...༻☆༺...
Bel istirahat berbunyi. Seluruh murid menghambur keluar dari kelas. Termasuk Raffi dan teman-temannya.
"Main basket yuk! Gue punya bola simpenan," ajak Gamal. Masalah pemberontakan, dia memang selalu di depan. Semua orang tahu, murid yang berolahraga dengan menggunakan seragam akan mendapat poin minus dari guru. Peraturan itu sudah lama ditetapkan, bahwasanya hanya murid berpakaian olahraga saja yang boleh bermain di lapangan. Setidaknya peraturan tersebut berlaku di SMA Angkasa Jaya.
"Gue sih nggak masalah. Palingan Raffi nih yang nggak setuju," jawab Danu. Melirik ke arah Raffi. Sedangkan Tirta lekas mengangguk untuk mengiyakan pendapat Danu.
"Gue nggak masalah kalau di lapangan indoor," sahut Raffi. Menyebabkan mata Gamal memutar jengah.
"Indoor? Panas kali, Raf. Lapangan yang ada di tengah sekolah lah. Sekalian tebar pesona. Gue mau cari cewek kelas sepuluh yang benar-benar suka sama gue." Gamal menjelaskan sambil cengengesan. Mengusap dagunya dengan ekspetasi tinggi.
"Astaga! Dasar lo, Mal. Bukannya lo deket sama Ratna ya?" Danu mendorong kesal kepala Gamal.
"Ish! Ratna? Nggak banget. Pacaran satu kelas sering kena masalah sama guru BK," tanggap Gamal sinis.
Saat itu atensi Raffi tertuju ke arah kelas XI MIPA 2. Di sana Elsa terlihat bercanda dengan seorang cowok dari kelasnya. Mereka saling tertawa memperebutkan sesuatu. Entah kenapa momen tersebut membuat perasaan Raffi terganggu. Pembicaraan ketiga temannya hanya terdengar samar di telinga.
Raffi sebenarnya tidak pernah tertarik kepada Elsa. Sahabat kecilnya itu agak tomboy. Namun ketika Elsa memanjangkan rambutnya akhir-akhir ini, semuanya berubah. Elsa lebih feminin dan cantik.
"Raf? Raffi!" panggil Gamal. Berhasil menyadarkan lamunan Raffi dalam sekejap.
"Eh, apaan dah?" Raffi dengan cepat menatap temannya yang berambut cepak itu.
"Mau ikut nggak lo?" Gamal menatap penuh harap. Hal serupa juga dilakukan oleh Danu dan Tirta.
Raffi menoleh ke arah Elsa lagi. Entah setan jenis apa yang mempengaruhinya, hingga Raffi berniat untuk ikut bermain basket. Alhasil anggukan kepala dilakukan olehnya. Menyebabkan Gamal, Tirta dan Danu berseru senang. Mereka bergegas mengambil bola basket simpanan Gamal. Kebetulan Gamal menyimpannya di belakang sekolah. Di bawah tumpukan bangku-bangku tidak terpakai.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Raffi bermain basket sambil mengenakan seragam. Walau merupakan anak teladan, Raffi tahu saat yang tepat untuk melanggar peraturan. Dia biasanya melakukannya saat jam istirahat. Dimana para guru akan sibuk berkumpul di dalam kantor.
Semenjak berteman dengan Gamal, Raffi memang tidak bisa lepas dari pengaruh buruk. Meskipun begitu, Raffi tahu batas sampai mana melanggar aturan. Dia bertekad tidak akan melakukan hal yang terlalu berlebihan seperti Gamal. Apalagi sesuatu hal layaknya membolos.
"Jumlah orangnya kurang nih. Tambah enam orang lagi lah!" ungkap Tirta sembari mengamati tiga teman dekatnya. Dia sibuk memantulkan bola basket ke tanah.
"Oke, gampang itu. Kita suruh adik kelas aja," sahut Gamal seraya menengok ke deretan kelas-kelas sepuluh. Tampak murid-murid kelas sepuluh bergerombol di depan kelas.
"Ridwan! Sini lo!" panggil Gamal. Kepada siswa kelas sepuluh berbadan jangkung. Siswa yang bernama Ridwan itu bergegas menghampiri Gamal.
"Kenapa, Kak?" tanya Ridwan.
"Ajak teman lo ikut main basket. Empat orang ya!" titah Gamal. Lagaknya memang selalu seperti seorang Bos.
"Oke, Kak. Sip!" Ridwan mengacungkn jempolnya ke depan wajah. Lalu segera memanggil empat teman pilihannya.
"Loh, gimana sama kita? Cuma ber-empat gitu?" tanya Raffi keheranan.
"Ah, suruh Yoga aja buat gabung kita." Gamal melambaikan tangan ke arah teman sepantarannya itu. Yoga kebetulan teman dekat Gamal yang berada di kelas XI IPS 1.
Gamal meraih bola dari lemparan Tirta. Dia mengalihkan manik hitamnya ke arah Raffi yang sibuk menutupi wajah dari terik matahari.
"Raf, keluarin baju lo dong. Nggak keren amat main basket bajunya masih dimasukkin ke celana," kritik Gamal. Menunjuk seragam atasan Raffi yang masih terlihat rapi.
Tanpa pikir panjang, Raffi segera mengeluarkan baju dari celana. Kini dia dan teman-temannya siap bermain basket.
Menyaksikan para anak populer yang bermain, murid-murid lainnya lantas mulai menonton. Terutama murid dari kaum hawa. Mereka membuat suasana pertandingan dadakan menjadi heboh. Ada yang menonton dari lantai dua, tiga, serta pinggiran lapangan.
"Terlalu heboh nggak sih?" tanya Raffi seraya menoleh ke arah ruang guru berada.
"Jangan mikirin itu deh. Lagian masih jam istirahat kok!" balas Gamal yang terkesan santai.
Raffi menurut saja. Dia, Gamal dan yang lain mulai menggiring bola. Menyerang lawan yang berasal dari siswa kelas sepuluh.
Dasi dan seragam putih yang dikenakan Raffi, berkibar ketika dia berlari. Raffi men-drible bola menuju ring lawan. Berpikir untuk memberi bola kepada rekan timnya.
"Mal!" Raffi memilih melemparkan bola kepada Gamal. Sebab temannya itu sudah berdiri di dekat ring.
Setelah menerima bola, Gamal langsung memasukkannya ke dalam ring. Badannya yang tinggi, memudahkan bola masuk ke ring dalam sekejap. Sorakan penuh kemenangan menggema. Baik dari tim Raffi maupun para penonton yang mendukung.
Raffi merekahkan senyuman hingga menampakkan gigi-giginya yang rapi. Dia tidak lupa melakukan high five kepada Gamal dan teman satu tim lainnya.
"Semangat, ayang Raffi!" suara pekikan dari Gita menarik perhatian. Dia merupakan siswi kelas XI IPS 3. Gita salah satu siswi yang tidak tahu malu dalam hal mengungkapkan perasaan. Dimana ada cowok tampan, disitulah dia berada.
"Huuuuuu..."
"Gita alay!"
"Ngaku-ngaku, tapi nggak di akui. Huuuuu..."
Gita harus menerima cemohan dari siswi lain. Namun dia tidak peduli. Atensinya hanya terfokus ke arah Raffi.
Tepat dimana Gita berdiri, ada Elsa yang memperhatikan. Dia tercengang dengan sikap genit Gita. Ada perasaan jijik dan juga kesal. Akan tetapi Elsa tahu betul, Raffi tidak pernah memperdulikan gadis ganjen layaknya Gita. Ia sangat tahu perangai sahabatnya dibanding orang lain.
"Semangat, bucin tempe!!" Elsa tak ingin kalah. Dia ikut memberikan dukungan kepada Raffi.
Bucin tempe, begitulah Elsa memanggil Raffi. Sementara Raffi memanggil Elsa bucin tahu. Dimana ada tahu, disitu juga terdapat tempe. Tetapi Raffi dan Elsa memiliki makanan favorit masing-masing. Sejak kecil sampai sekarang dua makanan itu menjadi hidangan favorit mereka.
Raffi mengalihkan pandangan ke arah Elsa. Dia reflek menjulurkan lidah, lalu kembali fokus dengan bola. Peluhnya mulai bercucuran akibat terik matahari serta aktifitas olahraga.
Elsa menarik sudut bibirnya ke atas. Matanya mengerjap lemah. Kemana Raffi bergerak, disitulah bola matanya mengikuti.
Lima menit berlalu. Raffi dan timnya telah sukses memasukkan bola ke ring tiga kali. Mereka belum berhenti bermain sebelum bel pertanda masuk berbunyi.
Lama-kelamaan penonton semakin bertambah. Murid kelas dua belas yang tak acuh, bahkan ikut bergabung ke kerumunan penonton. Suasana heboh akhirnya berhasil mencuri perhatian guru-guru di kantor.
"Keributan apaan tuh?" tanya Bu Salsa sambil mengunyah jeruk.
"Biar aku saja yang periksa." Pak Darto selaku guru Matematika sekaligus wakil kepala sekolah, mengajukan diri untuk memeriksa keributan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mpil Fatnur
berharap jdi raffi dlu ahh../Facepalm//Facepalm/
2023-11-10
0
miss©©©lee
Hai bucin tempe,, aku juga nonton lohh
2023-01-08
0
Daylily
lama² Raffi ikutan nakal nih kek Gamal
2022-11-05
0