...༻☆༺...
Seperti biasa, Gamal selalu mendapatkan omelan. Kali ini Bu Lestari memberikan peringatan terakhir. Jika dilanggar, maka pihak sekolah tidak akan segan-segan mendepak Gamal keluar.
"Maaf ya, Bu..." tutur Gamal dengan nada malas. Ia terkesan terpaksa mengucapkannya. Raffi yang duduk di sebelah, segera menginjak kuat-kuat kaki Gamal.
"Yang bener, Mal. Bu Lestari melotot tuh!" ujar Raffi memperingatkan.
"Apaan sih!" bukannya sadar, Gamal justru tidak terima. Dia tidak peduli, baginya yang terpenting sudah minta maaf.
"Ikhlas nggak minta maafnya?!" timpal Bu Lestari sambil menyilangkan tangan di dada.
"Ikhlas dong, Bu." Gamal lekas menyahut. Dia yang sering berhadapan dengan guru BK, sangat tahu perangai Bu Lestari bagaimana.
"Ya sudah, kalian lebih baik bersihkan toilet saat pulang sekolah nanti. Untuk sekarang silahkan kembali ke kelas!" titah Bu Lestari.
"Terima kasih, Bu." Raffi membungkukkan badan. Hal serupa juga dilakukan oleh Elsa. Sementara Gamal hanya terpaksa melakukannya. Mereka lantas keluar dari ruangan. Kecuali Zara, yang memang sengaja ingin di ajak bicara empat mata. Sebab masalah yang dilakukan Zara cukup serius.
"Danu dan Tirta mana?" tanya Raffi sembari berjalan berbarengan dengan Gamal dan Elsa. Dia berada di posisi tengah.
"Mereka ninggalin gue, pas gue sibuk negosiasi sama satpam," jawab Gamal santai.
"Pantesan mereka nggak kena," tanggap Raffi seraya tergelak kecil. Kemudian membawa Gamal masuk ke dalam rangkulan. "Kan udah gue bilangin jangan bolos. Kena lo sekarang kan! Dapat peringatan terakhir lagi sama Bu Lestari," pungkasnya.
"Nggak takut gue sama Bu Lestari. Bokap gue kan lebih berkuasa dari dia!" ujar Gamal. Bersikap arogan. Dia memang putra dari seorang pengusaha bisnis terkenal di kota Angkasa Jaya. Ayahnya Gamal juga merupakan pemilik banyak yayasan dan beberapa sekolah. Termasuk tempat Gamal bersekolah sekarang.
"Gila lo, Mal! Kayak anak-anak pembully di film-film aja." Raffi -geram dengan pernyataan Gamal. "Bu Lestari seorang guru loh. Kita harusnya berterima kasih sama dia, karena udah diberi ilmu yang baik-baik," lanjutnya memberi nasehat.
"Ah! Bu Lestari nggak ngajar kok. Kerjaan dia cuman marah-marah, terus hukum para murid di sekolah." Gamal bersikap tak acuh.
"Dasar durhaka!" Raffi melayangkan tamparan ke salah satu pipi Gamal.
"Tega lo, Raf. Gue cuman bercanda doang." Gamal berkilah.
"Sesering apa sih lo bolos?" Elsa yang sedari tadi diam, akhirnya ikut masuk ke dalam pembicaraan.
"Sesering gue memperhatikan lo," tanggap Gamal. Dia langsung mendapat tamparan kedua dari Raffi.
"Emang lo perhatiin gue? Ngomong panjang lebar aja nggak pernah!" balas Elsa dengan dahi berkerut.
"Gue nggak bisa ngomong lama sama lo, karena..." Gamal melirik ke arah Raffi. Teman yang ditatapnya itu sontak membalas menatap.
"Karena apa?" Raffi dan Elsa bertanya secara serempak.
"Kalian pikir aja sendiri." Gamal memutar bola mata jengah. Ia yang sering menyaksikan interaksi di antara Raffi dan Elsa, tentu tahu ada sesuatu yang spesial. Sebagai lelaki, Gamal tahu Elsa menyukai Raffi. Tetapi dia merasa masih tidak pasti dengan perasaan Raffi. Hal itu karena Raffi terlihat biasa saja. Tidak seperti Elsa yang selalu curi-curi pandang.
"Nggak jelas lo, Mal." Raffi iseng mendorong Gamal. Hingga temannya tersebut berjalan lebih dulu di depan.
"Ya udah, gue duluan." Elsa segera masuk ke dalam kelas. Raffi hanya mengangguk dan mengembangkan senyuman tipis.
"Hati-hati sama rindu, El." Gamal melambaikan tangan dari kejauhan. Elsa lantas membalas dengan memajukan bibir bawahnya.
"Ayo! Kita juga harus cepat-cepat masuk kelas." Raffi berlari lebih dulu. Di iringi Gamal yang berjalan laju dari belakang.
...***...
Bel pertanda pulang berbunyi, dengusan kasar dilakukan oleh Raffi dan Gamal. Keduanya tidak bisa pulang karena harus menyelesaikan hukuman.
"Gue boleh pulang duluan nggak? Capek gue," ujar Gamal seraya mengusap tengkuknya.
"Enak aja!" tolak Raffi dengan raut wajah merengut.
"Kalau banyak yang bantu, maka cepat juga selesainya." Elsa yang sudah sibuk menyapu langsung menyahut. Sekarang Gamal tidak punya pilihan selain membantu.
Raffi, Elsa dan Gamal berbagi tugas. Ada yang menyapu, membersihkan closet dan mengepel. Mereka fokus melakukan tugas agar bisa cepat-cepat selesai.
"Eh, Raf. Kira-kira alasan Zara ada di ruang BK tadi, kenapa ya? Apa gara-gara videonya itu?" tanya Gamal sambil mengelap cermin dengan kain.
"Kayaknya gitu deh. Lo tahu siapa yang rekam dan nyebarin videonya?" Raffi bertanya dalam keadaan sibuk bergumul dengan penyedot wc.
"Mana gue tahu. Gue cuman dapat kiriman dari Kakak kelas," jelas Gamal.
Tap!
Tap!
Tap!
Terdengar suara derap langkah yang kian mendekat. Pemiliknya tidak lain adalah Elsa. Mimik wajahnya terlihat merengut.
"Raf, temenin gue di toilet cewek dong. Takut gue sendirian," seru Elsa menatap Raffi penuh harap. Dia tidak mau ditemani oleh Gamal.
"Ya udah, biar gue yang temanin." Gamal merekahkan senyuman girang. Akan tetapi Elsa sama sekali tidak meladeninya. Elsa malah masuk ke bilik toilet dimana Raffi berada.
"Lo nggak apa-apa, Raf?" tanya Elsa, ketika menyaksikan Raffi kesulitan menarik penyedot wc yang tersendat.
"Keras banget. Kenapa ya?" sahut Raffi yang masih mencoba sekuat tenaga menarik penyedot wc.
"Astaga, gitu aja nggak bisa. Sini biar gue aja!" Gamal mengambil alih posisi Raffi. Sekarang dia yang berusaha menarik penyedot wc. Namun Gamal juga tidak mampu. Wajahnya sampai meringis seperti orang mengejan.
"Sok banget lo, Mal. Nanti lo malah berak di celana lagi. Ya udah, kita kerjasama kalau gitu." Raffi lantas membantu Gamal.
Elsa yang tidak ingin diam, ikut menyumbangkan tenaga. Ketiganya mengerahkan kekuatan maksimal.
"Yang terakhir berak di sini siapa sih? Kotorannya pasti gede banget." Gamal menggerutu.
"Kayaknya bukan masalah itu sih. Tapi penyedot wc-nya emang bermasalah," imbuh Raffi.
Elsa yang berada di belakang Raffi membisu. Dia sibuk melingkarkan tangan ke pinggul Raffi. Dengan modus untuk membantu. Padahal dia senyum-senyum sendiri, karena bisa mengambil kesempatan tersebut.
Di waktu yang tak terduga, penyedut wc akhirnya terlepas. Raffi, Elsa dan Gamal yang tak menyangka, sontak terhuyung ke belakang. Mereka terjatuh bersamaan di lantai. Kini baju mereka basah akibat terkena air dari lantai, belum lagi cipratan dari closet yang sempat di sedot tadi.
"Aaaah! Bau deh gue! Jijik banget sumpah. Bu Lestari tega," gumam Elsa. Meringiskan wajah. Ia merasa geli dengan keadaannya sendiri.
"Mampus gue. Nyokap bakal marah liat gue berantakan gini. Ketahuan deh gue langgar peraturan sekolah." Raffi juga ikut melakukan keluhan. Ia tampak berusaha membersihkan seragamnya yang kotor.
"Elaah... Ini cuman air. Beruntung yang keluar dari closet bukan emas kuningan," sahut Gamal. Terkesan biasa saja.
"Cepat kita selesaikan semuanya aja. Gue nggak mau lama-lama di sini. Mal, lo lanjut bersihin ya. Gue mau ke toilet sebelah." Raffi berderap ke toilet khusus wanita.
"Tunggu, Raf!" Elsa bergegas mengejar Raffi. Sebelum benar-benar pergi, dia sempat berucap, "Mal, gue bantuin Raffi ke sebelah. Di toilet cewek masih kotor banget."
"Gue ikut juga kalau gitu." Gamal ikut beranjak ke toilet wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Winarti_BuluketeknyaSuga
lari maraton bacanya
2023-04-23
0
Daylily
iyuhhh.. geli
2022-11-05
0
Anonym itu aku
baunya gimana tuh thor😅
2022-06-02
3