih dia buat jadi ketos!" Rasya ikut masuk ke dalam pembicaraan.
"Bener! Gue yakin banget. Yang terpilih jadi ketos pasti elo, Raf." Ratna berpendapat. Namun Raffi sama sekali tidak menggubrisnya. Dia lebih memilih sibuk membaca buku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Daylily
Horang kaya emang gitu, Ratna
2022-11-05
0
penahitam (HIATUS)
gitu ya enaknya jadi anak sultan.
Tinggal ngandelin kekuasan ortu aja. 😕
2022-03-08
5