"Kau baru melihat foto-fotonya sudah segeram itu. Apalagi melihat video rekaman perbuatan mereka..."
"Maksudmu..."
"Setelah melihat keganjilan hubungan keduanya, aku meminta Satrio memasang kamera tersembunyi di rumah yang sering mereka datangi. Hampir semua ruangan dipasangi, terutama kamar pribadi. Ini hasilnya..."
Elvano meletakkan USB di hadapan Mirza. Melihat itu Mirza langsung menyambarnya dan mengambil laptop. Hati Mirza benar-benar tak karuan, antar penasaran dan takut menghadapi kenyataan.
Tak lama kemudian, Mirza mulai membuka sebuah file. Sontak mata Mirza kembali terkunci pada tayangan di hadapannya.
"Dasar perempuan rendahan...!" ucap Mirza dengan geram. Wajah Mirza benar-benar berubah. Kilat matanya sungguh membuat bergidik siapa saja yang melihatnya.
"Siapa laki-laki itu...?"
"Namanya Billy. Ia anak salah satu kolega kita dari perusahaan Dewantara, Baron Dewantara. Pekan lalu baru saja mengajukan proposal kerjasama kepada kita..."
"Tolak. Dan sampaikan kepada semua kolega kita juga untuk menolak setiap pengajuan perusahaan Dewantara. Jika ada yang menerima maka akan berhadapan dengan ku"
"Baik, Bos...!"
"Dimana keduanya sekarang..?"
"Informasi terakhir, Andrea tengah menuju kota B. Kemungkinan ia akan menemui laki-laki itu kembali. Sementara Billy baru tiba di rumahnya"
"Kita berangkat sekarang..."
"Kemana..?"
"Mengikutinya, kutu kupret..."
"Hehe....siap bos"
🌸🌸🌸🌸🌸
Sementara itu, diwaktu yang sama pada tempat yang berbeda. Andrea tengah memacu mobil mewah keluaran baru yang baru saja diberikan Permana. Hatinya sedikit kesal karena panggilannya tak digubris Mirza sekalipun sejak acara liburan pekan lalu. Bahkan pesan yang dikirimnya pun, hanya dibalas dengan singkat. Alih-alih ingin menghilangkan kekesalannya, Andrea akhirnya memacu kuda besinya menuju kota B dimana Billy berada.
Setelah dua jam perjalanan akhirnya Andrea tiba di tempat tujuan. Andrea memarkir mobilnya tepat di halaman sebuah rumah yang cukup mewah.
"Mbok, Billy ada...?"
"Ada, Non. Di kolam renang. Perlu saya kabarkan kedatangan, Non..?"
"Tidak perlu. Biar saya langsung kesana saja..."
Andrea pun langsung melangkahkan kaki menuju kolam renang yang berada di belakang rumah mewah itu.
"Billy...!" teriak Andrea dari tepi kolam. Tepatnya dari sebuah kursi dekat kolam.
Sadar namanya dipanggil, Billy yang tengah asyik berenang langsung menepi.
"Hei, honey...kok.sudah disini lagi. Kenapa? Kangen? Atau lagi ada masalah dengan pengusaha terkaya itu?"
"Keduanya betul..."
"Kalau kangen cium dulu donk..."
Tanpa ragu Andrea pun melayangkan ciuman cepat pada bibir Billy. Namun terlambat bagi Andrea untuk menyelesaikan ciumannya, sebab Billy sudah menahan tengkuknya dan ******* penuh gairah bibir Andrea yang menggoda itu.
"An, menikah yuk..."
"Ah, Ogah. Aku belum siap..." ucap Andrea sambil menyeka sisa kecupan pada bibirnya yang basah.
"Kenapa, An? Apa belum banyak uang yang kau peroleh dari Mirza? Atau karena kau belum merasakan kemahiran Mirza di kasur?"
"Sial kau, Bil. Bukan itu. Aku hanya nasib rumah tanggaku seperti orangtua ku. Berakhir di meja hijau"
"Tapi Mirza kau gadang-gadang menjadi suami mu?"
"Hahaha...aku mendekatinya karena harta dan kepopulerannya juga karena ia belum memikirkan untuk menikah. Ia masih fokus pada pencapaian finansialnya saat ini"
"O...begitu. Baiklah. Tapi kalo aku kepingin lagi boleh tidak?"
"Apa...?"
"Aku sudah kangen, honey...."
"Boleh. Tapi nanti ya. Aku laper sekali. Ada makanan apa?"
"Kau lihat sendiri sajalah..."
"Ayolah...temani aku makan" ucap Andrea manja.
Mendengar permintaan perempuan yang dicintainya itu, Billy pun akhirnya menuntaskan aktifitas berenangnya dan memilih meluluskan permintaan sang pujaan hati.
Tak lama kemudian, keduanya sudah berada di meja makan dan menyantap hidangan yang ada. Bukan Andrea dan Billy namanya jika acara makannya biasa-biasa saja. Ada saja hal yang membuat gelang kepala. Mulai dengan saling menyuapi dengan sendok hingga dengan bibir, alias sambil berpagutan penuh gairah.
Setelah selesai dengan acara makan yang penuh gairah keduanya langsung menuju kamar pribadi. Gairah sudah membara tak terelakkan lagi. Pakaian yang dikenakan pun sudah berhamburan. Karena foreplay sudah dilakukan di meja makan, maka keduanya langsung bermain pada area goa sempit yang sudah tak sempit lagi itu. Andrea mulai mengeluarkan suara emasnya membuat Billy semakin bergairah. Saat gairah itu membara, tiba-tiba...
BRAAK....!
Pintu kamar di buka paksa. Terjengkitlah kedua insan yang hampir mencapai puncaknya itu. Terutama saat melihat kehadiran laki-laki tampan dengan tatapan bak kilatan pedang. Melihat situasi tersebut Andrea dan Billy berhamburan mencari penutup tubuh polos mereka.
"Za, maafkan aku? Ku mohon..?" suara memelas Andrea yang menggunakan selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
"Andrea tidak salah. Aku yang salah..." ucap Billy yang sempat memakai ****** ********.
"Sudah berapa banyak kalian melakukan hal seperti ini?"
"Su-sudah sering. Ak-aku tidak tahu berapa banyak. Tapi ini semua aku yang salah. Karena aku yang menggoda Andrea..."
"Berarti kau tipe laki-laki penggoda ya...?!" ucap Elvano yang membuat Billy menyimpan wajahnya dalam-dalam.
"Hubungi Baron Dewantara agar ia tahu apa yang dilakukan anaknya..."
"Baik, Tuan..." ucap Elvano.
"Jangan, Tuan. Ku mohon. Papa ku tidak ada sangkut pautnya dengan tindakanku ini..."
"Diam. Jelas aku akan menghukum mu karena sudah menggoda kekasih ku. Dan hukuman mu akan ku tentukan setelah papa mu hadir di sini"
Merah padam wajah Billy mendengar pernyataan Mirza. Ia tak menyangka sama sekali akan dipermalukan di depan papa nya sepeti ini.
"Dan kau... Andrea yang sudah tergoda laki-laki lain. Mengapa kau lakukan itu?"
"A-aku khilaf. Maafkan aku?"
"Kau tahu bagaimana cintaku padamu? Bagaimana perasaanku padamu. Tapi mengapa kau mengkhianati ku?"
"Aku akui, aku salah. Tapi kau pun turut andil, Za.."
"Aku.."
"Kau terlalu kaku dalam menjalin hubungan, Za. Berapa kali kita berciuman? Itu pun jika bukan karena inisiatif aku mana pernah kita melakukannya. Kau juga selalu menolak permainan di atas kasur. Kenapa..?"
"Kenapa? Karena aku menghargai mu? Kita belum sah menjadi suami istri. Dan lagi bukan kah kau berhubungan dengan ku hanya karena kekayaan dan kepopuleran ku?"
"Darimana kau tahu?"
"Kau fikir, aku tidak tahu semua kelakuan bejat mu?!"
"Tuan...." ucap seorang laki-laki yang tak lain adalah Baron Dewantara.
"Silahkan duduk..." ucap Mirza dingin.
"Maafkan anak saya. Dia tidak tahu jika gadis itu adalah wanita tuan?"
"Anda tahu, jika proposal kerjasama anda di tolak? Itu berlaku untuk semua perusahaan mana pun?"
"Ya, saya tahu, Tuan. Karena itu saya minta pengampunan untuk anak saya. Dan jangan hukum keluarga kami seperti ini, Tuan..."
"Saya tidak akan menghukum anda atau perusahaan anda jika anda bersedia untuk menghukum anak anda itu..."
"Menghukum anak saya...?"
"Ya, itu syarat dari saya. Jika perusahaan anda ingin selamat..."
Baron Dewantara terdiam. Rupanya ia tengah menghitung untung dan rugi atas pengajuan persyaratan Mirza. Terlihat peluh mengembun pada keningnya.
"Saya terima tawaran, Tuan..."
"Pa..."
"Diam...!"
Mirza tersenyum melihat kekhawatiran Billy dan Baron.
"Baik saya akan menentukan hukumannya... Kau perempuan murahan, aku membebaskan segala ikatan yang ada diantara kita. Aku akan membuang semua perasaan yang ada. Jangan pernah lagi menampakkan batang hidung mu di hadapanku. Jika kau masih mencoba menemuiku maka tak segan-segan aku akan menghukum mu dengan hukuman yang tak pernah kau bayangkan..."
"Baik. aku setuju..."
"Dan hukuman untuk kalian berdua pasangan mesum, kalian harus menikah dan pergi sejauh-jauhnya dari jangkauan pandanganku. Setuju..?"
"Egh..." Billy tertegun. Ia tak menyangka jika hukumannya akan seenak itu.
"Baik, Tuan. Saya setuju..."
"Lusa kalian harus sudah menikah. Kirimi saya buktinya baik berupa foto maupun video. Jika kalian berubah fikiran, maka saya tak segan-segan membuat kalian menanggung malu seumur hidup kalian..."
"Baik Tuan..."
"Terima kasih, Tuan..." ucap Baron Dewantara
Mirza pun berlalu tanpa berkata lagi.
"Ku kira kau akan menghukumnya dengan berat. Itu sih hukuman yang enak..."
"Pertama, bagaimanapun juga Andrea adalah perempuan yang pernah mengisi senyumku. Kedua, terpenting aku bisa terlepas dari Kungkungan perasaan cinta.."
"Za, serius kau tidak pernah berusaha mencium atau membawa Andrea ke kasur..?"
"Hahaha...aku bukan laki-laki seperti itu, El. Apa untungnya aku melakukan hal seperti itu?"
"Hehe...kan sayang disia-siakan kesempatan yang ada..."
"Kesempatan kata mu? Dasar kutu kupret otak mesum..." ucap Mirza dalam perjalanan pulang.
Sementara itu, senja datang menjemput. Memberikan semburat merah di kaki langit.
"Kau ini kalau tidak di mintai laporan, tidak pernah berinisiatif mengirim laporan..." tulis pesan Mirza kepada Arumi.
"Status : tidur..."
"Kutu kupret juga nieh gadis..." batin Mirza.
"Tidur kok balas pesan..."
Lama Mirza menunggu kiriman balasan. Namun tak kunjung berbalas. Kesal menunggu, alhirny Mirza melempar ponselnya pada jok mobil. Kemudian Mirza duduk bersandar dan memijat kepalanya yang terasa berat. Namun lain halnya dengan Elvano. Ia tersenyum melihat polah tak biasa Mirza.
"Aku tahu, kau sedang jatuh cinta. Selamat merasakan cinta, sobat..." batin Elvano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments