...༻☆༺...
Pak Darto memicingkan mata. Memperhatikan satu per satu muridnya yang sibuk bermain basket. Jarak ruang guru dan lapangan sekolah cukup jauh, jadi Pak Darto tidak bisa melihat jelas pelaku pelanggar aturan.
Tanpa basa-basi, Pak Darto mengambil microphone. Dia berniat membubarkan kegiatan pertandingan basket dadakan.
"Perhatian untuk seluruh murid SMA Angkasa Jaya. Terutama kepada siswa yang sedang bertanding basket. Tolong bubar dan kembali ke kelas masing-masing. Bel tanda masuk kelas sebentar lagi berbunyi." Melalui pengeras suara, Pak Darto memberikan pengumuman. Semua murid lantas berlarian ke dalam kelas.
"Mereka main basket, Pak?" tanya Bu Citra sambil berkacak pinggang. Tatapannya tertuju ke arah lapangan.
"Iya, Bu. Pakai seragam lagi. Nanti kalau masuk kelas, pasti keringatnya bau." Pak Darto menjawab sembari menggelengkan kepala.
Sementara di lapangan, Raffi dan temannya langsung menghentikan permainan. Mereka bergegas melarikan diri dari lapangan.
"Sial! tanggung banget sumpah!" keluh Gamal seraya mengontrol nafas.
"Kita nggak dapat poin minus kan? Apa perlu kita ke kantor guru?" tanya Raffi. Dia juga sibuk mengatur nafas.
"Nggak perlu-lah. Itu akal-akalan guru aja biar kita berhenti main." Gamal melambaikan tangan ke depan wajah.
"Iya sih. Selama beberapa kali main dan ketahuan, gue tetap nggak dapat poin minus tuh!" imbuh Raffi. Dia meraih sebotol air mineral dingin. Kebetulan Raffi sempat menyuruh adik kelas untuk membelikannya.
"Ya iyalah. Guru-guru emang pilih kasih sama lo. Makanya gue kalau apa-apa mau minta bantuan sama lo. Apalagi masalah bolos," tanggap Gamal. Lalu meminum air mineral dari botol. Raffi memang mentraktir air untuk semua siswa yang bermain basket tadi.
"Idih! Kalau masalah itu gue malas ikutan. Bolos aja sana sendiri," sinis Raffi. Ia tidak habis pikir kenapa Gamal sangat gemar membolos. Sebenarnya pergi kemana temannya itu?
"Gue sama Danu mau ambil tas. Kalian berdua tolong simpankan bola rahasia gue ya, hehe." Gamal menyerahkan bola basketnya ke tangan Raffi.
"Astaga, punya temen kek gini banget dah." Raffi meringiskan wajah.
"Mal, lo sama Danu mau pergi ke tempat itu?" tanya Tirta. Gamal mengangguk sambil mengangkat alisnya dua kali.
"Tempat apaan?" Raffi adalah satu-satunya orang yang tidak tahu. Ia tentu penasaran.
"Anak baik kayak lo nggak perlu tau, Raf." Gamal menepuk pelan pundak Raffi.
"Idih! Kesel banget gue dengernya!" gerutu Raffi.
"Gue ikut kalian deh." Tanpa diduga Tirta juga ingin ikut membolos bersama Gamal. Ia perlahan menatap Raffi. "Raf, lo aja ya yang nyimpen bolanya," ucapnya. Alhasil Raffi hanya bisa berdecak kesal.
Sebelum pergi, seorang siswi bernama Erin berlari ke hadapan Gamal. Dia terlihat memegang sebotol minuman soda. Menyaksikan Gamal sudah punya minuman, dia terpaksa menyimpan sodanya ke balik punggung. Wajahnya memerah bak kepiting rebus. Mendadak Erin merasa gugup.
"Kak Gamal, Erin mau ngasih sesuatu tuh!"
"Jangan ditolak ya, Kak!"
Teman-temannya Erin tidak berhenti berceloteh. Menyebabkan rasa malu Erin kian bertambah.
"Mau kasih apa, Dek?" Gamal mencondongkan wajahnya. Menatap lamat-lamat Erin. Namun gadis yang ditatapnya justru menundukkan kepala.
"Em... nggak jadi deh. Kakak udah punya minuman soalnya," kata Erin.
"Jangan gitulah, Dek. Masa minumannya mau dibuang? Sini kasih ke Kakak aja." Gamal membuka lebar telapak tangan. Erin tersenyum dan segera memberikan soda pembeliannya.
"Makasih ya, Adik manis." Gamal bertutur kata lembut. Membuat Raffi, Tirta dan Danu ingin muntah saat mendengarnya.
Erin berbalik badan. Dia beranjak menuju ke tempat teman-temannya. Gamal yang merasa lupa untuk menanyakan sesuatu, bergegas mengejar Erin.
"Kayaknya dia nggak jadi bolos tuh!" Danu menyimpulkan.
"Baguslah. Kalian berdua juga! Jangan bolos lagi-lah." Raffi mencoba menasehati dua temannya.
"Gue nggak bisa janji, Raf!" sahut Tirta.
"Gue juga," Danu menyahut datar.
"Ya udah, gue mau simpan bola dulu. Nanti keburu bunyi lagi bel masuk kelas." Raffi melenggang sambil membawa bola.
Sesampainya di belakang sekolah, Raffi tiba-tiba mendengar suara perempuan menangis. Dia sontak memindai ke sekeliling. Anehnya Raffi tidak melihat siapapun. Bulu kuduknya seketika berdiri. Apalagi suasana di belakang sekolah sangat sepi. Tidak heran Gamal memilih menyimpan bola rahasianya di sana.
'Jangan berpikir yang tidak-tidak." Raffi berusaha mengingatkan diri. Ia tidak mau terlalu cepat menyimpulkan. Lagi pula suara tangisannya terdengar dari arah gudang. Akibat penasaran, Raffi melangkah menuju sumber suara.
Benar saja, ada seorang siswi yang sibuk menangis. Siswi itu berjongkok sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Raffi menoleh ke kanan dan kiri. Memastikan ada orang lain selain siswi di depannya. Mungkin saja ada siswi lain yang menemani. Nihil, sepertinya gadis yang menangis memang sedang sendirian di sana.
"Eh, lo kenapa?" Raffi ikut berjongkok. Dia mencoba melihat wajah siswi yang menangis. Akan tetapi tidak bisa, karena siswi itu masih menutup wajahnya.
"Jangan nangis sendirian di sini. Bahaya, tempatnya sepi loh. Takutnya kesambet setan," ujar Raffi.
Perlahan si gadis yang menangis mengangkat kepala. Kemudian menghapus bulir-bulir air matanya. Dia tersentak saat melihat sosok yang mengajaknya bicara adalah Raffi.
"Maaf. Tinggalin aja gue sendirian di sini. Gue nggak apa-apa," kata siswi yang ternyata memiliki nama Zara tersebut. Raffi bisa mengetahui ketika melihat nama yang tertera di dada bajunya.
Raffi teringat dengan pembicaraan orang-orang sekitarnya tadi pagi. Yaitu video misterius tentang Zara. Sampai sekarang Raffi belum menyempatkan diri untuk menonton video tersebut.
"Apanya yang nggak apa-apa? Nangis gitu kok. Berarti ada apa-apa dong. Mau gue panggilin Bu Lestari?" tawar Raffi. Tetapi langsung mendapat gelengan kepala dari Zara.
"Jangan! Nanti malah tambah parah." Zara kembali merengek. Dia terduduk di ubin yang tampak dipenuhi debu.
"Lo kelas berapa? Kalau gue boleh tau," tanya Raffi.
"Gue kelas XI MIPA 2..." Zara menjawab lirih.
Raffi mengambil ponselnya. Kemudian menghubungi Elsa untuk datang. Sebab Zara satu kelas dengan Elsa. Saat itulah bel pertanda masuk kelas berbunyi. Raffi sontak dirundung rasa panik.
"Raf?" suara Elsa terdengar dari luar. Raffi lantas menghampiri.
"Kenapa lo nyuruh gue ke sini? Ini udah masuk kelas loh. Mau mesum ya?" timpal Elsa.
"Lo panggil seseorang ke sini?!" belum sempat Raffi bicara, Zara mendadak keluar dari gudang. Wajahnya terlihat sembab. Tanpa sepatah kata pun, Zara melingus pergi begitu saja. Dia tidak terima Raffi memanggil Elsa untuk datang.
"Apa-apaan, Raf? Lo punya hubungan apa sama Zara?" Elsa kembali menimpali. Matanya membulat sempurna.
"Nggak ada kok. Gue tadi nggak sengaja ketemu dia nangis sendirian di sini. Makanya gue panggil lo, biar bantu bawa dia ke ruang BK." Raffi menjelaskan.
"Oh gitu, kirain apa tadi. Lo mendingan nggak usah ngurusin cewek kayak Zara deh. Dia..." Elsa bingung harus mengatakan apa. Ia memutuskan untuk menanyakan sesuatu terlebih dahulu.
"Lo sudah lihat video Zara belum?" Elsa bertanya serius.
"Ah, benar. Gue coba periksa dulu. Tadi Gamal sempat kirim ke gue," jawab Raffi sembari membuka pesan dari Gamal tadi pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
miss©©©lee
vidio apa sih
2023-01-08
0
Airhujan
Mampir iya ka😊
2022-11-28
0
Daylily
Zara jutek juga ternyata
2022-11-05
0